Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan predileksi plak gigi pada kucing yang dipelihara di kota Denpasar. Penelitian observasional telah dilakukan terhadap 50 ekor kucing lokal maupun kucing ras di kota Denpasar. Kucing diamati di tempat yang gelap dan gigi diamati pencerahannya dengan Wood’ lamp untuk melacak keberadaan plak gigi. Hasil positif ditandai dengan adanya fluoresensi merah. Hasil penelitian ini, didapatkan 46 kucing positif memiliki plak gigi dengan prevalensi 92%. Predileksi plak gigi terdapat pada bagian gigi incisivus, caninus, molar dan pre molar, tetapi predileksi terbesar terdapat pada pre molar bagian maxillaris. Sehubungan dengan prevalensi tersebut, perlu dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada kucing, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit gigi, mulut, serta plak yang berpotensi menimbulkan penyakit periodontal. Pemeriksaan kucing harus difokuskan pada gigi pre molar dan molar untuk kesehatan mulut.
Urolitiasis merupakan suatu keadaan ditemukannya urolit di dalam sistem urinaria. Faktor utama yang mengatur kristalisasi mineral dan pembentukan urolit adalah derajat saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman (pH) dan berat jenis urin (BJ) kucing dapat dijadikan sebagai indikator kejadian urolitiasis dan mengetahui jenis urolit yang terbentuk pada urolitiasis kucing. Sejumlah 15 sampel urin kucing yang mengalami urolitiasis digunakan dalam penelitian ini. Urin diuji dengan dipstik untuk mengamati perubahan BJ dan pH urin dan pemeriksaan sedimen dengan mikroskop untuk mengamati urolit yang terbentuk. Diperoleh hasil bahwa derajat keasaman (pH) urin dapat dijadikan sebagai indikator untuk mendiagnosa urolitiasis pada kucing, sedangkan berat jenis (BJ) urin tidak dapat dijadikan sebagai indikator untuk mendiagnosa urolitiasis pada kucing dan urolit yang terbentuk yaitu urolit struvit dan urolit kalsium oksalat.
Ringworm is an zoonotic infectious skin disease that can infect many types of animals. This disease is caused by dermatophytes fungi. Ringworm cases in cattle were quite widely reported in various countries but a report about the dermatophytes fungi that caused ringworm in bali cattle have never been published. It is very important in the efforts to give more effective therapies. This study aimed to identify the species of dermatophytes fungi that caused ringworm in bali cattle. Eight bali cattles suspected ringworm samples were taken using superficial skin scraping and trichogram (hair pluck) technique. The samples of skin scrapings dan hair on the area of the lesion were taken for direct microscopic examination to find the presence of fungal elements (hyphae or arthrospora). They were dropped with 10% KOH, were allowed for 10-15 minutes, then were observed using microscope. Skin scrapings dan hair samples that showed positive results were cultured on Sabauroud’s Dextrose Agar (SDA) medium for 1-3 weeks dan were identified using Lactophenol Cotton Blue with microscope. The data were analyzed descriptively. Dermatophytes fungi that isolated dan identified were Microsporum gypseum (75% or 6/8) and Microsporum nanum (25% or 2/8). Both of these fungi have ectothrix invasion/infection tipe, which is the forming of arthrospores/arthroconidia is only on the surface/superficial hair shaft therefore the topical therapy is sufficient to resolve the infection.
Canine Parvovirus (CPV) adalah penyakit infeksi virus yang fatal dan menular yang menyebabkan kematian tertinggi pada bangsa anjing, terutama pada anak anjing. Terdapat dua jenis Canine Parvovirus yaitu tipe. Anjing yang diperiksa pada hari jumat, 12 Oktober 2018 bernama Sam, Anjing Lokal, jenis kelamin jantan, umur 3 bulan, berat badan 2,1 kg. Anjing berwarna coklat putih hitam. Pemilik anjing ini bernama Bapak Bagus yang beralamatkan di Jln. Piranha II Sesetan Denpasar Selatan, Bali. Anjing mengalami muntah, diare, tidak nafsu makan dan minum serta terlihat lemas. Anjing belum divaksinasi tetapi Induk anjing sudah divaksinasi lengkap dan rutin. Hasil pemeriksaan fisik yaitu suhu tubuh 39,8oC, frekuensi detak jantung 172 kali/menit, frekuensi pulsus 160 kali/menit, frekuensi nafas 32 kali/menit, Capillary Reffil Time (CRT) > 2 detik, dan mukosa mulut tampak pucat. Dari pemeriksaaan laboratorium berupa pemeriksaan feses negatif dan pemeriksaan darah lengkap menunjukkan anjing mengalami anemia mikrositik hiperkromik, leukositosis, neutropenia, limfositosis, dan Eosinopenia serta dari uji rapid test (Tes Kit Parvovirus) menunjukkan hasil positif. Penanganan yang diberikan berupa terapi dengan pemberian cairan elektrolit ringer’s lactated dan Transfer factor. Untuk pencegahan dari infeksi sekunder diberikan antibiotik dengan spektrum luas yaitu amoxicillin 20. Penanganan untuk muntah dan diare diberikan perimperan (Metoclopramide HCl) serta guanistreap (Kaolin Pektin).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.