Pendidikan Islam terpadu merupakan tipe atau model pendidikan yang utuh menyeluruh (syumul), integral, bukan parsial. Konsep-konsep Pendidikan Islam terpadu dibagi menjadi dua aspek besar. Aspek internal meliputi bidang aqidah dan pendidikan hati. Aspek berikutnya adalah eksternal yang meliputi akhlak, jasmani dan rohani, sosial, intelektual, dan seks. Konsep-konsep tersebut menjadi dasar pendidikan Islam terpadu yang kemudian dapat dikembangkan dan dipadukan demi terwujudnya pendidikan yang integral sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan tercapainya baldatun tayyibatun ghofur
Tulisan ini mengkaji hierarki bahasa dalam Al-IbrÄ«z li Ma‘rifah TafsÄ«r al-Qur’Än al-‘AzÄ«z. Hierarki bahasa dalam tafsir lokal karya K. H. Bisri Musthofa ini dapat dijadikan sebagai sebuah metode baru dalam tafsir, khususnya tafsir Nusantara. Ada empat tingkatan hierarki bahasa dalam tafsir Al-IbrÄ«z: (1)tingkatan Ngoko (kasar); (2) tingkatan Madya (biasa); (3) tingkatan Krama (halus); dan (4) Tingkatan Krama Inggil. Tingkatan Ngoko, krama, dan Krama Inggil digunakan saat dialog berdasarkan strata sosial, misalnya antara yang mulia dan yang hina, antara Allah dengan rasul, Fir’aun dengan Nabi Musa, Allah dengan Nabi Musa, Nabi Musa dengan Nabi Khidir, Maryam dengan malaikat, dan Nabi Isa dengan kaumnya. Pada tingkatan Madya, Bisri Musthofa menafsirkan ayat menggunakan gaya bahasa yang biasa-biasa saja. Artinya, bahasa tersebut memang sudah lumrah dan dipahami oleh semua kalangan masyarakat Jawa, baik dalam bentuk penjelasan ayat atau dialog, misalnya dialog antara ahli surga dengan ahli neraka. Kata Kunci: Tafsir Al-Qur’an, Hierarki Bahasa, Al-IbrÄ«z
The aim of this paper is to examine the use of the word isim and i'il in the Qur'an. This research method is to process data related to the books of i'il and isim that have relevance aspect to the language of the Qur'an. Among the results of this study are: the nature of isim is not only a noun, but also adjectives, state, pronouns, appoint, name, and mashdar. Isim divided into seven categories there are (mudzakkar, muannats, simplex, mutsanna, and plural, and ma'rifat nakirah, munsharif and ghair munsharif, maqshur and manqush, jamid and musytaq, mu'rab and mabni). While i'il consists of three parts, (simple past i'il madhi, simple present i'il mudhari ', and simple future i'il amr).
Akhlak (morals) is a very important part in human life, without which men will not reach the degree of a noble man. On contrary, human beings having good akhlak can distinguish between good and bad deeds to become a noble man. The issue of morality is currently experiencing acute decadence that must be quickly overcome by various circles. One of the ways is through learning the thinking of earlier muslims scholars. One of the earlier Islamic scholars is Syaikh Abdul Latief Syakur, one of the local ulamas in Minangkabau, whose academic background had a direct contact with the dynamics of Middle Eastern scholarship,and who contributed a lot of thoughts to uplift the dignity of the nation through morals. As a scholar, Syaikh Abdul Latief Syakur presented and describedseveral moral values to overcome the present moral decadence through his thoughts set forth in his work Tafsīr Surah al-Mukminūn. The application of moral values in this tafsir work contributes to the present moment by applying the values of the spirit of khusyu and khuḍhu’ which illustrates the humility and tepo seliro (tolerance) which are transcendent. Not only on its transcendent and cognitive aspects, but also on the other dimensions of humanity thoroughly and striving in winning nature (fitrah) and logics against lust.[Akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa akhlak manusia tidak akan memiliki derajat sebagai manusia mulia, sebaliknya manusia yang berakhlak dapat membedakan antara perbuatan baik dan buruk sehingga menjadi manusia mulia. Persoalan akhlak saat ini mengalami dekadensi akut yang harus cepat diatasi oleh berbagai kalangan. Salah satunya adalah melalui pemikiran ulama-ulama terdahulu. Salah satu ulama yang dimaksud adalah Syaikh Abdul Latief Syakur, salah seorang ulama lokal dari Minangkabau, dimana sisi akademisnya bersentuhan langsung dengan dinamika keilmuan Timur Tengah yang tidak sedikit memberikan warna pemikiran dalam mengangkat harkat martabat bangsa melalui akhlak. Sebagai seorang ulama, Syaikh Abdul Latief Syakur menghadirkan dan menguraikan nilai-nilai akhlak dalam mengatasi dekadensi akhlak masa kini melalui pemikiran yang dituangkan dalam tafsīr surat al- Mukminūn. Penerapan nilai-nilai akhlak dalam tafsir ini memberikan kontribusi kekinian dengan cara menerapkan nilai spirit-spirit khusyu dan khuḍhu’ yang menggambarkan kerendahan hati dan tepo seliro, dimana dari dua unsur tersebut bersifat transenden. Tidak saja yang transenden dan kognitif, tetapi lebih jauh pada dimensi kemanusiaan lainnya secara menyeluruh dan mengupayakan dalam memenangkan fitrah dan akal terhadap hawa nafsu.]
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.