ABSTRAKPertumbuhan setek dipengaruhi oleh faktor bahan tanaman (genetik) dan faktor lingkungan. Faktor bahan tanaman meliputi kandungan cadangan makanan, hormon endogen dalam jaringan setek, umur pohon induk, dan tingkat . Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh asal bahan setek dan zat pengatur tumbuh juvenilitas terhadap keberhasilan perbanyakan vegetatif setek malapari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yaitu asal bahan setek (anakan dan tunas pangkasan) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA (0 ppm; 250 ppm; 500 ppm) dengan 4 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 45 setek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi setek pucuk terbaik adalah tunas dari bibit umur 5 bulan dengan persen setek berakar, jumlah akar panjang akar dan berat kering akar masing-masing adalah 96,05 %; 4,26 helai; 9,5cm dan 0,07 g. Zat pengatur tumbuh IBA hingga 500 ppm belum berpengaruh terhadap keberhasilan perakaran setek. Interaksi antara materi tunas dari tunas bibit dengan penambahan IBA 500 ppm menghasilkan berat kering akar setek tertinggi (0,088 g).
Abstrak. Siregar N, Djam'an DF. 2016. Pengaruh bahan tanaman terhadap keberhasilan setek kranji (Pongamia pinnata). Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 2: [23][24][25][26][27]. Kranji (Pongamia pinnata Merril) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang berpotensi sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui di masa yang akan datang. Benih kranji merupakan penghasil bahan biofuel nabati, sehingga perlu cara lain untuk memperoleh bibit, salah satunya dengan setek. Selain itu, sifat induk akan diturunkan melalui perbanyakan vegetatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan tanaman terhadap keberhasilan setek kranji. Faktor perlakuan tanaman meliputi jenis tunas, umur tunas, bagian tunas yang digunakan, dan ada tidaknya daun. Percobaan berdasarkan jenis tunas menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 2 perlakuan, yaitu tunas dorman dan tunas tumbuh, dengan 5 kali ulangan, masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 setek. Percobaan berdasarkan umur tunas menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan (umur 2, 3, 4, 5, dan 6 bulan) dengan 5 kali ulangan, masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 setek. Percobaan berdasarkan bagian tunas yang digunakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 3 perlakuan (bagian pangkal, tengah, dan ujung tunas) dengan 5 kali ulangan, masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 setek. Sementara itu, percobaan berdasarkan ada tidaknya daun menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 2 perlakuan (tunas dengan daun dan tunas tanpa daun) dengan 5 kali ulangan, masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 setek. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan jenis tunas dan tunas berdaun memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati. Umur tunas memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase tumbuh setek, akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang lain. Bagian tunas yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati. Untuk pengadaan bibit tanaman kranji dengan cara setek sebaiknya menggunakan tunas berumur 2, 3, atau 4 bulan dan bagian tengah dari tunas. [23][24][25][26][27]. Kranji (Pongamia pinnata Merril) is one type of forest plants that have the potential as a source of renewable energy in the future. Kranji seed produces vegetable biofuel material, so we need another way to get the seedlings, one of them by cuttings. Moreover, the traits of the parent will be derived through vegetative propagation. This study aimed to determine the effect of plant material to the success of cuttings kranji. The plant treatment factors included the types of buds, shoots age, the part of buds and leaf on buds. The experiment based on the type of shoots used a randomized block design consisted of two treatments, dormant buds and growing shoots, with 5 replications, each treatment combination consisted of 50 cuttings. The experiment based on the age of shoot used a randomized block design consisted of 5 treatments (ages of 2, 3, ...
ABSTRAKTrema (Trema orientalis Linn. Blume) merupakan tanaman serba guna karena semua bagian pohon dapat digunakan. Dalam pengembangan tanaman ini, diperlukan benih bermutu, dimana salah satu syarat untuk menentukan benih bermutu adalah benih harus berasal dari buah yang sudah masak fisiologis. Tujuan penelitian adalah mengetahui mutu fisik, mutu fisiologis, dan kandungan biokimia (lemak, karbohidrat dan protein) benih trema berdasarkan tingkat kemasakan buah. Benih trema yang digunakan berasal dari Badung, Bali. Buah trema dikelompokkan menjadi 3 warna (hijau, coklat, hitam). Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan parameter yang diamati : ukuran buah dan benih, berat buah dan benih, kadar air buah dan benih, kandungan biokimia (protein, lemak, karbohidrat), daya berkecambah, dan kecepatan berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Tingkat kemasakan buah berpengaruh nyata terhadap mutu fisik (ukuran buah dan benih, berat buah dan benih, kadar air buah dan benih), fisiologis (daya berkecambah, kecepatan berkecambah), dan kandungan biokimia (lemak, karbohidrat, protein) benih trema, (2) Mutu fisik dan fisiologis benih yang berasal dari buah yang berwarna hitam lebih baik dibandingkan dengan buah berwarna hijau dan coklat, (3) Kandungan lemak, karbohidrat dan protein benih trema berbeda dari masing-masing tingkat kemasakan (hijau, coklat, hitam), (4) Buah trema yang sudah mencapai masak fisiologis adalah buah berwarna MUTU FISIK, FISIOLOGIS, DAN KANDUNGAN BIOKIMIA BENIH TREMA(Trema orientalisLinn. Blume) BERDASARAN TINGKAT KEMASAKAN BUAH Naning Yuniarti, Rina Kurniaty, Danu, dan Nurmawati Siregar
Energy needs in Indonesia are increasing and have inverse impacts on the source and production of energy itself. One effort that can be done to overcome this problem is to use biomass energy sources, especially for home industries and people surrounding the forests. This research aims to describe the perceptions of farmers, as potential workers, about the development of Calliandra calothyrsus Meisner wood energy demonstration plot. The Focus Group Discussion (FGD) was conducted in the Parungpanjang research forest. Qualitative content analysis methods were used to explore the data collected from FGD. The results showed that farmers have a positive perception of the development of wood energy demonstration plots. However, they only assume that being a worker in the demonstration plot is only a side job.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.