AbstrakKasus multi drug resistant tuberculosis (MDR TB) terus meningkat. Penatalaksanaan klinis MDR TB lebih rumit dibandingkan dengan TB sensitif karena menggunakan obat anti-TB lini I dan lini II, sehingga menyebabkan permasalahan toleransi dan efek samping. Desain penelitian ini kohort yang bertujuan untuk mengetahui jenis, frekuensi, dan faktor risiko efek samping obat. Pelaksanaan penelitian dilakukan antara Januari 2011-Juni 2013. Suspek MDR TB diambil sputum, dilakukan pengecatan Ziehl Nielsen, dilanjutkan pemeriksaan Xpert MTB/ RIF pada regio gen rpoB untuk menentukan resistensi rifampisin. Selanjutnya uji resistensi obat anti-TB dengan menggunakan media padat (Lowenstein Jensen) dan media cair Mycobacteria growth indicator tube test (MGIT). Penelitian dilakukan di RS Dr. Moewardi. Jumlah pasien yang terkonfirmasi MDR TB adalah 114 orang: 56 lakilaki dan 58 perempuan. Efek samping terbanyak gangguan gastrointestinal: mual 79,8%, muntah 78,9%. Sebagian besar efek samping derajat ringan 76,3%. Terdapat hubungan antara riwayat pengobatan TB dan gangguan renal (p=0,026), antara jenis kelamin dan gangguan renal (p=0,033) serta gangguan pendengaran (p=0,039). Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan gangguan psikiatri (p=0,062), antara riwayat pengobatan TB dan gangguan pendengaran (p=0,115) serta hipokalemia (p=0,968 Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB): Epidemiologic Review and Adverse Events Risk Factors of Anti Tuberculosis Drugs AbstractThe number of Multi drug resistant tuberculosis (MDR-TB) cases is predicted to be increasing. The management of MDR-TB is more complex than susceptible TB due to the resistance to the first and second lines of anti tuberculosis drugs. Leading to anti tuberculosis drugs tolerance and adverse event issues. This study was a cohort study conducted between January 2011 and June 2013 to describe the type, frequency, and risk factors of adverse events caused by drugs. Sputum samples of patients who were suspected to have MDR TB were collected and examined as sputum smears using Ziehl Nielsen staining and Gene Xpert MTB/RIF segment amplification of rpoB gene region methods to assess resistance towards rifampicin. Samples with positive results were cultured in solid medium (Lowenstein Jensen) and liquid medium (Mycobacteria growth indicator tube test,MGIT). This study was conducted in Moewardi General Hospital. The number of confirmed MDR-TB patients was114 subject consisting of 56 males and 58 females. The most common adverse events were gastrointestinal disturbances including nausea 79.8% and vomiting 78.9%. Minor adverse events also found in 76.3% patients. There was a significant relationship between previous anti tuberculosis medication and renal impairment (p=0.026); between sex and renal impairment (p=0.033); and between sex and hearing impairment (p= 0.039). There was no significant relationship between sex and mental illnesses (p=0.062) as well as between previous anti tuberculosis medication and hearing impairment (p=0.115) and between previous anti tubercul...
ABSTRAKKanker kolorektal mencapai sepuluh persen dari total tipe tumor di seluruh dunia dan merupakan kanker dengan mortalitas tertinggi di seluruh dunia. Kejadian kanker kolon terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk baik di negara berkembang maupun negara maju. Kemoterapi belum memberikan hasil yang optimal dan sering menimbulkan efek samping yang serius karena pada umumnya tidak bekerja spesifik pada sel kanker tetapi juga pada sel normal. Banyak bahan alam yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai agen kombinasi seperti propolis, jinten, tapak dara, mengkudu, dan daun dewa. Propolis merupakan suplemen nutrisi yang dihasilkan oleh lebah dan telah digunakan sebagai pengobatan tradisional di dunia. Propolis sudah banyak dijadikan bahan penelitian karena aktivitas antibakteri, antijamur, antivirus dan hepatoprotektifnya. Propolis dan senyawa lainnya telah digunakan untuk mengobati inflamasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh, dan agen anti kanker. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian propolis dari daerah Kerjo, Karanganyar, Indonesia terhadap ekspresi caspase 3, proliferasi dan induksi apoptosis pada kultur sel kanker kolon (cell line WiDr). Penelitian menggunakan desain eksperimental laboratorik dengan post test with control group design. Penelitian menggunakan kultur sel WiDr (sel kanker kolon) dengan pemberian ekstrak ethanol propolis (EEP). Pengamatan ekspresi caspase 3 dengan metode imunositokimia, sedangkan pengamatan proliferasi dengan metode doubling time dan induksi apoptosis dengan metode double staining. Hasil Penelitian didapatkan EEP dengan IC 50 sebesar 140 µg/mL meningkatkan ekspresi caspase 3 sebesar 42,1% dibandingkan kelompok kontrol 6,89%. EEP meningkatkan ekspresi caspase 3 sebanding dengan peningkatan konsentrasi EEP. EEP dengan dosis konsentrasi 70, 140, 280 µg/mL mampu menekan proliferasi baik pada proliferasi jam ke-24, 48 , maupun 72. EEP dengan IC50 sebesar 140 µg/mL meningkatkan induksi apoptosis sebesar 53,16% dibandingkan kelompokkontrol 0,64%. Pemberian EEP meningkatkan induksi apoptosis sebanding dengan peningkatan konsentrasi EEP. Penelitian ini menunjukkan bahwa EEP mempunyai sifat antiproliferasi dan mampu menginduksi apoptosis pada sel WiDr.
Kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak ketiga pada pria, kedua pada wanita, dan menjadi penyebab kematian keempat, sekitar 8% dari penyebab kematian karena kanker. Sebagian besar pasien kanker kolorektal didiagnosis dalam stadium yang sudah tidak dapat dioperasi. Propolis diketahui memiliki aktivitas anti kanker. Mekanisme anti kanker propolis melalui induksi apoptosis dan juga melalui penghambatan proliferasi dalam siklus sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek anti kanker ekstrak ethanol propolis (EEP) yang berasal dari Kerjo, Karanganyar, Indonesia pada kultur sel adenokarsinoma kolorektal (cell line WiDr) melalui pengaruhnya terhadap ekspresi protein Caspase 8, apoptosis dan proliferasi sel. Penelitian ini merupakan penelitian experimental laboratories, post test with control group design. Penelitian dilakukan pada kultur sel WiDr dengan perlakuan pemberian dosis ekstrak ethanol propolis, kontrol positif (5-FU), kombinasi ekstrak ethanol propolis dengan 5-FU, dan kontrol negatif (tanpa obat). Pengamatan ekspresi protein Caspase 8 dilakukan dengan metode imunositokimia, pengamatan apoptosis dilakukan dengan double staining menggunakan pewarnaan akridin oranye–etidium bromide, sedangkan pengamatan proliferasi menggunakan MTT assay dengan doubling time. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa EEP cenderung menekan viabilitas sel WiDr dengan IC sebesar 140 µg/mL. EEP konsentrasi 70,140, 280 µg/mL mampu meningkatkan ekspresi protein Caspase 8 dan menginduksi apoptosis yang sebanding dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan. EEP konsentrasi 70 µg/mL dapat menghambat proliferasi sel sebanding dengan EEP konsentrasi 140 dan 280 µg/Ml. Penelitian ini menunjukkan EEP mampu menekan viabilitas sel WiDr. Aktivitas ini kemungkinan terkait dengan kemampuannya dalam meningkatkan ekspresi protein Caspase 8 dan apoptosis sebanding dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan. EEP pada konsentrasi terkecil yang diuji (70 µg/mL) mampu menghambat proliferasi pada sel WiDr sebanding dengan dosis yang lebih tinggi. Kata kunci: EEP, Caspase 8, apoptosis, proliferasi, cell line WiDr
Pancreatic cancer is difficult to diagnose in early stage. Malignant bile duct obstruction is a severe complication of pancreatic cancer, which can lead to poor outcomes including cholangitis, delayed treatment, reduced quality of life, and increased mortality. Perendoscopic placement of stents is a method widely used in the management of various malignant and benign pancreatico-biliary abnormalities. A 70-year-old woman came to Dr Moewardi General Hospital in Surakarta with the chief complaint of yellowish skin and eyes since one month before hospital admission. Patient was diagnosed with obstructive jaundice due to suspected of advanced stage pancreatic cancer. Subsequently, patient underwent endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) which revealed an intrahepatic and extrahepatic bile ducts dilatation due to pancreatic tumor which infiltrated common bile duct, thus self expandable metallic stent (SEMS) placement was performed. Furthermore, patients received palliative therapy due to inadequate chemotherapy requirement.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.