Abstract:Counseling is a professional activity involving the relationship between a counselor with an individual or a group of individuals. Like an interpersonal relationship in general, in the process of counseling occurs the process of interaction and communication between individuals with other individuals (counselors-counselee). Mastery of communication skills is a basic prerequisite for counselors to be able to use various counseling skills effectively and efficiently. It should be understood that almost all of the counseling skills involve the counselor's communication skills. A good understanding of communication skills should be based on an in-depth study and understanding of communication philosophy. Mastery of communication skills will facilitate the counselor in using various counseling skills that have been formulated by experts as assets to provide successful assistance services for the counselee. Keywords: philosophical; communication skills; counselingAbstrak: Konseling merupakan kegiatan profesional yang melibatkan hubungan antara seorang konselor dengan individu atau sekelompok individu. Layaknya suatu hubungan interpersonal, konseling tidak dapat dilepaskan dari berlangsungnya proses interaksi dan komunikasi pada pihak-pihak yang terlibat di dalam proses tersebut. Penguasaan keterampilan komunikasi merupakan prasyarat dasar bagi konselor untuk dapat menggunakan berbagai keterampilan konseling secara efektif dan efisien. Harus dipahami bahwa hampir keseluruhan keterampilan konseling melibatkan keterampilan komunikasi konselor. Pemahaman yang baik terhadap keterampilan komunikasi harus didasari oleh pengkajian dan pemahaman mendalam terhadap filsafat komunikasi. Penguasaan tersebut memudahkan konselor dalam menggunakan berbagai keterampilan konseling yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai modal untuk memberikan pelayanan bantuan yang berhasil-guna bagi konseli. Kata kunci: filosofis; keterampilan komunikasi; konselingKonseling merupakan profesi yang hadir sebagai respon terhadap kebutuhan individu untuk memahami diri, lingkungan, serta hal lain yang terkait dengan kehidupannya. Konseling merupakan sebuah pekerjaan profesional yang dalam pelayanan ahlinya tidak hanya sekadar menerapkan seperangkat prosedur tetap, melainkan selalu berpikir dengan mengerahkan kemampuan akademik yang dikuasainya untuk melakukan layanan konseling (Radjah, 2016). Konseling sebagai suatu profesi, berkembang sejak awal tahun 1900-an, dengan kemunculan tiga tokoh utama dalam konseling, yaitu: Frank Parsons, Jesse B. Davis dan Clifford Beers (Gibson & Mitchell, 2008;Gladding, 2012).Pada era sekarang, konseling mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Beberapa topik bahasan konseling yang menjadi tren terkini di antaranya bagaimana menghadapi kekerasan, trauma dan krisis, perawatan terorganisir, kesejahteraan, keadilan sosial, teknologi, kepemimpinan dan identitas. Di samping itu, konseling juga berhubungan dengan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi,
Mistakes in choosing a career and work are very common phenomena occurring in individuals today. This is generally an estuary from not implementing a good career plan, starting from an early age to the process of education in college. Career plan needs to be done early by each individual so that they have the ability to understand information about themselves, information about career goals and realistic reasoning in understanding their own information and career goals. This research is a library research, by searching, reading, studying, and analyzing the content of books and supported by various literature related to them. Based on the research concluded that parents are one of the external factors that carry a large role in providing social support for the development of individual career plan. In particular, parents play a role in providing social support in the form of emotional, appraisal, informational and instrumental support.
