Amid public concern about increasing radicalism and intolerance among Indonesianstudents, discussions on the importance of peaceful education came again to draw attention. Through a qualitative research, we found a method of peaceful education teaching that is intrinsic and based on local wisdom about the feminine attributes of God which can be internalized by students so that they have a culture of peace. Through this method, the Syukrillah Islamic Boarding School, Cipongkor, West Java, has taught a comprehensive understanding of religion, recognition of different opinions on religions, and feminine characteristics which are essential qualities desired in peaceful education. This article offers a new perspective of peaceful education by adopting a local wisdom concept that hopefully enriches the discussion of peaceful education.
Palestina adalah satu-satunya bangsa di dunia ini yang masih mengalami penjajahan secara fisik. Sejak tahun 1948, Israel didirikan di atas tanah bangsa Palestina dengan melakukan pengusiran terhadap warga dan pendudukan di atas tanah yang mereka tinggalkan. Dalam menghadapi situasi keterjajahan, bangsa Palestina melakukan perlawanan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan melakukan perlawanan budaya, dan salah satu modelnya adalah peniruan budaya atau mimikri. Artikel ini bertujuan untuk menemukan pola mimikri yang terjadi di Palestina dengan menggunakan pendekatan teori dan metode poskolonialisme Edward Said, serta teori mimikri yang diperkenalkan oleh Homi Bhabha. Artikel ini menyimpulkan bahwa sebagian orang Palestina, secara sadar, melakukan peniruan atas budaya dan literasi Yahudi dan Israel. Upaya peniruan tersebut dilakukan sebagai bagian dari strategi untuk memperoleh kemerdekaan mereka.
<p><strong>Abstract</strong> <strong>:</strong> The Quranic interpretation is an effort to explain the meaning of the Quranic verses. In literary studies, the Quranic interpretative attempt is an interpreter’s reception aestethics towards the Quranic verses. In another side, the interpreter (mufasir) is, during his effort of interpreting the Quran, necessarly influ-enced by the other texts he or she has ever read. The process of the interpreter’s being influenced by the other texts while interpreting the Quran is, in the literary theory, called intertextuality. Thus, there is a very close relation between the Quranic interpretation and literary sciences.</p><p><strong><em>Keywords : </em></strong><em>literary science, structuralism of science, pragmatic approach, reception aesthetics, intertextuality, the Quran, interpretation, hadith, history.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong> : Tafsir al-Qur’an adalah upaya untuk menjelaskan maksud dari ayat-ayat al-Qur’an. Dalam perspektif ilmu-ilmu sastra, upaya untuk menafsirkan al-Qur’an adalah bentuk estetika resepsi mufasir (penafsir) ter-hadap ayat-ayat al-Qur’an. Di sisi lain, saat menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, mufasir pastilah dipengaruhi oleh teks-teks lain yang pernah menjadi sumber bacaannya. Proses dipengaruhinya mufasir oleh teks bacaan lain saat menafsirkan al-Qur’an ini dalam konteks ilmu-ilmu sastra disebut intertekstualitas. Dengan demikian, ada hubungan yang sangat erat antara tafsir al-Qur’an dengan ilmu-ilmu sastra.</p><p><strong><em>Kata-Kata Kunci : </em></strong><em>ilmu sastra, strukturalisme ilmu, pendekatan pragmatik, estetika resepsi, intertekstualitas, al-Qur’an, tafsir, hadis, sejarah</em></p>
Ecological problems in the world have become increasingly worrisome and their solutions require global cooperation. In the West, this ecological problem creates a philosophical polemic between two camps, namely anthropocentrism and eco-centrism; which in the study of International Relations is known as the green theory. Given that 24% of the world's population is Muslim, who make up the majority in 49 countries, it is necessary to develop a 'green theory' based on Islamic philosophy. Through this paper, the author elaborates on Mulla Sadra's philosophical thoughts regarding the human position cosmologically in relation to the polemic between anthropocentrism and eco-centrism. There are four Mulla Sadra principles related to humans, namely (1) the principle of unity among all beings in the universe, (2) the principle of causality that connects every being, in which humans have a central and determining role in this causal system, (3) the principle of tajalliy which states that every existence in this universe is the appearance and incarnation of God, so that any attempt to destroy the ecosystem will basically harm man himself, and (4) the human principle as an intermediary for other forms in reaching perfection. Based on these four principles, Sadra stated that humans have a very central position in the middle of the universe. However, in contrast to anthropocentrism, which views humans as having the right to exploit nature, Sadra places humans as people responsible for managing nature.Masalah ekologi di dunia telah semakin mengkhawatirkan dan penyelesaiannya membutuhkan kerjasama global. Di Barat, masalah ekologis ini menciptakan polemik filosofis di antara dua kubu, yaitu antroposentrisme dan ekosentrisme; yang dalam kajian Hubungan Internasional dikenal dengan sebagai teori hijau (green theory). Mengingat 24% populasi dunia adalah Muslim yang menjadi mayoritas di 49 negara, perlu dikembangkan ‘teori hijau’ yang berbasis filsafat Islam. Melalui tulisan ini, penulis mengelaborasi pemikiran filsafat Mulla Sadra terkait dengan posisi manusia secara kosmologis dihubungkan dengan polemik di antara antroposentrisme dan ekosentrisme. Ada empat prinsip Mulla Sadra terkait manusia, yaitu (1) prinsip kesatuan di antara semua wujud di alam semesta, (2) prinsip kausalitas yang menghubungkan setiap wujud, di mana manusia memiliki peran sentral dan menentukan dalam sistem kausailtas ini, (3) prinsip tajalliy yang menyatakan bahwa setiap maujud di alam semesta ini merupakan tampilan dan jelmaan Tuhan, sehingga setiap upaya merusak ekosistem pada dasarnya akan merugikan manusia itu sendiri, dan (4) prinsip manusia sebagai perantara bagi wujud-wujud lainnya dalam menggapai kesempurnaan. Berdasarkan keempat prinsip ini, Sadra menyatakan bahwa manusia memiliki posisi yang sangat sentral di tengah alam semesta. Namun berbeda dengan antroposentrisme yang memandang manusia berhak mengeksploitasi alam, Sadra menempatkan manusia sebagai pihak yang bertanggung jawab manusia dalam pengelolaan alam.
Konflik Israel-Palestina adalah salah satu isu politik internasional yang paling panas di dunia. Dalam berbagai kajian, agama Islam yang dianut oleh mayoritas bangsa Palestina sering dipandang sebagai akar konflik. Ada dua perspektif di tengah internal umat Islam yang mengaitkan agama dengan konflik Israel-Palestina. Perspektif pertama meyakini bahwa konflik di Palestina adalah konflik antaragama, yaitu Islam versus Yahudi. Perspektif kedua memandang bahwa konflik di kawasan itu bukan pertempuran antaragama, melainkan pertempuran antardua entitas: penjajah dan terjajah. Namun, perspektif kedua ini tetap menggunakan agama sebagai landasan untuk membela bangsa Palestina karena prinsip melawan kezaliman memang ada dalam ajaran Islam. Dalam artikel ini, penulis akan mengemukakan teks-teks Al Quran yang berbicara tentang Israel. Temuan dalam tulisan ini adalah adanya dua versi ayat Al Quran tentang Yahudi: pertama, ayat-ayat yang menceritakan perilaku buruk orang-orang Yahudi dan kedua, ayat-ayat yang bicara hal positif tentang kaum Yahudi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.