Udang sangat rawan dari serangan beberapa penyakit dan penggunaan antibiotik terlarang yang berdampak sangat buruk terhadap ekspor hasil perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses pengolahan udang vannamei masak beku, penerapan rantai dingin selama proses pengolahan, mutu bahan baku dan mutu produk, rendemen udang masak beku, produktivitas tenaga kerja, penerapan persyaratan kelayakan dasar, dan penanganan limbah. Penelitian menggunakan metode survey, dengan mengikuti secara langsung seluruh alur proses mulai dari penerimaan bahan baku hingga pemuatan. Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur proses pengolahan udang vannamei masak beku pada PT. Panca Mitra Multi Perdana (PT. PMMP) berbeda dengan alur proses pada SNI pengolahan udang masak beku, dan PT. Panca Mitra Multi Perdana telah menerapkan rantai dingin dengan baik sehingga suhu udang bahan baku 2,6 oC. Hasil pengujian mutu organoleptik bahan baku dan produk akhir adalah 8, untuk hasil uji mikrobiologi sesuai dengan SNI, dan not detected untuk hasil uji antibiotik. Hasil perhitungan rendemen pada proses pemotongan kepala adalah 70,51%, pengupasan 81,77%, dan pemasakan 87,38%. Hasil penghitungan produktivitas pada proses pemotongan kepala dan pengupasan sesuai standar perusahaan yaitu 5,67 kg/jam/orang. PT. Panca Mitra Multi Perdana telah menerapkan kelayakan dasar dengan baik. Penanganan limbah telah diterapkan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri patin dan menentukan strategi prioritas untuk pengembangan industri patin diProvinsi Jambi. Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2018 hingga April 2019 bertempat di Provinsi Jambi (studi kasus di Kabupaten Muaro Jambi), dilakukan dengan metode SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities and Threats) dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Teknik pengumpulan data meliputi survei, observasi dan wawancara. Cakupan dalam penelitian ini mulai dari sektor budi daya, sektor pengolahan hingga pemasaran. Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha, pembuat kebijakan (pemerintah daerah dan pusat), serta pakar (akademisi dan peneliti). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri patin pada aspek budi daya diantaranya status kepemilikan lahan, ketersediaan modal, tersedianya tenaga penyuluh perikanan, tingginya minat usaha, akses pemasaran, dukungan dan kebijakan dari pemerintah, dan kontinuitas bahan baku pakan. Pada aspek pengolahan, faktor yang mempengaruhi diantaranya lokasi unit pengolahan, ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, akses pemasaran, dukungan pemerintah, serta persaingan. Analisis SWOT menghasilkan 8 alternatif strategi untuk budi daya dan 6 alternatif strategi di sektor pengolahan. Berdasarkan hasil analisis AHP, prioritas utama dalam pengembangan patin di Provinsi Jambi adalah meningkatkan pendampingan dan pembinaan kepada pembudi daya (sektor budi daya) dan mengembangkan usaha, diversifikasi dan inovasi produk (sektor pengolahan).Title: Strategies for Pangasius Industry Development in Jambi ProvinceThe aims of this research were to identify internal and external factors and to formulate the alternative strategies in developing the pangasius industry, in Jambi Province. This research was held in November 2018 until April 2019 in Jambi Province (case study in Muaro Jambi district), applied SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities and Threats) and AHP (Analytical Hierarchy Process) methods, while the data were obtained through survey, observation and interviews, covering aquaculture, processing and marketing sectors. Respondents in this research were businessmen, policy makers (local and centralgovernments), and experts (academics and researchers). The results indicate that internal and external factors that influence the development of the pangasius industry in the aquaculture were land ownership,capital availability, availability of fisheries extension workers, high business interest, marketing access, support and policy from the government, and continuity of feed raw materials. Whereas in the processing include the location of processing units, the availability of raw materials, labor, marketing access, government support, and competition. SWOT analysis resulted in 8 alternative strategies for the aquaculture sector and 6 alternative strategies for processing sector. Based on AHP analysis, the main priorities for the development of pangasius industry in Jambi Province were to strengthen assistance and guidance for farmers (aquaculture sector) and business development, diversification and product innovation (processing sector).
PT. X-North Jakarta produces Frozen Loin Tuna. The problem faced is the low value of yields that do not meet the company's standards. The purpose of the study is to (i) know the flow of the process of processing frozen loin tuna. (ii) understanding the quality of frozen loin tuna (iii) implementing kaizen using the fishbone method or a fish bone diagram (iv) understanding corrective actions for increasing yield and productivity (v) intervening in increasing yield and productivity (vi) calculating the estimated profit after interventionThe research was conducted from March to June 2021 at PT. X-North Jakarta. The method used is observation, with the type of data taken being primary and secondary data. Analysis of the Kaizen method obtained results showing that low yields were caused by several factors ranging from humans, methods, raw materials, and machines. After conducting an observation analysis of the yield value, it was found that the standard yield can be increased by 3% in tuna at a size of 20–50 kg, namely from the yield value of 49% can be increased to 52% and the size of 10–20 kg, the yield value of 48% can be increased to 51%. Profits can increase by Rp. 96,000/40 kg of raw materials with a 3% increase in size from 20 kg to 40 kg, and profits can increase by as much as Rp. 2,790,000,000/620,000 kg of raw materials if calculated over a time cycle (years). Improvements will occur if there is supervision and discipline of employees, equipment maintenance, and a need to carefully choose raw material.
