Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian semangka terhadap denyut nadi pemulihan setelah melakukan aktivitas fisik pada Siswa PASKIBRA SMA NEGERI 4 MEDAN. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Populasi penelitian ini  berjumlah 55 orang dengan jumlah sampel 16 orang kelompok eksperimen berjumlah 8 orang dan kelompok kontrol 8 orang dengan  cara pengambilan sampel secara purposive. Berdasarkan  uji-t tidak berpasangan antara kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh nilai significany 0,004 (p < 0,05)  yang berarti pengaruh pemberian semangka terhadap denyut nadi pemulihan setelah melakukan aktivitas fisik pada siswa PASKIBRA SMA Negeri 4 MEDAN. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian semangka terhadap denyut nadi pemulihan setelah melakukan aktifitas fisik. Disarankan untuk mengkonsumsi semangka sebanyak 500 ml 40 menit sebelum melakukan aktifitas fisik. Kata Kunci : Semangka, Aktivitas Fisik, Denyut Nadi Pemulihan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan energi dengan status gizi Atlet Gulat PPLP. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 8 Atlet. Penelitian dilaksanakan di Asrama Atlet PPLP, dengan lama penelitian 5 bulan. Variabel penelitian meliputi tingkat kecukupan energi, IMT dan persen lemak tubuh. Pengumpulan data dilakukan secara primer meliputi data riwayat makan dan aktifitas fisik, berat badan, tinggi badan dan persen lemak tubuh. Instrumen penelitian meliputi food recall dan daftar isian aktifitas fisik 3 x 24 jam, timbangan digital, microtoise dan Skinfold Caliper-Thickness. Data dianalisa dengan bantuan program SPPS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan yang paling banyak Atlet dengan tingkat kecukupan energi sedang sebanyak6 atlet (75%), status gizi normal sebanyak 6 atlet (75%) dan persen lemak tubuh kurang sebanyak 5 atlet (62,5%). Ada hubungan tingkat kecukupan energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Atlet Gulat dengan nilai p 0,004 (<0,005) dengan korelasi sangat kuat 88 %. Tingkat kecukupan energi tidak berhubungan dengan persen lemak tubuh Atlet Gulat dengan nilai p 0,06 (>0,05), dan jika dilihat korelasinya adalah kuat 67,4%. Kata Kunci: Tingkat Kecukupan Energi, IMT, Status Gizi, Atlet Gulat.

BACKGROUND: Mangosteen (Garcinia mangostana L.) rind had been known as an agriculture waste. However, some recent studies reported that Mangosteen rind had some health benefit. The rind (skin) of Mangosteen fruit was reported to contain compounds such as xanthones and anthocyanin antioxidants. There is a need to examine the chemical compound content of Mangosteen rind and the activities of antioxidants contained in the Mangosteen rind, so as to increase natural source of antioxidants for human health. This study aimed to produce ethanol extract of Mangosteen rind, to identify chemical compound content, and test its antioxidant activity. SUBJECT AND METHODS: Ethanol extract of Mangosteen rind was produced to identify its chemical compound content. The DPPH method was used to test Mangosteen's antioxidant activity with EC50 as a measure of the fruit potency. Half maximal effective concentration (EC50) refers to the concentration of Mangosteen fruit which induces a response halfway between the baseline and maximum states after a specified exposure time. The EC50 of Mangosteen and vitamin C were compared. RESULTS: Mangosteen rind extract consisted of saponin, tannins, polyphenol, triterpenoid, flavonoid, alkaloid and glycoside. The DPPH test of antioxidant activity showed that the EC50 of Mangosteen was 8.85 µg/ml, which exceeded the EC50 of 4.55 µg/ml in vitamin C. CONCLUSION: Mangosteen rind extract consisted of saponin, tannin, polyphenol, triterpenoid, flavonoid, alkaloid and glycoside. Mangosteen rind extract has a strong antioxidant activity.

The Sidimpuan Salak fruit was the mascot of Padangsidimpuan City, North Sumatra, Indonesia. In this study, Salak formulates to be a high-calorie food bar. The primary elements for making food bars Salak are purple sweet potato flour, tapioca flour, and dried salak fruit. The others elements were egg whites, margarine, emulsifiers, and high glucose syrup. All elements were mixed evenly and molded into bars with a size of 3×8×1.5 cm and a weight of 50 g. Food bars from roasted salak fruit used temperatures of 80, 90, and 100. The results showed differences in the proximate composition, calorific value, and dietary fiber content of the food bars salak. The most increased carbohydrate, fat, and calorie content get at a roasting temperature of 80°C, the protein and mineral content obtain most increased at a roasting temperature of 100°C, and the most increased food fiber gets at a roasting temperature 100°C. A high-calorie food bar Salak gets at a roasting temperature of 80°C.