Stress is a psycho-physiological reactions to various stimuli emotionally or physically interfere with homeostasis, and can exacerbate diseases result from bacterial and viral infections in animals and humans. Psychological stress or psychosomatic conditions encourage the immunological changes. Namely stress hormone CRH, ACTH and glucocorticoids can affect the immune response resulting in bone loss, tissue damage, loss of attachment, and can inhibit wound healing. One of the periodontal pathogenic bacterial species is Porphyromonas gingivalis. Porphyromonas gingivalis bacteria found in dental plaque and bacteria that cause periodontal tissue pathological changes with the activation of the immune and inflammatory response of the host, and directly affects the cells of the periodontium. The high level of stress is accompanied by a lack of oral health can lead to more severe periodontal conditions. Keywords: stress, periodontal, Porphyromonas gingivalis
Abstract. Developmental, Individual Differences, Relationship-Based approach (DIR/Floortime) is one of the available interventions focused on increasing the quality of caregiver-child interaction. This study is aimed at investigating the effectiveness of DIR/Floortime to increase the ability to sustain attention on a 4 year-old child with Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). This is a qualitative research involving two participants, a boy diagnosed with ADHD, and the mother of the boy. This research utilized observation and interview in gathering the data, accompanying the use of observation log for duration of attention and frequency of distractedness specifically designed for this research, Functional Emotional Assessment Scale (FEAS), questionnaire and interview guideline: Observing Child's Biological Challenge (OCBC), and Sensory ProcessingMotor Planning Questionnaire (SPMPQ). The result of this study indicated that the application of DIR/Floortime principles is effective in increasing the ability to sustain attention on a 4 year-old child with Early Onset ADHD, along with the increase of the functional emotional development of both mother and child as shown with the increase of attention span, the decrease of frequency of distractibility, and score increase in the Functional Emotional Assessment Scale (FEAS).
ABSTRAK Latar Belakang: Secara global penyandang disabilitas menujukkan lebih dari 1 miliar atau 15% jiwa sedangkan data Susenas 2018 penduduk Indonesia mengalami disabilitas 14,2% atau 30,38 juta jiwa. Penyandang disabilitas menunjukkan kesehatan yang buruk, prestasi pendidikan yang rendah, pendapatan ekonomi lebih sedikit dan tingkat kemiskinan lebih tinggi. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang dialami para penyandang disabilitas seperti karies, maloklusi, gigi tanggal, penyakit periodontal. Tujuan: menjelaskan peran orang tua mengenai pelayanan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, pelatihan dan pendampingan hidup mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi tanpa rasa takut pada orang-orang Down Syndrome melalui ulasan artikel. Metode: penelitian ini merupakan tinjauan literatur sistematis dengan literatur pencarian selama 1 bulan. Literatur diperoleh dari 4 database ( Google Schoolar, PubMed, ProQuest, dan Science Direct ). Jumlah artikel 10 tahun terbit minimal 2016. Hasil: masalah periodontal dan maloklusi orang Down Syndrome serta OHIS yang buruk disebabkan masalah fungsional. Angka DMFT lebih rendah dari disabilitas lainnya. Orang tua berperan membantu dan menjaga kesehatan gigi dan mulut orang Down Syndrome , namun mereka tidak mengetahui perubahan kondisi rongga mulut anak mereka alami karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan gigi dan mulut. Kesimpulan: perubahan fungsional orang Down Syndrome menyebabkan masalah gigi dan mulut karena kurangnya program promotif preventif serta ketersediaan akses pelayanan kesehatan, sehingga orang tua tidak mengetahui cara pemeliharaannya dan menganggap kesehatan dan mulut bukan prioritas dan jauh dari mengancam jiwa. Kata kunci : Peran orang tua, kesehatan gigi dan mulut, down syndrome
Abstrak : Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi dan diawali dengan terjadinya kerusakan pada permukaan gigi yaitu dari bagian enamel ke dentin yang kemudian meluas ke arah pulpa. kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dari pada gigi permanen. RISKESDAS, menyatakan prevalensi karies pada usia dini dalam rentang usia 3-4 tahun sebesar 82% artinya hanya 18% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi. Orang tua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi anak dan mendidik anak cara merawat gigi yang baik dan benar, sedangkan ibu menganggap karies bukan masalah yang serius. Tujuan : Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian karies gigi anak pra sekolah. Desain :Tinjauan Pustaka Sistematis . Sumber Data : Pencarian artikel dilakukan pada database Google Schoolar (2015-2020), DOAJ (2015-2020), SINTA (2015-2020) dan Garuda Jurnal (2015-2020). Metode : Strategi pencarian artikel menggunakan PICOS dan kata kunci yang disesuaikan dengan topik penulisan. Artikel dipilih berdasarkan abstrak atau teks lengkap sebelum dimasukkan dalam sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang akan di review . Kesimpulan : sebagian besar artikel menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah.
Abstrak: Penyakit gigi dan mulut yang sering dijumpai di Indonesia adalah karies gigi dan jumlahnya cukup tinggi. Usia sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu kelompok usia anak yang rentan terhadap karies gigi. Pengetahuan anak tentang karies gigi sangat penting sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut dari karies gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan anak dengan karies gigi anak dan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan dan lembar observasi karies gigi anak serta teknik analisis data menggunakan uji chi square. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah anak SD kelas VA SDI Raden Paku Surabaya yang berjumlah 52 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan anak tentang karies gigi dan mulut sebagian besar pada kategori baik yaitu dapat menjawab 15 – 22 pertanyaan sebanyak 35 anak (67,2%), angka karies gigi terbanyak terdapat pada kriteria >1 termasuk dalam kategori buruk dengan karies gigi sebanyak 39 anak (75%), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan anak dengan karies gigi anak yang dibuktikan dengan nilai signifikasi (0,942 sig > 0,05). Kesimpulannya pengetahuan anak tentang karies gigi yang baik tidak mempengaruhi karies gigi anak. Kata Kunci: Karies gigi; Pengetahuan; Anak sekolah
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.