The coffee production process carried out by the Sumber Kembang Farmers Group includes seeding to marketing products in the form of ready-to-eat ground coffee. Although this group of coffee farmers is considered to be quite good, there are still some weaknesses, namely the process of drying coffee beans is still done manually, namely drying in the sun. The manual drying process is highly dependent on land area, weather, and labor. Meanwhile, the coffee beans that have been harvested must be dried as soon as possible to maintain the quality of the coffee beans. In addition, farmer groups have not utilized information technology optimally. Therefore, this service activity was carried out with the aim of increasing the productivity of coffee farming through the design and training of Rotary Dryer and increasing sales of coffee products by expanding the reach of marketing through website creation. The implementation of socialization and training was aimed at members of the Sumber Kembang coffee farmer group located in Karangpring Village, Sukorambi District, Jember Regency. After further training, namely monitoring the results of service activities, this activity needs to be carried out to ensure that the application of technology is actually implemented by the Sumber Kembang farmer group. The method of activity applied in implementing this partnership program is the method of explaining the material about the application and benefits of rotary dryer using a power point, providing tools in the form of rotary dryer, and website training, after which monitoring is carried out. After the service activities have been carried out, farmers are able to operate rotary dryer and can increase market share thereby increasing consumer demand for coffee products from the Sumber Kembang farmer group. This is indicated by data on the increase in consumer demand for coffee products, which is above 25% for each type of product.

Limbah sludge biogas dari kotoran sapi berpotensi untuk dibuat briket. Kotoran sapi dapat digunakan sebagai bahan baku briket karena memiliki kandungan kimiawi cukup baik. Kandungan kimiawi kotoran sapi antara lain 22,59% selulosa, 18,32% hemiselulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbon organik, serta 1,26% total nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi terbaik dan karakteristik briket perekat daun randu terhadap kualitas briket sludge biogas. Data pada penelitian ini diperoleh dari 6 pengujian yaitu uji kadar air, kadar abu, densitas, densitas kamba, laju pembakaran, dan nilai kalor. Variasi sampel yang digunakan adalah rasio antara bahan baku dengan bahan perekat. Rasio sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu (75% : 25%), (70% : 30%), dan (65% : 35%). Metode pengarangan yang digunakan yang digunakan adalah pirolisis, proses ini berlangsung selama 2-3 jam menggunakan suhu 200-300°C. Hasil terbaik diperoleh untuk variasi V1 yaitu kadar air 6,7638% (SNI<8), kadar abu 1,0199% (SNI<8), densitas 1,1627 gr/cm3(SNI>0,44), densitas kamba 0,3563 gr/cm3, serta laju pembakaran 0,0887 gr/s. Sedangkan nilai kalor yang diperoleh sebesar 2667 kal/gr. Nilai kalor ini masih belum memenuhi standar SNI yaitu >5 Kkal/gr sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Pengabdian masyarakat ini dilaksankan pada Kelompok Tani Tembakau Rukun Makmur dalam kurun waktu delapan bulan. Tujuan dari dilaksanakannya pengabdian ini adalah untuk meningkatkan teknologi produksi dan kesehatan lingkungan kerja dari mitra. Hal ini dilandasi dari permasalahan yang dihadapi mitra yakni terkait teknologi produksi dalam hal pengairan irigasi yang belum optimal serta belum adanya fasilitas kebersihan yang dapat memberikan kesadaran kebersihan lingkungan kerja kepada para petani. Terdapat dua solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra yakni pemberian fasilitas mesin irigasi dan pemberian tempat sampah pintar beserta dengan pelatihannya. Target dalam pengabdian ini adalah meningkatnya teknologi produksi  dan kesehatan lingkungan kerja pada Kelompok Tani Tembakau Rukun Makmur. Luaran pengabdian ini adalah artikel pada jurnal pengabdian masyarakat J-Dinamika, artikel pada media massa online, video kegiatan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra.

Resistivitas material dapat diukur dengan dimensi dan hambatan listrik material tersebut. Salah satu model resistivitas semu adalah satu Dimensi (1-D). Resistivitas semu dapat diperoleh dengan metode geolistrik. Salah satu konfigurasi untuk metode geolistrik adalah Konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi ini umumnya digunakan dalam survey geolistrik. Keunggulan konfigurasi ini adalah kemampuan deteksi ketidakhomogenan lapisan batuan permukaan dan penetrasi arus dapat mencapai 20%. Konfigurasi Schlumberger dilakukan dalam bentuk lintasan atau  line. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah beda potensial (ΔV), resistansi (R), dan jarak elektroda (x). Jumlah lintasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua. Setiap lintasan diset sepanjang 100 m mendatar dengan jarak spasi injeksi arus 5 m. sedangkan jarak antar lintasan adalah 30 m. Setelah dibandingkan nilai resistivitas semu antara hasil analisa data dengan referensi, diketahui bahwa lintasan 1 terdapat batuan sedimen dimana batuan sedimen ini memiliki nilai resistivitas semu berorde 10-103 Ωm. Batuan ini ditemukan pada kedalaman 6,1-38,47 m. Jenis batuan sedimen yang mungkin adalah batu kapur, batu serpih atau batu pasir. Hasil yang diperoleh pada lintasan 2 hampir sama dengan lintasan 1. Sehingga lintasan 2 kemungkinan jenis batuan yang muncul adalah batuan sedimen. Batuan ini berada pada kedalaman 2,98-61,73 m. Batuan ini merupakan batuan yang menopang salah satu kebun kopi yang berada pada perkebunan kopi durjo.

No abstract