Pengolahan bandeng dengan cara presto menjadikan duri ikan bandeng lunak dan memudahkan untuk mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses produksi bandeng presto, mutu organoleptik, sensori bahan baku dan produk akhir, penerapan rantai dingin atau suhu produk, air serta proses pengolahan, rendemen produk akhir serta penerapan sanitasi dan hygiene. Pelaksanaan penelitian pada tanggal 1 Maret 2021 sampai dengan 14 April 2021. Tempat pelaksanaan berlokasi di UKM Mandala Presto, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Hasil penelitian yaitu penerimaan bahan baku, pelelehan (thawing) dan penyiangan dengan pembelahan, perendaman dalam larutan garam, perendaman bumbu, penyusunan ikan pada wadah pemasakan, pemasakan tanpa tekanan tinggi, pendinginan dengan pemberian bumbu kuning goreng oles serta pengemasan dan pelabelan. Penerapan suhu dingin selama proses pengolahan belum diterapkan secara baik dan benar . Mutu bahan baku dan produk akhir telah memenuhi SNI, dengan nilai organoleptik rata-rata 8, baik sebelum maupun sesudah dilelehkan. Nilai mutu sensorik bandeng presto yaitu kenampakan 7; bau 7,5; rasa 8 ; tekstur 7 dan kapang 9. Rendemen yang diperoleh produk rata-rata 77,24%. Teknik sanitasi dan higiene belum diterapkan secara baik dan benar.Pressured milkfish processing made milkfish spines soft and easy to consume. The purposed of this research were to know the process flow presto milkfish production, organoleptic quality, sensory raw materials and final products, application of cold chain or product temperature, water and processing, yield of final products and application of sanitation and hygiene. The implementation of the research on March 1, 2021 until April 14, 2021. The place of implementation was located at UKM Mandala Presto, Sukaraja District, Bogor Regency - West Java. Methods of data analysis were using descriptive and comparative methods. The results of the study were acceptance of raw materials, thawing and weeding by cleavage, soaking in salt solution, soaking seasonings, preparation of fish in cooking containers, cooking without high pressure, cooling with the provision of fried yellow seasoning, as well as packaging and labeling. The application of cold temperatures during the processing has not been applied properly and correctly. The quality of raw materials and final products has complied with SNI, with an average organoleptic value of 8, both before and after being melted. The sensory quality value of pressured milkfish were appearance 7; smell 7.5; taste 8 ; texture 7 and mold 9. The yield obtained by the product was an average of 77.24%. Sanitation and hygiene techniques have not been applied properly and correctly.
Produksi ikan lele di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat tinggi. Kenaikan produksi ikan lele sangat tinggi dengan jumlah rata-rata pada tahun 2007-2011 sebesar 39,82 persen, produksi ikan lele melonjak dari 242.811 ton pada tahun 2010 menjadi 340.674 ton pada tahun 2011 atau naik sebesar 40,30 persen. Kenaikan total produksi nasional dipengaruhi oleh naiknya produksi ikan lele di setiap provinsi (Ditjenkan P2HP, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan abon ikan lele, mutu bahan baku dan produk akhir, rendemen abon ikan lele dari ukuran yang berbeda, masa umur simpan dan masa kedaluwarsa abon ikan lele dumbo. Faktor – faktor yang diluar objek penelitian yang diteliti diatur sehingga semuanya homogen. Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Pada penelitian pendahulan meliputi pengolahan abon, mutu bahan baku dan produk serta perhitungan rendemen. Variabel yang digunakan dalam menentukan perbedaan rendemen adalah ukuran (size), yang dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu lele ukuran (size) 3 ekor/kg, 4 ekor/kg, dan 5 ekor/kg, kemudian pada penelitian lanjutan yang dilakukan adalah menentukan umur simpan dan masa kedaluwarsa abon ikan lele dumbo. Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan RAL faktorial. Penentuan umur simpan dapat ditentukan dengan rumus Ts = Ts1.Q10^T/10. Hasil dari pengujian mikrobiologi untuk bahan baku ALT adalah 5x105 kol/gr, sedangkan pengujian mikrobiologi pada produk abon adalah 5,0x104 kol/gr dan uji E. Coli yaitu < 3 APM. Hasil uji kimia air dan protein maks 15 % dan protein min 30 %. Perhitungan rendemen akhir abon pada ukuran (size) 3 ekor/kg 25,92 %, 4 ekor/kg 27,53 %, dan 5 ekor/kg 28,88 % . Hasil analisa menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara berat lele dumbo (Clarias gariepinus) terhadap rendemen abon ikan lele dumbo. Jika abon ikan lele disimpan pada suhu chilling 5oC, maka umur simpan abon ikan lele menjadi 28,2 bulan pada suhu 5oC atau dari tanggal 30 April 2013 s/d 2 september 2015 sehingga masa kedaluwarsa nya adalah 2 September 2015.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.