Teknologi pencitraan ultrasonografi memiliki peranan penting dalam manajemen kesehatan pada ular sanca. Struktur sistem organ di dalam tubuh seperti hepatobiliari dapat dipantau secara non-invasif menggunakan teknologi ultrasonografi. Citra ultrasonografi organ hepatobiliari pada tiga spesies ular sanca, yang terdiri atas sanca batik, sanca bodo, dan sanca bola dilaporkan dalam tulisan ini. Pencitraan organ hepatobiliari dilakukan menggunakan trasnduser linear dengan frekuensi 10 MHz. Ukuran organ hepatobiliari diukur berdasarkan nomor dan jumlah sisik ventral tubuh. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa organ hati pada ketiga sanca memiliki ukuran yang bervariasi dan berada di antara persinggungan nomor sisik ventral 72-102. Organ kelenjar empedu berukuran 7-9 sisik dan berada di antara nomor sisik ventral yang bervariasi. Derajat ekogenitas organ hepatobiliari di antara ketiga sanca tidak menunjukkan adanya perbedaan. Ekogenisitas organ hati pada ketiga sanca tampak hipoekoik dengan dinding hiperekoik di antara bayangan organ paru-paru yang tampak hiperekoik. Kelenjar empedu tampak anekoik dengan dinding hiperekoik berada diantara organ limpa yang tampak hiperekoik dan organ pankreas yang tampak hipoekoik.
Hernia merupakan penonjolan dari sebagian atau seluruh organ dari lokasi anatomi normalnya melalui lubang yang abnormal. Tulisan ini melaporkan penanganan kasus hernia abdominalis pada seekor kucing domestik jantan berusia 1 tahun dibawa ke Rumah Sakit Hewan (RSH) Cikole Lembang Jawa Barat. Pemilik mengeluhkan terdapat pembesaran abdomen setelah tertabrak kendaraan sehari sebelum dibawa ke RSH Cikole. Berdasarkan anamnesa pemilik, temuan klinis, dan radiografi kucing didiagnosa hernia abdominalis. Tindakan penanganan yang dilakukan adalah laparotomi untuk mereposisi organ dan menutup cincin hernia. Pasien menjalani rawat inap di RSH Cikole untuk diobservasi dan setelah 2 hari pascaoperasi, kucing sudah kembali aktif dan kondisi jahitan telah membaik.
Ekokardiografi merupakan salah satu teknik diagnosis kesehatan organ jantung dengan memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang bersifat non-invasif, aman, cepat, dan mudah dilakukan. Penelitian ekokardiografi ini bertujuan untuk mengamati struktur, ukuran, dan posisi organ jantung pada tiga spesies sanca, yaitu Sanca batik, Sanca bodo, dan Sanca bola. Organ jantung dicitrakan menggunakan ultrasonografi mode-brightness dengan transduser jenis linear berfrekuensi 10 MHz dan menggunakan media air sebagai penggati gel ultrasound. Ular dikekang dan ditangani secara fisik, tanpa menggunakan sedasi ataupun obat bius selama pencitraan berlangsung. Posisi organ jantung diukur berdasarkan nomor sisik ventral, sedangkan ukuran organ jantung diukur berdasarkan jumlah sisik ventral. Hasil pencitraan menunjukkan bahwa posisi organ jantung berada pada nomor sisik ventral ke-55–77, sedangkan ukuran organ jantung berkisar 12–13 sisik ventral. Posisi jantung Sanca batik cenderung lebih anterior dibandingkan Sanca bodo dan Sanca bola. Citra ultrasonografi pada standar pandang longitudinal memperlihatkan bagian jantung berupa sinus venosus, atrium kanan, atrium kiri, cavum arteriosum, cavum venosum, cavum pulmonale, arteri pulmonum, dan aorta. Sedangkan pada standar pandang transversal memperlihatkan bagian dari cavum venosum, cavum pulmonale, cavum arteriosum, dan aorta. Otot organ jantung memiliki ekogenisitas yang berwarna abu-abu (hipoekoik) dengan ruang jantung berisi darah yang tampak berwarna hitam (anekoik). Sedangkan jaringan jantung yang lebih liat tampak berwarna putih (hiperekoik).
Schistosomus reflexus merupakan kelaianan kongenital berupa dorsoflexi tulang belakang sehingga saat palpasi perektal akan teraba kepala dan ekstremitas fetus yang berdekatan. Rongga thoraks dan abdomen fetus gagal menutup sehingga terjadi paparan organ viseral. Tulisan ini melaporkan kasus schistosomus reflexus yang terjadi pada fetus dari seekor induk sapi Friesian Holstein. Keadaan induk sapi sudah 6 jam mengalami perejanan tanpa disertai adanya kelahiran. Pemeriksaan palpasi perektal ditemukan kaki belakang fetus melipat ke kepala fetus di jalan kelahiran. Kantung amnion sudah pecah dan disertai oleh keluarnya intestin fetus. Penanganan dilakukan melalui bedah sesar, namun setelah fetus berhasil dikeluarkan, beberapa organ fetus menempel pada uterus induk. Jaringan dari organ fetus yang sulit untuk dikeluarkan dari uterus dibiarkan dan uterus dijahit. Penjahitan kulit, lemak, dan otot dilakukan sekaligus dengan tipe jahitan interlocking menggunakan benang nilon. Induk sapi kemudian di culling karena persembuhan pascabedah kemungkinan akan sulit bagi induk sapi untuk kembali bereproduksi akibat sisa jaringan fetus yang masih berada dalam uterus.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.