Marble, one of natural stone, has been widely produced since the last decade. In South Aceh, Marble stone is fabricated at Marble Production Unit that is located around Polytechnic of Aceh Selatan. The using of large-scale stone-cutting machines in Marble Production process tends to be a major noise source in Polytechnic of Aceh Selatan environment. The aim of this study is to analyze the noise level generated by Marble Cutting Machine in Marble Production Unit. The noise levels were analyzed by measuring Background Noise Level (BNL) and Sound Pressure Level (SPL). Sound Level Meter Type SL-814 was employed in the measurement. The results show that Background Noise Level measured is 53.03 dB on average. The highest Sound Pressure Level measured when the marble cutting machine was operated without workpiece is 94dB. In addition, the highest sound pressure level measured when marble cutting machine was operated with the workpiece is 96 dB. The values have generally exceeded the Threshold Noise Level allowed for education area, 55 dB. The noisy condition in campus environment would have an impact on teaching and learning processes within the Polytechnic of South Aceh.
Kualitas minyak pala ditentukan oleh kualitas pala dan penggunaan teknologi proses pemurnian yang digunakan. Teknik pengeringan untuk bahan baku dan proses penyulingan yang meliputi bahan ketel, sistem pendingin, dan desain ketel untuk penyulingan mempengaruhi hasil dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Boiler terbuat dari Stainless steel 304 dengan diameter 70 cm, panjang 120 cm, dan tebal pelat 3 mm. Boiler juga dilengkapi dengan system water tube untuk mempercepat pemanasan air. Tekanan berlebih dikendalikan oleh katup pengaman tekanan karena boiler ini dirancang dengan kapasitas tekanan 3 bar. Ketel terbuat dari Stainless steel 304 yang dilengkapi dengan keranjang bertingkat untuk memkasimalkan sirkulasi dan tekanan uap dalam ketel. Pipa kondensor yang berada dalam air pendingin menggunakan pipa aluminum untuk memaksimalkan proses kondensasi. Selama proses pemanasan air di dalam water tube terus terjadi peningkatan temperatur hingga 80 <sup>o</sup>C pada menit ke 90. Temperatur air yang dipompakan ke dalam boiler sudah mencapai 73 <sup>o</sup>C yang bersumber dari kondensor. Sejalan dengan peningkatan temperatur air di dalam kondensor, hal ini mengakibatkan kestabilan temperatur pada saat penambahan air dalam boiler. Rata-rata penurunan temperatur hanya 2,7 oC. Penggunaan air panas dari kondensor dapat meningkatkan efektifitas boiler untuk menghasilkan uap yang ditransfer ke ketel. Hal ini menyebabkan temperatur di ketel langsung stabil pada menit ke 90 dengan rata-rata temperatur sebesar 110 <sup>o</sup>C. Tempertur air yang dihasilkan oleh kondensor bertahan pada 84-85 <sup>o</sup>C. Kondisi ini diakibatkan oleh penambahan air ke dalam kondensor yang dilakukan setelah air dalam kondensor tersebut dipompa ke boiler. Tempertur air dalam kondensor ini selain dapat meningkatkan efektifitas boiler dan ketel tetap juga dapt menurunkan kemampuan pipa kondensor untuk merubah fase uap ke cair. Penggunaan cooling tower sangat dibutuhkan untuk dapat menstabilkan temperatur air dalam kondensor maksimal hingga 60-65 <sup>o</sup>C. Perbedaan tempertur boiler, ketel dan kondensor dimana temperatur air dalam kondensor masih terlalu tinggi (85 <sup>o</sup>C). Hal ini perlu treatment khusus untuk menjaga temperatur kondensor pada temperatur rendah agar proses perubahan fase uap ke cair dapat berlangsung secara optimal.
Rice harvesting machines that can be operated in swampy, peatland, narrow and can be operated and maintained by farmers, can be considered for design, some previous research has been carried out, including a two-lane mini rice harvester with a performance of 20.33 hours per hectare and has been in manufacturing and in performance tests. Experimental studies on engine performance were carried out in this research. This research uses 2x50 watt peak polycrystalline solar panels connected to a 12 volt 45 AH battery, the battery will drive a 50 watt electric motor. Current and voltage measurements are carried out on the solar panel and battery when in condition, first the solar panel is connected to the battery and not connected to the electric motor, the second solar panel is connected to the battery and connected to the electric motor, the three solar panels are not connected to the battery and the battery is connected to electric motor. The results of the first condition study indicate that the electric current will be more stable using a new battery, when compared to using a battery in the previous study. The second condition was that the performance of the two-lane mini rice harvester increased by 50% when compared to the performance of an electric motor using a battery that was not connected to a solar panel. The third condition shows the performance of the electric motor has increased by up to 300% when compared with the results of previous studies, it is estimated that the electric motor will continue to rotate for up to 8-10 hours.
Perahu tradisional membutuhkan pohon untuk pembuatannya. Jumlah pohon yang semakin terbatas,proses pembuatan yang relatif lama dan masa pakai yang singkat membuat perahu tradisional ini semakin tidak efektif lagi untuk digunakan. Maka diperlukan teknologi alternatif yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut, penerapan teknologi perahu fiberglass dapat diterapkan. Tujuan penerapan teknologi perahu fiberglass adalah pembuatan perahu fiberglass yang berfokus pada perubahan penggunaan material perahu dari kayu ke fiberglass sehingga dapat dihasilkan perahu yang murah, kuat dan tahan lama sehingga dapat memperbaiki hasil produksi nelayan. Penelitian dilaksanakan di desa Suak Bakung Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan, dengan tahapan 1). Pembuatan cetakan, 2). Pembuatan perahu metode hand lay-up, 3). Pengujian dan evaluasi. Penelitian menghasilkan sebuah produk perahu fiberglass dengan ukuran dimensi panjang perahu 4,5 meter, lebar maksimum perahu 80 cm dan tinggi 40 cm dengan kapasitas penumpang maksimum 4 orang. Pengujian menunjukkan bahwa perahu fiberglass aman dan layak digunakan di Sungai Kluet dan hasil evaluasi bahwa aspek estetika terjadi peningkatan sekitar 9,5% jika dibandingkan denganhasil perahu dari kayu. Dengan menggunakan perahu nelayan sebagai cetakan biaya produksi menjadilebih hemat sekitar 22,5% jika jika harus menggunakan cetakan yang dirancang bangun. Produksiperahu fiberglass dengan cetakan perahu yang ada akan menjadi lebih ekonomis dan harga perahudapat dijual murah kepada masyarakat
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.