Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Di indonesia diperkirakan penderita diare sekitar 60 juta keadaan setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak-anak dibawah umur 5 tahun. Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan terapi pengobatan diare pada pasien balita Di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2019. Meliputi jenis kelamin, usia, obat diare yang digunakan, tepat indikasi penyakit, tepat dosis, tepat cara pemberian, dan tepat lama pemberian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pengambilan data secara retrospektif menggunakan data sekunder yaitu berdasarkan data resep dan buku riwayat penyakit. Penelitian ini dilakukan pada periode januari-desember tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi terapi obat diare pada pasien balita berdasarkan jenis kelamin ialah pada laki-laki (50,27%), berdasarkan usia ialah 2 – 5 (58,91%), dan berdasarkan obat diare yang paling banyak digunakan ialah oralit (47,58). Sedangkan data kualitatif yaitu tepat indikasi ialah oralit (100%), tepat dosis ialah zinc (94,01%), tepat cara pemberian ialah oralit (100%) dan tepat lama pemberian ialah Oralit (100%). Evaluasi penggunaan obat diare berdasarkan kerasionalan obat yang paling banyak digunakan adalah oralit.
Medication error dalam peresepan mengakibatkan kerugian terhadap pasien akibat kesalahan dalam penggunaan obat. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam mulai dari yang tidak menimbulkan resiko sama sekali hingga bisa menyebabkan kematian bahkan kecacatan. Permasalahan dalam peresepan yang dimaksud seperti kesalahan pemberian obat, duplikasi pengobatan, kesalahan dosis dan tidak adanya nama dokter penulis resep yang termasuk dalam kelengkapan administrasi, farmasetik dan klinis resep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelengkapan administrasi, farmasetik, dan klinis resep di Puskesmas Sarolangun Tahun 2019. Metode penelitian yaitu secara observasional yang bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif, dengan kriteria inklusi semua resep yang ada di puskesmas tersebut pada tahun 2019 dan kriteria ekslusi yaitu resep yang sudah rusak dan tidak bisa terbaca. Hasil penelitian berupa Kelengkapan kategori administrasi berupa aspek nama pasien (100%), aspek umur (98,75%), aspek jenis kelamin (0%), aspek berat badan (0,5%), aspek tinggi badan (0%), aspek nama dokter (71%), aspek SIP dokter (0%), aspek alamat dokter (100%), aspek paraf dokter (57,5%), aspek tanggal resep (79,25%), dan aspek nomor rekam medis (0%). Kategori farmasetik berupa aspek nama obat (100%), aspek bentuk sediaan (93,75%), aspek kekuatan sediaan (93,75%), aspek jumlah obat (93,75%), dan aspek aturan pakai (98%). Kategori klinis berupa aspek tepat dosis yaitu (92,75%), aspek duplikasi (1%), dan aspek interaksi obat (10,75%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelengkapan resep pada kategori Administrasi, Farmasetik dan Klinis masih belum lengkap sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016.
Pneumonia salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut di bagian bawah karena terjadi peradangan yang terdapat pada parenkim paru. Di Indonesia, diperkirakan 922.000 balita atau 16% meninggal akibat pneumonia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efektifitas biaya penggunaan antibiotik ceftriaxone dan gentamisin pada pasien pneumonia anak rawat inap Rumah Sakit X di Jambi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non experimental rancangan deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif. Terdapat 31 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimana pasien tersebut merupakan pasien pneumonia anak yang menggunakan terapi antibiotik ceftriaxone dan gentamisin. Data yang diperoleh menunjukan persentase pasien yang mencapai target efektivitas antibiotik ceftriaxone 76,47% dengan rata-rata total biaya sebesar Rp. 373.058, sedangkan pada penggunaan antibiotik gentamisin didapatkan persentase pasien yang mencapai target efektivitas yaitu 85,71% dengan rata-rata total biaya Rp. 298.500. Antibiotik gentamisin memiliki nilai ACER yang lebih rendah yaitu Rp. 3.482 dibandingkan dengan antibiotik ceftriaxone Rp. 4.878. Terapi antibiotik gentamisin merupakan terapi yang lebih cost-effective dengan persentase terapi efektivitas antibiotik gentamisin yang lebih tinggi yaitu sebesar 85,71% dan memiliki nilai ACER yang lebih rendah yaitu Rp. 3.482.
Kesehatan adalah bagian terpenting dari semua orang. Dengan tubuh yang sehat seseorang dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Selain obat konvensional, obat tradisional juga dapat dijadikan bahan untuk pengobatan. Saat ini masyarakat telah banyak menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit dikarenakan sangat mudah untuk diolah serta mudah untuk didaptkan. Tanaman obat telah banyak dijumpai di Indonesia, terutama di kota jambi tepatnya di RT 35 Kampung Bugis salah satunya yaitu jahe (Zingiber Officinale) yang banyak ditanam masyarakat sekitar tetapi jarang dikonsumsi. Padahal tanaman obat ini sangat banyak manfaatnya jika cara pengolahan dan penggunannya sesuai. Melalui KKN dan Pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dapat membagikan ilmu yang telah didapatkan pada saat kuliah. Sebelum memulai kegiatan dilakukan survei awal di wilayah RT. 35 Kampung Bugis Lorong Mente melalui kuisioner. Hasil kegiatan setelah dilakukan penyuluhan, masyarakat lebih mengetahui tentang kesehatan khususnya tentang penyakit hipertensi, penyebab, cara mencegah dan lainnya. Serta daya tarik masyarakat tentang tanaman obat semakin meningkat terlihat dari antusias masyarakat saat diadakan penyuluhan tersebut.
Salah satu permasalahan kesehatan yang penting untuk diperhatikan alat penyakit infeksi. Penyakit infeksi khususnya di negara berkembang harus segera diatasi dengan pemberian obat kepada penderita, seperti obat yang mengandung antibiotik, antivirus, antijamur, dan anti protozoaKandungan yang paling banyak digunakan masyarakat adalah antibiotik. Antibiotik berhasil dimanfaatkan sebagai obat adalah karena ketepatan dalam peresepan antibiotik. Antibiotik yang tidak sesuai aturan resep akan membuat terjadinya ketidakrasionalan di dalam tubuh penderita. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas rawat inap Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 360 pasien sudah menggunakan antibiotik yang terdiri atas kandungan amoxicillin 68,61%, cefadroxil 9,17%, ciprofloxacin 16,11%, chloramfenikol 4,17%, eritromicyn 1,39%, dan metrominazole 0,56%. Pasien yang mendapatkan antibiotik kombinasi sebanyak 2 resep. Semua peresepan memenuhi ketepatan dosis dan frekuensi dan lama pemberian kecuali pada penggunaan antibiotik eritromicyn dan kloramfenikol. Sebanyak 328 resep tidak memenuhi ketepatan durasi penggunaan antibiotik
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.