Kelurahan Sawahan Timur merupakan salah satu kawasan kumuh yang ada di Kota Padang. Kawasan ini tertuang dalam SK Walikota No. 163 Tahun 2014 tentang Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Kota Padang. Tingkat kekumuhan sawahan timur ini adalah kumuh ringan dengan tipologi Permukiman Kumuh dataran rendah. Penelitian ini bersifat Interdisciplinary, dimana ada 2 ahli yang terlibat terdiri atas ahli Perencanaan Wilayah dan Kota dan ahli Arsitektur. Ke-2 ahli tersebut bersinergi dalam arahan penataan kawasan kumuh di Kelurahan Sawahan Timur. Metode yang digunakan adalah deskripsi kualitatif dengan menjabarkan data fisik dan data non fisik kawasan kajian. Tahapan survey dilakukan secara survey primer dan sekunder. Tahapan dalam analisis terdiri dari : 1. Membuat klasifikasi data sesuai dengan tujuan, 2. Menilai hasil observasi dengan studi pustaka untuk melihat tingkat kekumuhan dan penanganan kekumuhan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh , 3. Mendeskripsikan, dan melakukan evalusasi hasil penelitian yang telah dilakukan proses pengolahan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan sebagai jawaban dari penelitian . Penekanan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh dengan memperhatikan aspek 1) Perkembangan Sosial-Kependudukan, 2) Prospek Pertumbuhan Ekonomi, 3) Daya Dukung Fisik dan Lingkungan.
The Padang is one part of the Minangkabau Region. According to Tambo Minangkabau, the border of Minangkabau consists of two parts, namely Darek and Rantau. Darek is the origin of Minangkabau which consists of three Luhak/Luhak Nan Tigo namely Luhak Nan Tuo/Tanah Datar, Luhak Nan Tangah/Agam, Luhak Nan Mudo/Luhak Limo Puluh Kota. The region is the expansion area of Minangkabau in the form of each of these Luhak colonies. This research was conducted to explore and find out the origin of the formation of traditional Padang (Rantau Minangkabau) houses, characteristics, spatial patterns, physical forms, and house ornaments. This is a descriptive study including qualitative data. The investigation's goal is to describe the state of the research object and its problems by observing and conducting interviews with homeowners as well as parties who fully understand the existence of this traditional house. As a research case study, the traditional Padang house in Pauh Subdistrict. The results of this study are the identification and typology of traditional houses of the Minangkabau Region.
Di Kelurahan Ulak Karang Utara Kota Padang, setiap harinya menghasilkan sampah yang berasal dari rumah tangga. Sampah ini selalu di buang ke tong sampah lalu diangkut oleh petugas kebersihan Kelurahan dan dibuang ke TPS dan akhirnya dibuang ke ke TPA. Namun saat ini, pengolahan sampah belum dipahami oleh masyarakat. Disamping itu, ibu-ibu PKK kurang memahami keuntungan yang diperoleh jika dilakukan pemilahan sampah di rumah tangga. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta kesadaran masyarakat tentang pengolahan sampah untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Kegiatan ini dilaksanakan di Kelurahan Ulak Karang Utara Kota Padang, dengan sasaran kegiatan yaitu ibu-ibu PKK Kelurahan Ulak Karang. Metode kegiatan yang digunakan adalah penyuluhan dan pelatihan. Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pertemuan awal antara tim pemapar, lurah dan ketua PKK kelurahan Ulak Karang Utara. Selanjutnya dilakukan sosialisasi tentang pengolahan sampah tingkat rumah tangga pada pertemuan rutin ibu PKK. Di akhir sosialisasi dilakukan tanya jawab untuk melihat tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta. Kegiatan sosialisasi pengolahan sampah tingkat rumah tangga merupakan langkah awal kepada ibu-ibu PKK Kelurahan Ulak Karang Utara untuk dapat melakukan pemilahan sampah dari awal dan akhirnya mengurangi jumlah timbulan sampah di TPA. Pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah dapat diolah menjadi pupuk kompos sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Diharapkan dari kegiatan ini, ibu-ibu PKK dapat merubah menset bahwa pemilahan sampah dilakukan sejak awal yang di mulai dari rumah.
Jumlah penduduk di Kota Pariaman semakin bertambah dari waktu ke waktu. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan lahan untuk permukiman dan non permukiman di Kota Pariaman juga akan mengalami peningkatan, sehingga menjadi ancaman bagi ketersediaan lahan sawah di Kota Pariaman. Penelitian ini bertujuan menemukan kategori tekanan penduduk terhadap lahan sawah di Kota Pariaman yang meliputi lahan sawah yang memiliki tekanan rendah dan tekanan tinggi beralih fungsi. Faktor – faktor alih fungsi lahan sawah terdiri dari faktor situasi (eksternal) yaitu laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, jarak dengan pusat primer, kelas jalan, rute angkutan umum yang melewati jalan dan jarak dengan fasilitas, faktor kebijakan yaitu kebijakan terkait sesuai dengan rencana tata ruang, kebijakan terkait sesuai dengan data dari LP2B, kebijakan terkait hamparan lahan sawah dan kebijakan terkait bentuk lahan sawah berdasarkan sistem pangairannya dan faktor site (internal) yaitu harga lahan sawah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperkaya dengan data primer. Data primer berupa harga tanah yang dikumpulkan melalui wawancara kepada beberapa orang masyarakat, tuan tanah dan pengembang, Sedangkan data sekunder dilakukan melalui kajian kepustakaan dan data dari instansi pemerintah yang terkait, Analisis data dilakukan melalui metode checklist dan metode overlay peta menggunakan software Sistem Informasi Geografis (GIS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua kategori tekanan penduduk terhadap lahan sawah di Kota Pariaman, yaitu tekanan penduduk terhadap lahan sawah tinggi dan tekanan penduduk terhadap lahan sawah rendah
Haryani (2012, 2018) di wilayah pesisir Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2003-2016 telah terjadi bencana abrasi pantai dan akresi di 32 titik. Pada kurun waktu 13 tahun tersebut telah terjadi abrasi pantai seluas 732.69 ha dan akresi pantai seluas 55,4 ha. Bencana abrasi pantai menyebabkan berkurangnya daratan pantai yang cukup besar yaitu rata-rata 56,3 ha/tahun, sedangkan penambahan daratan pantai/pesisir hanya 4,26 ha/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat kerentanan abrasi pantai di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Parameter fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan dianalisis dengan menggunakan metode skoring sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012. Hasil penelitian didapat tingkat kerentanan Sedang berada di 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Pasie Nan Tigo dan Kelurahan Parupuk Tabing dengan indek 1,74. Upaya mitigasi yang dilakukan adalah pengaturan kepadatan bangunan, pemanfaatan lahan harus dibatasi agar tidak terjadi kerugiaan lahan yang lebih banyak/luas dan memanfaan lahan dengan memperhatikan pola ruang/peruntukan lahan sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Padang. Tingkat kerentanan Rendah berada di Kelurahan Bungo Pasang dengan indek 1. Upaya mitigasi bencana abrasi dan araahan penataan ruang yang dapat dilakukan pada tingkat kerentanan rendah ini adalah mempertahankan guna lahan dengan memperhatikan pola ruang/peruntukan lahan/ruang sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Padang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.