<p><strong>Abstract </strong></p><p>Covid-19 pandemic has caused universal psychosocial repercussions and mass hysteria among the society and various sectors, including education sector. The online learning or distance learning applied during the pandemic has worsened the stress experienced by medical students. The stress level increased due to gaps in access to learning and excessive assignments given without considering students’ cognitive, affective, and psychomotor domains. Continuous academic stress in the long term would bring negative impacts, leading to lower learning motivation and burnout syndrome. The quality of social relationship has been known to significantly affect anxiety level. Therefore, cooperation from family, community, academic institutions, and government agencies in providing social attention and support is needed. In addition, intrinsic preventions through the improvement of lifestyle, health-related behaviour, religious approaches (The Psychology of Religion), motivation, and self-resilience are also important to avoid burnout syndrome among medical students.</p><p>This study was conducted to propose insights that are expected helpful in anticipating, preventing and minimizing the occurrence of burnout syndrome which would lead to maladaptive behaviours among medical students</p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Pandemi Covid-19 telah menyebabkan dampak psikososial universal dan histeria massal di berbagai strata masyarakat. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Pasalnya, metode pembelajaran <em>daring</em>/jarak jauh di saat pandemi ini, mampu menambah tingkat stres mahasiswa kedokteran yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dipicu karena kesenjangan akses pembelajaran dan banyaknya tugas yang diberikan tanpa memperhatikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa. Stres akademik dalam jangka waktu lama dan terus-menerus menimbulkan dampak negatif yang dapat menyebabkan perubahan motivasi dan mengakibatkan terjadinya burnout syndrome. Kualitas hubungan sosial sangat mempengaruhi terhadap tingkat kecemasan. Oleh karena itu, kerjasama dari berbagai kalangan seperti keluarga, masyarakat, institusi akademisi, dan lembaga pemerintahan dalam memberikan perhatian dan dukungan sosial sangat penting dilakukan. Selain itu, upaya pencegahan instrinsik seperti <em>Lifestyle and health behaviour</em>, pendekatan agama<em> (The Psychology of Religion)</em>, motivasi, dan ketahanan ketahanan diri <em>(Self Resilience)</em> tidak kalah penting sebagai prevensi terhadap potensi burnout pada mahasiswa kedokteran.</p><p>Tujuan dari penulisan ini diharapkan mampu mengantisipasi, mencegah, ataupun meminimalkan terjadinya<em> burnout syndrome</em> pada mahasiswa kedokteran yang berdampak pada mereka untuk melakukan perilaku maladptif.</p>
Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN) is a condition that occurs due to increased resistance to blood vessels in the lungs that occur persistently after the baby is born. This can be attributed to congenital heart disease such as right-to-left shunts through foramen ovale (PFO) or patent ductus arteriosus (PDA) due to an error transition fetal blood circulation to the neonate. Although PPHN is always associated with births in post-term babies, PPHN cases are often found in preterm babies. Chances of babies born with PPHN are quite large, at 1.9% per 1000 live births. PPHN can be fatal, causing mortality rates ranging from 4 to 33%. The incidence of preterm births in Indonesia is estimated at 7-14%, around 459,200 - 900,000 babies per year. This study aimed to prove the relationship between premature babies and persistent pulmonary hypertension of the newborn (pphn) in Sidoarjo Regional Hospital and to know the characteristics and analyze these variables. This research used crossed sectional studied design; the population was all preterm babies in the NICU at Sidoarjo regional hospital. All samples are from medical records in January-December 2018. There is a significant difference between preterm babies and PPHN (p < 0.05); besides, the results from Spearman's correlation analysis obtained a correlation coefficient (ρ) = 0.485. In the cross-tabulation analysis, the result of the proportion with the highest correlation was Late Preterm babies with severe PPHN of 46.7%. It can be concluded that there is a relationship between premature babies and PPHN in Sidoarjo regional hospital..Keywords : Persistent pulmonary hypertension of the newborn, PPHN, Preterm BabiesCorrespondence : aisyahhelmadevithalib@gmail.com
Kecemasan pada mahasiswa, khususnya pada mahasiswa fakultas kesehatan dapat mempengaruhi kinerja perkuliahan maupun saat berhadapan langsung dengan pasien nantinya, sehingga hal tersebut membutuhkan perhatian lebih. Mahasiswa semester dua, dan mahasiswa semester delapan tentu memiliki masalah yang berbeda pada saat perkuliahan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kecemasan antar keduanya dengan menggunakan metode cross-sectional, dan populasinya adalah seluruh mahasiswa semester dua dan delapan program studi S1 keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Consecutive sampling, dengan Sampel mahasiswa semester dua dan delapan program studi S1 keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan kriteria inklusi sebagai mahasiswa aktif dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan adalah dengan kuesioner identitas dan BAI (Beck Anxiety Inventory). Penelitian ini menggunakan teknik analisa statistik menggunakan teknik analisis statistic Chi Square. Rata-rata skor kecemasan mahasiswa semester dua sebesar 18,068 dengan simpangan baku sebesar 9,954. Sedangkan mahasiswa semester delapan memiliki rata-rata skor kecemasan sebesar 14,397 dengan simpangan baku sebesar 10,307. Hasil analisis dengan uji chisquare menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,033. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan mahasiswa semester dua dan mahasiswa semester delapan program studi S1 Keperawatan UM Surabaya.
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup besar, serta risiko kematian yang tinggi pada negara maju maupun negara berkembang, sehingga membutuhkan manajemen terapi yang tepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Angiotensinconverting enzyme inhibitor (ACEI) atau angiotensin receptor blocker (ARB) adalah standar perawatan yang biasa digunakan selama ini, namun sacubtril/valsartan banyak dibicarakan dan memberikan resiko kematian yang lebih rendah serta mengurangi rehospitalisasi pada pasien gagal jantung dibandingkan dengan penggunaan ACEI. Oleh karena itu, sacubtril/valsartan cenderung lebih hemat biaya dibandingkan dengan ACEI (standar perawatan saat ini). Tujuan penulisan ini untuk mengetahui efektivitas biaya sacubtril/valsartan dibandingkan dengan enalapril (ACEI) dalam pengobatan gagal jantung dengan fraksi ejeksi berkurang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.