Bahan partikulat dengan ukuran lebih kecil dari 10 μm (PM10) telah dikaji dalam berbagai penelitian sebagai salah satu polutan utama di udara. Monitoring PM10 dibuthkan untuk mengevaluasi kualitas udara pada area spesifik. Propinsi Jambi hanya memiliki tiga stasiun pengukuran kualitas udara, dan satu diantaranya tidak aktif. Informasi polusi PM10 yang didapatkan dari kedua stasiun lainnya hanya tersedia di situs Kementrian Lingkungan Hidup dan data diakumulasi sekali tiap hari. Batasan-batasan tersebut merupakan latar belakang dari penelitian ini untuk merancang alat pengukur PM10 yang portabel, mudah digunakan, rendah biaya, dan simultan. Sensor debu GP2Y1010AU0F digunakan sebagai penghitung PM10 dengan metode optik dan frekuensi 280ms. Data keluaran dari sensor diproses oleh mikrokontroler menggunakan formula kalibrasi yang disediakan oleh pabrik sensor tersebut. Informasi konsentrasi PM10 ditampilkan di layar LCD dan disimpan dalam mikroSD. Uji performa dilaksanakan di Mendalo, Universitas Jambi pada 7 Maret (16.00-18.00), 8 Maret (12.00-14.00), dan 11 Maret 2017 (08.00-10.00). Hasil masing-masing pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 adalah 145.6 μg/m3, 149.5 μg/m3, dan 157.7 μg/m3. Merujuk pada PP No. 41 (1990), hasil yang didapatkan pada tanggal 11 Maret 2017 melebihi standar kualitas partikulat (150 μg/m3). Alat ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai instrumen monitoring kualitas udara.
Telah dilakukan pembuatan Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) dengan elektroda kerja yang terbuat dari campuran TiO2 dan 14% grafit yang selanjutnya ditulis sebagai TiO2:C14%.Koloid TiO2:C14% dideposisikan pada substrat kaca konduktif Fluorine Doped Tin Oxide(FTO) dengan metode sol-gel-spin coating pada kecepatan 500, 1000 dan 1500 rpm selama 50 detik. Kemudian lapisan ini direndam selama 24 jam dalam pewarna (dye) yang diambil dari ekstrak kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa). Untuk mengkarakterisasi bahan pembentuk sel surya dilakukan uji XRD dan SEM. Uji efisiensi sel surya tersensitasi zat warna dihitung dengan menggunakan rangkaian karakteristik kurva IV. Dari hasil yang diperoleh ketebalan tertinggi diperoleh pada kecepatan putar 500 rpm dengan ketebalan lapisan 0,9 mm dan efisiensi yang dihasilkan adalah 0,014%. The production of Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) has been done. The transparent electrode is made by mixing of TiO2 and graphite 14% (TiO2:C14%). TiO2:C14% colloid is deposited on a conductive glass substrate Fluorine Doped Tin Oxide (FTO) by spin coating method at 500, 1000 and 1500 rpm during 50 second. Then, the layer is soaked of 24 hours in dye taken from the extract of rosella. SEM and XRD characterization are performed for looking properties of DSSC materials. The efficiency of DSSC is calculated by using the characteristic circuit IV curve. The highest efficiency value is obtained when the thickest active layer (0,9 mm) at 500 rpm, the resulting efficiency is 0,014%.
Air pollution <span lang="EN-US">has a negative impact on the environment and human health. Meanwhile, the number of conventional air quality monitoring stations is minimal due to high procurement and operational costs. This study proposes a nitrogen dioxide (NO<sub>2</sub>) pollutant measurement system using the metal oxide sensor (MOX) sensor and cellular network for data transmission in the measurement area. A calibration curve is used to measure NO<sub>2 </sub>levels based on the sensor's internal resistance changes. Measurement data of NO<sub>2 </sub>concentration, air temperature, relative humidity, and geospatial information are compiled and sent via global positioning system (GSM), general packet radio service (GPRS) radio communication with transmission intervals of every minute. The database server processes the data and displays it on the web application. System testing results at the Tugu Kujang Bogor at 15:38:00-16:38:00 September 23, 2021, showed that the concentration of NO<sub>2</sub> ranged from 0.16-0.52ppm with an average of 270 ppb with an AQI of 133 in the unhealthy category for the sensitive group. The measured NO<sub>2</sub> levels are outside the range of the NO<sub>2 </sub>concentration database in the industrial areas of Bogor and Jakarta for the 2016-2020 period. Therefore, this system provides an excellent opportunity to obtain real-time measurement data in the field.</span>
Gas karbon monoksida (CO) merupakan salah satu zat pencemar udara dalam ruangan yang memiliki sifat tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa sehingga sulit dideteksi oleh panca indra manusia. Penelitian ini bertujuan untuk merancang-bangun sistem pemantau kualitas udara di dalam ruanga khususnya gas CO dalam ruangan secara waktu nyata dan akurat. Sistem dibangun menggunakan sensor CO berupa MQ-7, sistem pengendali utama ESP8266 AT2560 Robodyn, sensor temperatur dan kelembaban relatif udara DHT22, penanda waktu RTC, dan dashboard monitoring yang terkoneksi dengan Grafana yang telah dibangun dengan bahasa pemrograman Go-Lang untuk menerima data yang dikirimkan oleh sistem. Hasil pengujian di dalam ruangan bangunan rumah tipe-38 selama 24 jam menunjukkan bahwa kadar CO rata-rata di dalam ruangan sebesar 11ppm dan telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011. Tingkat kenyamanan termal berada pada kondisi nyaman optimal (22.8 – 25.8°C) dengan nilai rata-rata temperatur sebesar 25.7 °C, sedangkan kelembaban relatif rata-rata sebesar 65 % berada pada kondisi diatas kelembaban yang dianjurkan (40 – 50 %). Kinerja pengiriman data menunjukkan bahwa packet loss sistem sebesar 0.83% yang termasuk dalam kategori sangat bagus.
Air pollution has evolved into a global issue that necessitates immediate and accurate pollution control. The usage of the Metal Oxide Semiconductor (MOS) sensor as a monitoring system for air pollution levels is one possible answer to this challenge. The MQ-136 sensor is calibrated using standard SO2 (0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70) ppm as the test gas in this study. To collect the sensor output signal, a variety of equipment was created, including a gas test box, a voltage divider, and follower circuit, and a gas flow control unit operated by a microcontroller. The test gas can be pumped into the test box at a constant rate of 1.0 L.min-1 by the apparatus. To evaluate a significant difference (= 0.05), an analysis of variance was performed on the response signal generated by a series of sensors due to the concentration of the test gas. To examine the correlation between the sensor response signal and the test gas concentration treatment, as well as the sensor performance, linear regression analysis was used. The ANOVA results demonstrate no significant differences amongst the sensors, indicating that they all follow the same routine. Furthermore, ANOVA analysis reveals that the sensors respond differently at each level of SO2 concentration. According to linear regression, the relationship between gas concentration and sensor-1, sensor-2, and sensor-3 output signals is reflected by coefficients of determination of 0.94, 0.91, and 0.93, respectively.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.