Abstract. Putranto HD, Setianto J, Santoso U, Warnoto, Nurmeliasari, Zueni A. 2012. Estradiol-17β hormone concentration and follicles number in exotic Burgo chicken supplemented by Sauropus androgynus leaves extract. Biodiversitas 13: 1-6. Bengkulu Province of Indonesia has an indigenous crossbreed chicken named burgo or Rejang chicken. A conservation effort in this study was represented by supplementing 4 different levels of Sauropus androgynus or katuk leaves extract (KLE) to improve number of fertile eggs. The purpose of study was to identify the effects of KLE supplementation on female burgo chicken's serum estradiol-17β (E2) hormone concentration profile and number of follicles. KLE was added into drinking water (0, 9, 18 and 27 g/chicken/day) during 8 weeks of treatment. The results showed that supplementation of KLE dosed 9 to 27 g/chickens/day had significantly affected E2 concentrations and number of follicles (P < 0.05). In contrast, the average of female burgo E2 concentration with supplemented KLE was higher than control group. The total number of small follicle yield was highest (86.5%) compared to medium follicle (7.8%) and large follicle (5.3%). Many primary follicles (primordial) and post ovulatory follicles were probably in micro size and unseen by an usual visual counting. It seems that serum E2 hormone concentration correlated to total number of preheararchal follicles. Supplemented KLE was able to improve the serum estrogen steroid hormone concentration and number of preheararchal follicle (small and medium follicles) in female burgo chicken.
ABSTRAKGejala umum terjadinya sindrom ascites pada ayam broiler adalah berupa akumulasi cairan yang berlebihan di rongga peritoneal yang menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh arteri pulmoner. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian akibat kurangnya suplai oksigen untuk kebutuhan metabolis tubuh. Angka kematian akibat Ascites pada ayam broiler adalah sebesar 5%. Sindrom ascites dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa factor yaitu lingkungan, manajemen, anatomi dan fisiologi dan genetik. Program pencegahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian Ascites pada ayam broiler adalah peningkatan genetik, nutrisi dan lingkungan yang lebih baik.
Negara beriklim tropis seperti Indonesia memiliki suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi, dan hal ini menjadi salah satu faktor berkembangnya ektoparasit. Ektoparasit pada unggas peliharaan dapat menjadi masalah yang berpotensi untuk berkontribusi pada kerugian sebuah usaha peternakan seperti penyakit, penurunan produksi dan bahkan mortalitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi serta menganalisa nilai Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) ektoparasit yang ditemukan pada 3 jenis inang ayam buras lokal (ayam burgo, ayam ketarras dan ayam kampung) yang dipelihara pada manajemen pemeliharaan intensif. Penelitian eksploratif ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling pada 3 jenis ayam buras lokal yang dipelihara secara intensif di Commercial Zone and Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Ektoparasit dikoleksi langsung dari setiap individu ayam, kemudian data jenis dan populasi ektoparasit dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 jenis ektoparasit yang ditemukan yaitu Echidnophaga gallinacea, Penicillidia dufourii, Lipeurus caponis, Menopon gallinae dan Rhipicephalus sanguineus. Total populasi ektoparasit pada 3 jenis inang ayam buras lokal ditemukan sebanyak 174 ekor. Populasi ektoparasit tertinggi yaitu 68 ekor (M. Gallinae) dan populasi terendah sebanyak 13 ekor (P. dufourii). Spesies M. gallinae dan L. caponis ditemukan lebih melimpah serta memiliki IKR yang tinggi (39,1% dan 24,1%).
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh media tumbuh yang berbeda terhadap kandungan air, protein dan lemak maggot BSF. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus – Oktober 2020 di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu dan Laboratorium Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu. Desain penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan ulangan sebanyak 3 ulangan. Pada penelitian ini menggunakan berbagai media tumbuh yaitu Lumpur Sawit (M1), Ampas Tahu (M2), Ampas Kelapa (M3) dan Pelepah Sawit (M4). Analisis data dilakukan dengan analisis ragam, apabila analisis berpengaruh nyata (P<0,05) maka dilakukan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa media tumbuh berbeda mempengaruhi kandungan air (P<0,05), tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada parameter kandungan lemak kasar dan signifikan mempengaruhi kandungan protein kasar (P<0,01) dan berat segar maggot BSF yang dihasilkan. Media yang menghasilkan kadar air Maggot BSF yang terendah yaitu ampas tahu (77,14 ± 0,53%); media tumbuh yang terbaik menghasilkan kadar protein maggot tertinggi adalah media tumbuh ampas kelapa (37,71 ± 0,54%) dan media tumbuh yang terbaik menghasilkan berat segar maggot tertinggi adalah media tumbuh ampas tahu (380.67 ± 43,11g). Berbagai media tumbuh maggot menyebabkan perubahan pada komposisi gizi maggot.
Putranto HD, Soetrisno E, Nurmeiliasari, Zueni A, Gibson B (2010) Recognition of seasonal effect on captive Sumatran Sambar deer reproductive cyclicity and sexual behaviors. Biodiversitas 11: 200-203. The objective of this study was to identify seasonal effect on reproductive cyclicity of a captive female Sumatran sambar deer by monitoring its visual estrus manifestations and visual sexual behaviors in buck during female natural estrus in ex situ habitat. A pair of six years of age Sumatran sambar deer was used in this study.Daily observation of visual estrus manifestations of doe and visual sexual behaviors of buck was conducted using focal-animal sampling by two animal keepers during 0800 to 1700 h from June-July 2009 (dry season) to August-September 2009 (rainy season). Doe visual estrus manifestations include apparent reddening and swelling of the external genitalia, loss of appetite and a natural tendency of the doe to approach the buck. There was no significant effect of season on doe visual estrus manifestations and buck sexual behaviors (p > 0.05),except for loss of appetite and fighting behavior, respectively. Estrus was observed monthly and result of the cycle was 25.00 ± 5.22 days. It is possible to assess non-invasively estrous cycle of Sumatran sambar deer by the observation of visual estrus manifestations and there was less of seasonal effect on doe-buck sexual behaviors during female natural estrus in ex situ habitat.Key words: estrous cycle, sambar deer, seasonal effect, sexual behavior.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.