Critical thinking, as the ability to evaluate, has been a constant challenge for many Indonesians pursuing tertiary education in Australian Universities. As an essential component to the students’ competency set necessary to accomplish their degree, many Indonesian students struggle to sharpen their critical-thinking skills in appraising essays or discussing questions correctly. The struggle might be due to the difficulty in distinguishing critical thinking from other intellectual skills such as understanding, memorising and applying. This article is a reflective writing that explores the challenges faced and strategies applied by Indonesian public health students during their course to improve their critical-thinking skills. Several factors including the collective style-culture, where the students come from a home-education background, and the absence of relevant practices are responsible for their lack of critical-thinking skills. Strategies applied are frequent discussion with native students which helps in breaking the cross-culture barrier, thus increasing their confidence in critical thinking; extensive academic articles reading to familiarise the critical-thinking style; practicing self-questioning various topics and validity of evidence; and being more open to other perspectives.
Keywords: critical thinking, students, public health, autoethnography, reflexivity
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan motivasi individu dalam melakukan kegiatan kere-lawanan menggunakan pendekatan Indigenous Psychology. Responden penelitian terdiri atas 315 orang relawan di Indonesia. Pengambilan data menggunakan open-ended questionnaire. Hasil kategorisasi terhadap jawaban responden menunjukkan terdapat delapan kategori motivasi menjadi relawan, yakni nilai pribadi (32,2%), pengembangan diri (13,6%), kepedulian lingkungan (12,6%), minat kegiatan (11,6%), perasaan positif (9,7%), protektif (8,7%), hubung-an sosial (6,9%), dan religiositas (4,7%). Analisis data menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan intensi untuk menjadi relawan kembali berdasarkan jenis motivasinya. Implikasi hasil penelitian untuk pengelolaan relawan di masa depan akan dibahas dalam artikel ini.
Situasi krisis yang tidak terduga seperti adanya pandemi Covid-19 ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri situasi ini dapat mengancam ketangguhan keluarga. Di sisi lain, keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang sangat kuat untuk menghadapi situasi krisis. Psikoedukasi berbasis Family Strength Model dapat digunakan untuk mendorong kemampuan keluarga dalam menjaga ketangguhan keluarga di situasi krisis. Program psikoedukasi dilakukan dengan media daring sebagai bentuk yang dirasa efektif dan efisien dalam menjembatani imbauan untuk melaksanakan physical distancing. Unpredictable crisis as Covid-19 pandemic situation may affect the way people live their life. It can be threatening factor for family strength. On the other hand, family is powerful resource of social support to face any difficulties during crisis. Psychoeducation based on Family Strength Model used to encourage family strength in this situation. Online psychoeducation program was effective and efficient method to do due to physical distancing restriction.
Stimulasi pada anak usia dini perlu dilakukan secara seimbang sesuai tahap perkembangannya. Salah satu aspek yang perlu distimulasi adalah aspek perkembangan emosi. Akan tetapi, guru maupun orang tua anak usia dini seringkali merasa kesulitan memberikan stimulasi perkembangan emosi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan stimulasi perkembangan emosi pada guru PAUD melalui aktivitas storytelling. Aktivitas storytelling dilakukan dalam kelompok kecil sesuai usia dan dipandu oleh guru sebagai fasilitator. Melalui aktivitas ini, guru dapat mengenalkan berbagai emosi dasar, mengajari anak untuk mengenali respons fisiologis yang mengikuti munculnya emosi, serta mendorong anak menggali pengalaman pribadi yang memunculkan respons emosi tertentu.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.