Tulisan ini berjudul “Fungsi Keluarga dalam Pembinaan Kecerdasan Spiritual Anakâ€. Kecerdasan spiritual sangat penting dalam kehidupan manusia apalagi dalam dunia pendidikan. Karena ia akan memberi kemampuan kepada manusia untuk membedakan yang baik dengan yang buruk, memberi manusia rasa moral dan memberi manusia kemampuan untuk memecahkan persoalan makna dan nilai. Ketiadaan kecerdasan spiritual akan mengakibatkan hilangnya ketenangan bathin dan pada akhirnya hilangnya kebahagian. Dari itu, perlunya penanaman kecerdasan spiritual sejak dini pada buah hati, dan itu dimulai dari lingkungan keluarga terutama orang tua. Dengan kecerdasan spiritual manusia dapat mengenal jati dirinya dan mengenal Tuhannya. Karena manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dalam berinteraksi dengan manusia. Permasalahan pokok penelitian ini adalah bagaimana peran keluarga dalam membina kecerdasan spiritual anak, langkahlangkah apa saja yang dilakukan keluarga dalam pembinaan kecerdasan spiritual anak. Adapun tujuan penulis mengangkat sebuah karangan ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dalam membina kecerdasan spiritual anak, untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan keluarga dalam pembinaan kecerdasan spiritual anak. Untuk sampai pada tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu penelitian terhadap fakta-fakta yang ada sekarang dan melaporkan seperti apa yang terjadi. Untuk pengumpulan data dilakukan kajian kepustakaan (Library Research) baik terhadap literatur-literatur yang mendukung kajian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi keluarga dalam pembinaan kecerdasan spiritual antara lain meliputi, fungsi edukatif, sosialisasi, afeksi, religius, ekonomis, rekreasi dan bioligis. Secara keseluruhan keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam mencendaskan anak-anaknya. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan utama dan pertama yang di dapat oleh anak.
Chronic kidney disease (CKD) yaitu suatu kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan elektrolit. Kasus ini meningkat setiap tahunnya, 6-20 juta orang penduduk Amerika Serikat, Jepang dan Asia tercatat sebagai negara yang memiliki populasi CKD tertinggi di dunia yaitu sebanyak 1.800 kasus per juta penduduk, serta 220 kasus baru per tahunnya (Dharma, 2015) Di Indonesia dari 249 renal unit yang tersebar melaporkan bahwa tercatat 30.554 pasien aktif menjalani hemodialisa pada tahun 2015. Pasien CKD mengalami gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh, jika pasien tidak melakukan pembatasan asupan cairan, maka akan mengakibatkan penumpukan cairan yang berkontribusi pada mortalitas dan kwalitas hidup pasien. Dari paparan tersebut maka perlu mensuport pasien untuk tertib dalam mengelola masukan cairan sehingga dukungan keluarga diperlukan dalam tindakan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada pasien CKD.. Desain peneltian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk melihat pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien hemodialisa. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 302 orang dan dengan menggunakan rumus slovin didapatkan sampel sebanyak 75 orang dengan kriteria :Pasien koperatif, tidak dalam kondisi gawat, menjalani terapi hemodialisa dua kali dalam seminggu. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2021 sampai Januari 2022. Hasil dan Pembahasan. Usia responden mayoritas 20-50 tahun sebanyak 62 orang (82,7%). Jenis kelamin resonden mayoritas perempuan sebanyak 42 orang (56 %), responden yang memiliki dukungan keluarga baik sebanyak 69 orang (92%). Responden yang patuh dalam pembatasan asupan cairan sebanyak 58 orang (77,3%). Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada pasien (CKD) diperoleh data bahwa ada sebanyak 4 orang (66,7%) yang memiliki dukungan keluarga kurang baik serta tidak patuh, sebanyak 2 orang (33,3%) memiliki dukungan keluarga kurang baik serta patuh dalam pembatasan asupan cairan. Responden yang memiliki dukungan keluarga baik namun tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan sebanyak 13 orang (18,8%) dan responden yang memiliki dukungan keluarga baik serta patuh sebanyak 56 orang (81,2%). Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,03, secara statistik dapat disimpukan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien CKD yang menjalani hemodialisa di Radjak Hospital Cileungsi
