Background: Obesity is a public health problem in various countries, one of which is Indonesia. The impact of obesity in adulthood is high blood pressure and high cholesterol which can later trigger cardiovascular disease. This study aimed to examine contextual effect of school on the risk obesity among high school students in Surakarta. Subjects and Method: This was an observational analytic study with a case control approach. The study was conducted in April 2019. The sample was selected by stratified random sampling of 225 students in 15 schools in Surakarta with a case and control group. The dependent variable was obesity. The independent variables were parental salary, parental knowledge, pocket money, school food environment, food intake, physical activity, maternal BMI, paternal BMI. Data collection techniques used questionnaires and analyzed by multilevel logistic regression in Stata 13. Results: Obesity in adolescents was directly and significantly affected by parental income ≥Rp 1,800,000 (OR= 4.53; 95% CI= 1.80 to 11.36; p = 0.001), high parental knowledge (OR= 0.36; 95% CI= 0.15 to 0.91; p= 0.030), allowance ≥Rp 10,000 (OR= 3.80; 95% CI= 1.63 to 8.86; p= 0.002), food intake ≥recommended dietary allowances (OR= 3.62; 95% CI= 1.43 to 9.19; p = 0.007), high physical activity (OR= 0.06; 95% CI= 0.02 to 0.18; p <0.001), maternal BMI >27kg/m² (OR= 7.08; 95% CI= 2.39 to 20.99; p<0.001 ), and paternal BMI >27 kg/m² (OR= 2.63; 95% CI= 1.10 to 20.96; p= 0.031). School had a contextual effect on obesity with intra-class correlation (ICC)= 16.99%. Conclusion:Obesity in adolescents is directly and significantly affected by parental income ≥Rp 1,800,000, high parental knowledge, allowance ≥Rp 10,000, high physical activity, maternal BMI >27kg/m², and paternal BMI >27 kg/m². School has contextual effect on obesity.
Setiap anak yang terlahir di dunia ini dapat beresiko mengalami abnormalitas sehingga memerlukan penanganan khusus. Deteksi dini bagi anak berkebutuhan khusus dengan berbagai instrumen pemeriksaan yang ada menjadi cara terbaik agar kondisi anak dapat tertangani sejak awal. Selain itu pemberian terapi sejak awal dapat menunjang aktivitas sehari-hari seperti mengasah motorik kasar dan motorik halus. Di Indonesia sendiri terapi latihan untuk anak berkebutuhan khusus yang dilakukan fisioterapis masih belum banyak diketahui masyarakat apalagi mereka yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah. Beberapa orang tua bahkan hanya membiarkan anaknya tergeletak di rumah karena ketidaktahuannya dan biaya pengobatan. Bahkan beberapa dari mereka ada yang cenderung menutupi informasi tentang kondisi anaknya. Maka dari itu kami memberikan solusi yaitu dengan mendirikan Griya Habilitatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (Graha Pegasus). Program Graha Pegasus ini merupakan wadah untuk menampung anak berkebutuhan khusus dengan kondisi ekonomi keluarga menengah ke bawah di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten untuk mendapatkan terapi secara gratis dan memberikan edukasi kepada orang tua maupun ke luarga tentang bagaimana menangani anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari terapi itu sendiri adalah pengembangan gerak dan fungsi tubuh anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan tidak bergantung kepada orangtuanya.
Cerebral Palsy (CP) merupakan kelainan neurologis permanen yang bersifat non-progresif akibat adanya lesi pada otak yang bisa didapat selama masa prenatal, perinatal atau postnatal. Permasalahan anak CP diplegi adalah kekakuan, spastisitas otot pada kaki dan gangguan distribusi tonus postural menyebabkan permasalahan gross motor yaitu anak kesulitan untuk berdiri. Anak CP diplegi identik dengan gangguan keseimbangan ekstremitas bawah daerah sekitar pelvis. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pelvic tilting terhadap kemampuan gross motor berdiri pada anak Cerebral Palsy diplegi. Jenis penelitian Quasy Experimental dengan menggunakan Two Pre-Test and Post-Test with Control Group Design. Sampel berjumlah 20 responden dibagi rata menjadi dua kelompok perlakuan terapi konvensional (berupa brain gym) dengan pelvic tilting exercise dan kelompok kontrol terapi konvensional saja. Frekuensi 5 kali seminggu selama 4 minggu. Instrumen pengukuran melalui hitungan waktu menggunakan stopwatch digital untuk mengetahui durasi lamanya anak dapat mempertahankan posisi tegak berdirinya. Adanya pengaruh pemberian pelvic tilting terhadap kemampuan gross motor berdiri dengan p<0,05. Uji Paired Sample t-Test pada kelompok perlakuan diperoleh p-value 0,000 dan pada kelompok kontrol diperoleh 0,002. Terdapat pengaruh pemberian pelvic tilting terhadap kemampuan gross motor berdiri pada anak Cerebral Palsy diplegi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.