Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik kadar gula darah tinggi akibat kelainan sekresi dan atau kerja insulin. Beras hitam (Oryza sativa L. indica) secara empiris dipercaya dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiabetes dari infusa beras hitam dengan menggunakan metode uji toleransi glukosa dan inhibisi ?-glukosidase. Uji toleransi glukosa dilakukan secara oral menggunakan 15 ekor tikus (Rattus novergicus) yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Na-CMC, glibenklamid dan infusa O. sativa dengan konsentrasi 10, 50 dan 100%. Tiga puluh menit setelah semua kelompok diberikan perlakuan, semua hewan uji diberikan glukosa 50%. Kadar glukosa darah diukur pada menit ke-0, 30, 60, 90 dan 120 dengan menggunakan glukometer. Aktivitas inhibitor ?-glukosidase diuji secara in vitro dengan menggunakan substrat p-nitrofenil-?-D-glukopiranosida dan enzim ?-glukosidase. Hasil penelitian menunjukkan infusa O. sativa dapat mempengaruhi toleransi glukosa darah pada konsentrasi infusa beras hitam 50% dan inhibisi ?-glukosidase diuji secara in vitro didapatkan niai IC50 sebesar 77,92 µg/mL. Nilai ini lebih baik dibanding acarbose yang hanya memberikan dengan nilai IC50 sebesar 421,55 µg/mL. Hasil ini menunjukkan O. sativa berpotensi menurunkan kadar glukosa darah dan inhibisi ?-glukosidase.
<p><em>Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Salah satu provinsi yang juga mengalami peningkatan kasus, yaitu Jawa Barat khususnya kota Bekasi yang merupakan daerah endemis filariasis tertinggi kedua. Kasus tertinggi ditemukan di Kecamatan Jati</em><em>s</em><em>ampurna, yaitu 217 kasus dimana Kelurahan Jati</em><em>s</em><em>ampurna, satu dari lima kelurahan yang ada, sebagai penyumbang kasus terbanyak dari tahun 1999-2008. Dari beberapa faktor risiko, lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularannya baik secara langsung maupun tidak langsung, karena faktor lingkungan dapat menunjang kelangsungan hidup hospes, hospes reservoir dan vektor, sehingga sangat penting untuk mengetahui epidemiologis filariasis</em><em>.</em></p><p><em>Mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik</em><em> dalam dan</em><em> luar rumah dengan kejadian filariasis</em><em>.</em><em> </em><strong><em></em></strong></p><p><em>Metode penelitian ini menggunakan metode analitik </em><em>cross sectional dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (one point time approach).</em><em> </em><em>Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di RW 02 Kelurahan Jatisampurna Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi dengan sampel lingkungan fisik</em><em> dalam dan</em><em> luar rumah yang ada setelah mendapat persetujuan dari pemilik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner</em><em>.</em></p><p><em>Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian filariasis di Jatisampurna sebanyak 10 responden ( 33,3%) dari 30 responden terdiagnosis filariasis. </em><em>Pada penelitian ini komponen lingkungan di dalam rumah yang paling </em><em>berpengaruh</em><em> adalah ventilasi ditutup dengan kawat kassa p-value = </em><em>0.045 dan atap rumah ditutup menggun</em><em>a</em><em>kan plafon dengan p-value = 0.030</em><em>. Sedangkan </em><em>hubungan faktor lingkungan fisik luar rumah dengan kejadian filariasis adalah kolam dengan p-value 0,020</em><em>.</em></p><em>Terdapat hubungan antara faktor lingkungan fisik dalam dan luar rumah dengan kejadian filariasis di RW 02, Kelurahan Jatisampurna Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi.</em>
Oxyuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Oxyuriasis vermicularis atau Enterobius vermicularis (cacing kremi). Kelembaban udara yang tinggi, dan sanitasi yang masih kurang baik di Indonesia merupakan faktor yang dapat berperan dalam perkembangan dan transmisi dari cacing kremi. Oxyuriasis terjadi pada semua usia, tetapi usia terbanyak terjadi pada anak-anak. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanah Tinggi, Johar baru, Jakarta Pusat karena termasuk daerah yang padat penduduk.Untuk mengetahui keakuratan pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) dibandingkan pemeriksaan anal swab satu kali dalam menegakkan diagnosis oxyuriasis.Jenis Penelitian ini adalah eksperimental yang menggunakan data primer melalui pemeriksaan anal swab yang dilakukan dengan metode pita plastik perekat (cellophane tape) pada 45 anak dengan rentang usia 5-10 tahun dari 3 RW yang berbeda (RW 07, RW 08, dan RW 12) di Kelurahan Tanah Tinggi.Dari 45 anak yang ikut penelitian (anak laki-laki 23 orang dan anak perempuan 22 orang) didapatkan 73,3% termasuk dalam kategori usia muda/prasekolah (5-6 tahun) dan 26,7% pada anak usia sekolah (7–10 tahun). Ada peningkatan keakuratan pada pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) dibandingkan dengan satu kali pemeriksaan. Prevalensi yang didapat adalah 4,44% untuk metode anal swab berulang, sedangkan metode satu kali adalah 2,22%. Pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) lebih akurat dibandingkan pemeriksaan anal swab satu kali dalam menegakkan diagnosis oxyuriasis.
Diarrhea is an infectious disease which is a major cause of morbidityand mortality in the community. Diarrhea can be caused bygastrointestinal parasites, especially intestinal protozoa. Poor levels ofsanitation and low individual hygiene can lead to contamination of theinfective form of intestinal protozoa into food and drinks. The results ofpre-survey were at RPTRA Harapan Mulia in October 2016 that therewere still people in the settlements still not using personal latrines. Thelevel of cleanliness of mass latrines used collectively is still lacking.Latrines that are not managed properly are a description of sanitation aswell as poor hygiene so that it can disrupt the health of individuals andreduce work productivity and learning achievement. Counseling wascarried out to educate PKK group in Kelurahan Harapan Mulya, aboutthe habit of clean and healthy living through good latrine managementso as not to become a source of contamination into food and drinks, aswell as the correct way of washing hands. The extension method usedwas lectures and discussions with pre and post test assessment. Theextension activity was conducted one visit, on February 23, 2017. Totalrespondents were 27 people and had signed the approval sheet.Assessment of respondents' knowledge which is calculated from the valueof the pre and post test questionnaires shows results that increase by100%. At the end of the activity the respondent was given a leaflet on theprocedure for good hand washing and a kit for hand washing.
Pada mekanisme pertahanan tubuh yang alami, batuk dan bersin merupakan refleks normal tubuh yang berfungsi untuk membersihkan lendir ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Berbagai jenis penyakit saluran pernapasan dapat menular lewat batuk maupun bersin, karena kuman dapat menyebar melalui droplet maupun rute airborne antara lain influenza, cacar air, campak, tuberkulosis, SARS, pertusis, ebola, dan yang terbaru dan menjadi pandemi sampai saat ini adalah Covid 19. Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) adalah penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Dan salah satu pencegahan yang dilakukan adalah menggunakan masker yang benar, selain mencuci tangan dan menjaga jarak. Kegiatan ini bertujuan memberitahukan etika batuk dan bersin, mengunakan dan melepas masker yang benar dan pengetahuan tetang penyakit Covid 19 kepada masyarakat di Kelurahan Sumur Batu. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini adalah penyuluhan dan pemutaran video edukasi yang dilakukan secara daring melalui media Zoom dan TV Yarsi. Jumlah responden yang ikut adalah sebanyak 24 orang. Hasil kegiatan menunjukkan terjadi peningkatan 82% pada responden mengenai pengetahuan tentang etika batuk dan bersin, pemakaian dan pelepasan masker yang benar serta pengetahuan mengenai penyakit Covid 19 pada masyarakat di sekitar RPTRA Kelurahan Sumur Batu. Kata kunci: etika, batuk, bersin, covid 19, masker
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.