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum di derita oleh masyarakat. Seseorang dikatakan hipertensi bila hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Tekanan darah tinggi seringkali disebut “silent killer” karena tidak memiliki tanda dan gejala. Kurangnya pengetahuan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah dan dapat menjadi komplikasi penyakit jantung, gagal ginjal dan stroke. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kampungtengah Kramat Jati. Metode penelitian menggunakan desain Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional Survey. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 83 responden. Uji statistika menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian hipertensi (p = 0,002), terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi (p = 0,000). Direkomendasikan untuk menugaskan tenaga kesehatan terutama perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pengetahuan hipertensi, memperbaiki cara gaya hidup yang baik agar dapat mencegah terjadinya komplikasi. Selain itu dapat meningkatkan program senam hipertensi dan skrining hipertensi untuk pencegahan terjadinya komplikasi.
Anak adalah secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa dan mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya baik pengaruh buruk maupun pengaruh baik seperti kebiasaan cuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun dengan tujuan agar tangan dan jari menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman Pada kegiatan kali ini kegiatan diawali dengan penjajakan lokasi. Melakukan pengurusan ijin. Dalam penjajakan lokasi ini didiskusikan tentang tujuan kegiatan dan kesepakatan waktu pelaksanaan dengan mitra.Kegiatan yang akan dilakukan pada anak sekolah di SDN Ciracas 01 Pagi. Kegiatan akan dimulai dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum pada nak anak kelas 1 dan a kelas 2 SDN Ciracas 01 Pagi, dimana pemeriksaan ini pemeriksaan fisik secara secara sederhana untuk menggambarkan kondisi kesehatan siswa, dimunggunakan kwesioner pemlai dari postur tubuh,kebersihan diri,dan keluhan sakit yang dirasakan siswa karena kurangnya kebersihan Hasil kegiatan jumlah siswa yang mengikuti sebanyak 78 siswa terdiri dari siswa laki laki 32, siswa berjenis kelamin perempuan 46. Jumlah siswa yang kebersihan kukunya kurang baik sekitar 20% dan ada sekitar 6% siswa yang mengalami sakit batuk pilek. Kegiatan selanjutnya adalah penkes dan pelaksanaan praktek cuci tangan oleh seluruh siswa Kata kunci: Penyuluhan, cuci tangan.
Tuberculosis is a direct infectious disease caused by an acid-resistant aerobic bacterium. Indonesia is now ranked fifth in the world with the highest burden of pulmonary TB in the world. The estimated TB prevalence for all cases is 660,000 (WHO, 2010) and the estimated incidence is 430,000 new cases each year. While the MDR-TB rate is estimated at 2% of all TB cases, TB cases with re-treatment are estimated to be around 6,300 MDR-TB cases each year. One of promoting healthy behavior, the role of nurses through nursing interventions provides health education towards MDR-TB prevention behavior for the success of treatment in TB patients. The researcher formulated the research problem "is there an effect of health education on tuberculosis drug resistance prevention (MDR-TB) behavior with the DOTS strategy in pulmonary TB patients? The design of this study used Quasi-Experimental Design with the Pretest-Posttest Control Group Design approach. The sampling technique was by consecutive sampling. Bivariate statistical test uses independent t-test and dependent t-test. The number of samples of 63 respondents who will be divided into 3 intervention groups, namely groups with 1 intervention, groups with 2 interventions and groups with 3 interventions. The study was conducted at the Kramatjati Health Center in East Jakarta. The results of the study showed that the provision of health pen 3 times gave an increase in the value of knowledge and prevention with p- value of 0.005.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.