No abstract

Mathematics learning today only emphasizes the mastery of the material alone and more one-way communication with students. The buildup of information from teachers results in the learning style of students who tend to memorize. This research aims to find out the mathematical communication skills of students in solving quadratic equation problems. This type of research is qualitative descriptive. Determination of the subject using purposive sampling techniques with the criteria of the student's test results. The study subjects numbered three people consisting of students who obtained grades in high, medium, and low categories. Indicators of communication skills in this researcher are (1) explain and make mathematical statements that have been studied, (2) state everyday events in a language or mathematical symbol, and (3) provide an explanation of mathematical ideas, concepts, or situations with their own language in the form of writing mathematically. The instruments used are researchers, tests and interviews. Data analysis techniques are using quantitataif data analysis with data reduction stages, data presentation, and conclusion withdrawal. The results of the data analysis showed that the KSS subject met 3 indicators of mathematical communication skills. AHB subjects meet 2 of the 3 indicators, namely the first and third indicators. WL subjects meet reached 1 of 3 indicators of mathematical communication skills, namely the first indicators.

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih sangat rendah, perlu adanya model atau perlakuan yang baru yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa efektif model pembelajaran POGIL dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa jika kemampuan awal matematika diperhitungkan. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN di Kuningan. Hasil dari penelitian ini adalah model pembelajaran POGIL cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada siswa yang memiliki KAM tinggi, sedangkan pada siswa yang memiliki KAM rendah tidak ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik atau tidak terlalu efektif digunakan. Penelitian ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi guru, bahwa model pembelajaran pogil menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada siswa yang memiliki KAM tinggi.