Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau minuman tambahan yang mengandung zat gizi dan diberikan mulai usia 6 -24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Setelah bayi berusia 6 bulan, kebutuhan zat gizi makin bertambah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sementara produksi ASI mulai menurun, karena itu bayi membutuhkan makanan tambahan sebagai pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan yang tidak tepat kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan apabila tidak segera diatasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 7- 8 bulan tentang pemberian MP-ASI sesuai usia bayi. Metode studi kasus ini menggunakan metode deskriftif observasional dengan pendekatan continuity of care diberikan pada ibu yang memiliki bayi usia 7 – 8 bulan Ny.R di PMB Ernita, Amd.Keb dari 27 agustus – 02 september 2020. Subjeknya Ny. R umur 27 tahun P1A0. Jenis data primer. Cara pengumpulan data anamnesis, observasi, pemeriksaan dan dokumentasi. Analisa data dengan membandingkan antara data yang diperoleh dengan teori yang ada. Laporan kasus dan bahasan : Ny.R mengatakan belum mengerti cara membuat menu MP-ASI sesuai usia bayinya, pada pemberian MP-ASI pertama bayinya sempat mengalami susah buang air besar (BAB). Simpulan : Asuhan kebidanan dilaksanakan menggunakan pendekatan dengan pendokumentasian SOAP ( Subjektif, Objektif, Asesmen, Penatalaksanaan) ditemukan kesenjangan pada data subjektif dan objektif. Sehingga setelah semua data terkumpul dapat disimpulkan Analisa dan melakukan penatalaksanaan sesuai dengan teori. Diharapkan kepada penyedia layanan asuhan kebidanan yang membuka praktik dapat memberikan penyuluhan dan praktek mengolah menu pada ibu yang mempunyai bayi usia 6-24 bulan tentang pemberian MP-ASI yang tepat dan sehat sesuai dengan usia bayinya. Agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan bisa mengolah menunya sendiri sesuai dengan usia bayinya.
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45 - 55 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen yang pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit menjadi kaku. Menurut Katzung (2010), pembatasan asupan natrium merupakan pengobatan efektif bagi banyak pasien hipertensi ringan. Pembatasan natrium dapat dilakukan dengan tidak memberi garam pada makanan selama atau sesudah masak dan dengan menghindari makanan yang diawetkan dengan natrium yang besar. Disamping itu, Senam lansia jug dapat dilakukan karena merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh Kegiatan penyuluhan tentang hipertensi pada lansia dan pelatihan senam lansia telah dilaksnakan pada hari senin 16 Januari 2017 bertempat di di Halaman Rumah Kadus 3 Bagan Laguh Kec.Bunut Kab.Pelalawan yang dihadiri warga setempat. Metode yang dilakukan dengan memberikan penyuluhan, handout, slide gambar dan video yang menarik serta tanya jawab tentang hipertensi pada lansia dan pelatihan senam lansia. Setelah dilakukan kegiatan pengabdian ini diharapkan masyarakat terutama para lansia dapat memahami materi yang diberikan mengenai hipertensi dan senam lansia, masyarakat terutama para lansia dapat mengaplikasikan pola hidup sehat serta senam lansia yang sudah didemonstrasikan.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb <11 gr pada trimester 1 dan III atau kurang dari 10,5 gr pada trimester II. Di negara berkembang 40% berkaitan dengan terjadinya anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi Penyebab utama anemia adalah kurang memadainya asupan makanan sumber zat besi, meningkatnya kebutuhan zat besi saat hamil dan menyusui serta kehilangan banyak darah saat persalinan. Tujuan asuhan adalah memberikan asuhan pada ibu hamil anemia dengan pengaturan menu seimbang tinggi protein dalam mengatasi anemia pada ibu hamil di PMB Hasna Dewi F.S Kota Pekanbaru. Metode yang digunakan adalah metode kasus dengan subjek adalah ibu hamil trimester III yang mengalami anemia ringan dan melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Hasil asuhan menunjukan bahwa asuhan pengaturan menu seimbang tinggi protein yang diberikan selama 25 hari dengan 3 kali kunjungan didapatkan terjadi peningkatan Hb yaitu 10,1 g/dl menjadi 12,3 g/dl. Dapat di simpulkan dengan mengkonsumsi menu seimbang tinggi protein dapat meningkatkan kadar Hb pada ibu hamil trimester III anemia. . disarankan kepada bidan untuk menggunakan pengaturan menu seimbang ini sebagai salah satu rekomendasi asuhan dalam meningkatkan kadar Hb pada ibu hamil dengan anemia. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Anemia, Menu Seimbang Tinggi Protein Referensi : 9 ( 2013-2019))
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin. Berdasarkan profil dinas kesehatan provinsi sulawesi selatan tahun 2016 jumlah kasus HIV sebanyak 1030 orang, AIDS 578 orang, (Dinkes Sulawesi Selatan, 2016). Berdasarksan data awal ada 80 PUS di Desa Mata Allo Dusun Berdikari I dari observasi yang telah dilakukan dari 10 PUS 7 PUS mengatakan tidak mengetahui tentang PMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang penyakit menular seksual. Penelitian ini menggunakan deskriptif observasional dengan metode pengambilan sampel accidental sampling pada semua pasangan usia subur di Desa Mata Allo, Dusun Berdikari 1 sebanyak 40 sampel, dari 28 Juli – 04 Agustus 2018. Jenis data menggunakan data primer yaitu meneliti dengan cara membagikan quesioner kepada responden dan quesioner di kembalikan kepada peneliti untuk diolah. Adapun hasil penelitian ini disajikan secara berurutan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi persentase. Simpulan : responden yang tahu tentang PMS dikategorikan baik sebanyak 27 orang. Hal tersebut diakibatkan dari jumlah responden yang berpengetahuan baik berpendidikan menengah ke atas hal ini dikarenakan seringnya mengikuti penyuluhan dan mendapatkan informasi di media serta sering menjadi peserta seminar, sedangakan responden yang berpengetahuan kurang rata-rata berpendidikan menengah ke bawah dan kuranganya keingitahuaan tentang penyakit menular seksual. Diharapkan kepada para pasangan usia subur lebih aktif mencari informasi dari petugas kesehatan, media cetak dan mengikuti penyuluhan yang diberikan tenaga kesehatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.