Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas estrogenik ekstrak etanol jintan hitam terhadap perkembangan uterus tikus putih betina. Penelitian dibagi dalam 6 kelompok dan masing-masing kelompoknya terdiri dari 3 ekor, kelompok pertama menggunakan suspensi Na. CMC sebagai kontrol, kelompok pembanding diberikan etinil estradiol 0.03 mg dan Levonorgestrel 0.15 mg, kelompok 3 dan 4 diberikan ekstrak etanol 200, 400 mg/KgBB, kelompok 5 dan 6 mendapatkan dosis gabungan pembanding dengan ekstrak etanol jintan hitam 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB. Sediaan diberikan secara per oral selama 7 hari dan pada hari ke 8 dilakukan pembedahan dan diambil organ reproduksinya. Parameter yang diamati adalah berat basah uterus, diameter uterus, diameter endometrium, dan ketebalan endometrium. Hasil analisa statistik menggunakan ANOVA satu arah dan uji lanjut duncan menunjukkan bahwa pada berat basah uterus dan tebal endometrium semua kelompok perlakuan tidak signifikan (p > 0.05). Pada diameter uterus dan diameter endometrium memberikan hasil yang signifikan ( p < 0.05). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada dosis ekstrak etanol jintan hitam dosis 200 mg/KgBB lebih efektif untuk uji aktivitas estrogenik terhadap perkembangan uterus tikus dibandingkan dosis pada kelompok uji lainnya sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti hormon terapi.
AbstrakInfeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang memiliki prevalensi cukup tinggi. Berdasarkan data rekam medis RSUP dr. M. Djamil Padang pada tahun 2013, terdapat pasien ISK sebanyak 273 orang. Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis rasionalitas terapi antimikroba parenteral serta pengelolaannya di bangsal penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan data prospektif pada bulan April sampai Juni 2015 di bangsal penyakit dalam. Kriteria inklusi yaitu pasien ISK dewasa (>18 tahun), dirawat di bangsal penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil, serta mendapatkan terapi antimikroba parenteral. Hasil analisis penggunaan antimikroba parenteral menunjukkan bahwa antibiotik sefalosporin generasi III paling banyak digunakan (79,16%) serta dikombinasi dengan quinolon, flukonazol, dan metronidazol. Hasil analisis rasionalitas memperlihatkan bahwa terapi telah tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat obat dan penggunaannya (94,7%). Pada proses pengelolaan sediaan antimikroba parenteral ditemukan bahwa penyimpanannya telah tepat, namun proses rekonstitusi belum memenuhi teknik aseptis serta prosedur yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2009. Based on the Medical Record Data, there were 273 patients with UTI. The purpose of the study was to analyse the rationality of parental antimicrobial preparation use and management. This prospective observasional study used data from April to June 2015 in internal medicine wards. The inclusion criteria include UTI adult patients (>18 years), were treated at the department of internal medicine ward dr. M. Djamil hospital, as well as parenteral antimicrobial therapy. Results of the statistical analysis showed that the use of antimicrobial parenteral used of third generation cephalosporin antibiotik most widely used was (79.16%) and in combination with quinolones, fluconazole, and metronidazole. Results of the analysis showed that the therapy, patient, frequency, dosage and precise method of drug administration was (100%) duration of therapy was (94,7%) appropriate. As for the process management of parenteral antimicrobial preparations was found that the storage was right, but the reconstitution process has not complied with the procedures established by the Ministry of Health in 2009. The use of parenteral antimicrobial in patients with UTIs at dr. M. Djamil Padang hospital has been rational, but the reconstitution process is not appropriate the procedures established by the Ministry of Health in 2009.
Hipertensi merupakan faktor resiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik stroke iskemik maupun stroke pendarahan. Peningkatan resiko stroke terjadi seiring dengan peningkatan tekanan darah. Telah dilakukan penelitian analisis penggunaanobat antihipertensi pada pasien stroke iskemik di RSSN Bukittinggi, dengan tujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke iskemik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Data diambil secara prospektif dari data rekam medis pasien di instalasi rawat inap C lantai 1 dan 2 RSSN Bukittinggi selama periode Mei 2016. Analisa kuantitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien hipertensi pada kasus stroke iskemik berdasarkan usia, jenis kelamin, faktor resiko dan pemilihan obat antihipertensi. Berdasarkan data penelitian didapatkan stroke iskemik paling sering terjadi pada pria dengan rentang usia diatas 60 tahun sebanyak 26 orang (56,52%), dimana faktor resiko terbanyak adalah hipertensi sebanyak 37 orang (66,07%). Obat anti hipertensi yang sering digunakan yaitu golongan CCB dihidropiridin 29 pasien (30,85%). Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui ketepatan pemilihan obat, regimen, dan waktu memulai terapi obat. Berdasarkan data penelitian didapatkan. Pemilihan obat dan regimen 84,21 % tepat, ketepatan indikasi 54,35 % tepat, dan ketepatan memulai terapi antihipertensi 36,96 % tepat sesuai dengan yang tertera pada literatur.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan sebuah penyakit autoimun akibat kerusakan jaringan. Salah satu terapi SLE adalah menggunakan obat golongan kortikosteroid sebagai antiinflamasi dan imunosupresan. Obat ini memiliki banyak efek samping, sehingga penggunaannya harus diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan dan analisis DRP dari obat kortikosteroid pada pasien lupus di bangsal penyakit dalam RSUP dr. M.Djamil Padang pada tahun 2013. Peneltian ini merupakan penelitian deskriptif yang pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif dari data rekam medik pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan terdapat 37 orang pasien lupus yang didominasi oleh perempuan (93,94%) dengan rentang usia terbanyak 17-25 tahun (57,57%) dan kortikosteroid yang paling banyak digunakan adalah metil prednisolon (90,90%) dan prednison (3,03%) dengan rute terbanyak peroral (60,60%). Masalah terkait obat (DRP) yaitu dalam administrasi prednison oral (6,06%) dan interaksi obat kortikosteroid dalam resep (21,21%).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.