The use of written communication through short messages in social media on smartphone platforms has recently become a habit in social relations and communication. Language politeness and emotional intelligence are required by individuals, groups, communities, or institutions in conveying the contents of the messages, ensuring them to be perceived appropriately by their targets. Methods: Survey research was carried out on 173 respondents with Malay culture background in Indonesia and Malaysia using the Self-Rated Malaysian Emotional Intelligence Scale developed by with a reliability value of 0.922 for Malaysian respondents and 0.803 for Indonesian respondents as well as using a politeness scale developed based on Lakoff's linguistic politeness theory. Results:The findings of the study demonstrated that culture may affect language politeness (F (3.169) = 5.759 and M2 = F (4.168) = 4.300, P<0.05). However, language politeness did not correlate to emotional intelligence, age, gender, and educational background. Consequently, the use of communication in short messages should consider the cultural background of both the sender and receiver. Cultural similarities may facilitate the understanding of the message's content and diminish the occurrence of communication issues or conflicts.
Kesejahteraan psikologis individu sangat penting, terutama bagi relawan. Tingkat kesejahteraan yang rendah dapat berdampak pada kesehatan mental dan perkembangan relawan secara keseluruhan. Munculnya kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh aktivitas altruis. Dalam penelitian ini, dilakukan uji korelasi antara altruisme dengan kesejahteraan psikologis relawan pada Lembaga Filantropi Dompet Dhuafa. Sebanyak 133 peserta dalam penelitian ini yang menyelesaikan kuesioner menggunakan instrumen altruism scale dan Ryff’s psychological well-being scale. Altruisme dan kesejahteraan psikologis pada relawan memiliki hubungan positif signifikan yang sangat kuat. Menurut analisis data menggunakan pendekatan korelasi Spearman (r(133)= 0,523; p < 0,001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis relawan akan meningkat atau semakin tinggi, seiring dengan tingginya tingkat altruisme.
Kesejahteraan psikologis merupakan kemampuan berfungsi positif individu dengan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah status hubungan romantis. Singlehood merupakan individu yang sedang tidak atau belum pernah berhubungan romantis dalam jangka waktu yang lama. Terdapat dua tipe singlehood, yaitu voluntary dan involuntary singlehood. Berdasarkan perbedaan tipe tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kesejahteraan psikologis antara voluntary dan involuntary singlehood. Penelitian dilakukan pada perempuan dewasa awal usia 20-25 tahun dengan jumlah 74 partisipan, dengan rincian 52 partisipan voluntary singlehood dan 22 partisipan involuntary singlehood. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan perbedaan kesejahteraan psikologis yang signifikan antara voluntary dan involuntary singlehood pada perempuan dewasa awal. Dimensi yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya ditemukan pada dimensi otonomi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.