AbstrakIlmu bimbingan dan konseling didefiniskan sebagai suatu kajian komprehensif tentang prosedur atau langkah-langkah pemberian bantuan terhadap individu (klien) PENDAHULUANManusia dapat menikmati berbagai fakta dan peristiwa sepanjang waktu dan sejarah kehidupannya. Manusia mengetahui berbagai realitas tersebut melalui bermacam-macam pengalaman yang dilaluinya dalam hidup. Dalam sejarah pemikiran filsafat, teori pengetahuan ini termasuk salah satu cabang filsafat yang di dalamnya dibicarakan masalah yang berkenaan dengan hakikat, sumber, cara dan prosedur memperolehnya ataupun yang menyangkut nilai pengetahuan itu sendiri.Dalam sejarah perkembanga filsafat, Socrates, Plato dan Aristoteles sebagai tokoh tertua dalam perjalanan filsafat sebenarnya telah banyak mempersoalkan dan membahas tentang masalah pengetahuan. Namun, problem ini baru dalam proses tradisi filsafat barat melaui teori kritisme yang dikemukakan oleh Immanuel Kant. John Locke (1632-1704 M) seorang filusuf Inggris menyebutkan bahwa pengetahuan adalah bukti nyata realitas manusia dalam mengisi kehidupannya dan karenanya mendapat tempat teratas dalam keseluruhan problematika dunia filsafat. Pada abad 17-19 M, banyak filusuf yang mencurahkan perhatiannya pada bidang teori pengetahuan terutama Berkeley, David Hume, dan Augus Comte yang mengikuti langkah John Locke (Muhmidayeli, 2013).Pengetahuan pada hakikatnya akan selalu bersifat relasional, yaitu adanya hubungan interdependensi antar subjek dan objek. Dengan mengetahui subjek akan menjadi manunggal dengan objek. Kemanunggalannya bukanlah dalam bentuk yang ekstrinsik dimana ada jarak yang membatasi hubungan keduanya. Hubungannya sangat mendalam dan bersifat intrinsik, di mana hubungannya tidak sekadar pertemuan antara subjek dan objek, tetapi benar-benar menyatu dalam suatu kesatuan yang tidak terlepaskan (Pranarka, 1987). Penyatuan subjek dan objek dalam pengertian ini tidaklah mudah dalam implementasinya. Hal ini terutama bila dilihat dari kesukaran yang ditimbulkan dari pola hubungan ini yang tidak mugkin akan sempurna diakibatkan oleh dominasi masing-masing komponen, di samping masalah lain yang tidak mungkin dielakkan.Demikian pula halnya dengan bimbingan dan konseling, suatu ilmu yang dalam aplikasinya berkaitan dengan proses interaksi antara konselor dengan klien sebagai subjek dan objek keilmuannya. Konselor sebagai pelaksanan bimbingan dan konseling membantu orang yang tengah bergulat dengan berbagai permasalahan pribadi; sosial, belajar, karir, dana speklainnya. Menurut Dixon & Glover, 1984; Fretz, 1982;
<p><em>Perasaan aman dan nyaman berada di sekolah sangat dibutuhkan oleh setiap siswa untuk menunjang pengembangan potensinya. Fenomena yang terjadi </em><em>terdapat </em><em>beberapa siswa </em><em>yang mengalami kekerasan di sekolah </em><em>berupa perilaku bullying.</em><em> </em><em>Kemunculan p</em><em>erilaku ini </em><em>dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu kontrol diri. Penelitian bertujuan untuk mend</em><em>eskripsikan kontrol diri</em><em> dan </em><em>perilaku bullying </em><em>siswa, serta menguji </em><em>hubungan</em><em> kontrol diri dan perilaku bullying siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan korelasional dengan subjek penelitian 47 siswa. Penelitian menggunakan instrumen </em><em>angket</em><em> yang disusun dengan meggunakan model skala likert. </em><em>Data</em><em> diolah </em><em>dengan</em><em> teknik statisti</em><em>k </em><em>deskriptif dan </em><em>untuk </em><em>uji korelasi kedua variabel digunakan rumus product moment correlation. Hasil penelitian mengungkapkan terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku bullying siswa.</em></p><p><em> </em></p><strong><em></em></strong><em></em><p><em><em>Feelings of comfort and secure in the school is needed by every student to support the development of potentialities. The phenomenon that occurs there are some students who experienced violence in schools in the form of bullying behavior. The appearance of this behavior can be caused by various factors, one of which is self-control. The study aims to describe self-control and bullying behavior of students, as well as to examine the relationship of self-control and student bullying behavior. This research is a descriptive and correlational research with subject of research of 47 students. The research used questionnaire instrument that was prepared using Likert scale model. Data is processed by descriptive statistical techniques and for the correlation test of both variables used product moment correlation formula. The results revealed there was a significant relationship between student’s self-control and bullying behavior.</em><br /></em></p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.