Undang-Undang Pokok Agraria, yang diberlakukan setelah Revolusi Indonesia 1945, seharusnya memberikan akses ke tanah dan pengembalian yang adil bagi para petani. Pada setiap titik penting dalam sejarah Indonesia modern, masalah kepemilikan lahan dan akses telah memainkan peran penting, menciptakan ketegangan yang kuat antara elit dan masyarakat Indonesia, antara kepentingan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dan antara bisnis lokal dan internasional. “Tanah untuk Rakyat” adalah ungkapan revolusi yang sering digunakan. Respons terhadap teritorisasi pemerintah di Indonesia kadang-kadang keras, dengan aktivitas-aktivitasnya. Konfrontasi-konfrontasi ini menunjukkan bahwa isu-isu hak yang mendasar dan tidak dapat dipertemukan atau dipertaruhkan. Solusi untuk mengorientasikan tujuan budaya agraria sesuai Zonder ‘Exploitation De L‘Homme Par L‘Homme’ Dan ‘Exploitation De Nation Par Nation’ sangatlah dibutuhkan. Pembahasan 1). Revitalisasi Agararia 2) Prinsip Zonder ‘Exploitation De L‘Homme Par L‘Homme’ Dan ‘Exploitation De Nation Par Nation’. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan diskripsi analisis. Kesimpulan; Segala bentuk konfrontasi agraria haruslah mengedepankan orientasi Zonder ‘Exploitation De L‘Homme Par L‘Homme’ dan ‘Exploitation De Nation Par Nation’ agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur.
Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah yang sudah berkembang sejak masa kolonial. Kebutuhan pemerintah kolonial akan Pengabdian ini dilaksanakan di Desa Kalisat, Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember. Pengabdian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama komunitas Sudut Kalisat. Komunitas Sudut Kalisat merupakan salah satu komunitas swadaya dan nirlaba yang dibentuk oleh para pemuda di Kecamatan Kalisat. Komunitas ini memiliki perhatian yang cukup besar terhadap penelusuruan sumber-sumber sejarah, perawatan arsip-arsip bersejarah, pendokumentasian, dan publikasi, serta pelaksanaan berbagai macam kegiatan seni, budaya, dan sosial lainnya. Komunitas Sudut Kalisat Sudah pernah melakukan pameran arsip dan dokumentasi dan memublikasikan katalog pameran, namun mereka memiliki kekurangan dalam memanfaatkan sumber-sumber sejarah untuk membuat tulisan sejarah yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis. Kelompok Riset Sejarah Lokal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember melakukan pengabdian dengan melakukan pendampingan terhadap komunitas Sudut Kalisat untuk menuliskan sejarah dari perspektif warga lokal. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini observasi lapangan, fokus grup diskusi, penggunaan Pustaka berupa arsip serta dokumen, dan pendampingan. Hasil temuan dari pengabdian ini menunjukkan bahwa anggota Komunitas Sudut Kalisat memiliki perhatian dan animo yang tinggi dalam bidang kesejarahan, namun mereka tidak memiliki keterampilan penggunaan metode sejarah yang memadai untuk menuliskan sejarah lokal mereka sendiri. Gagasan kegiatan penulisan sejarah lokal dalam batasan spasial lokalitas desa atau kecamatan harus disebarluaskan di Kabupaten Jember Jawa Timur. Karena banyak desa atau wilayah di kabupaten Jember yang tidak memiliki sejarah lokal mereka sendiri, selain itu, narasi sejarah lokal yang dihasilkan dapat digunakan untuk melengkapi bahan ajar bagi siswa sekolah.
Micro, small, and medium enterprises (SMEs) is the work done by individuals in the form of economic enterprises that meet the criteria of SMEs as set out in(Act No. 20 of 2008, 2008)about SMEs. The human factor is the most important factor in the development of SMEs to improve product quality and improve the welfare of the community. The triple helix is an innovative model of students, researchers, and policymakers to improve the university's role in improving the economic and social development, improve the role of governments to develop innovation, enhance enterprise collaboration with governments and universities to boost innovation. This study aims to (1) show the relationship triple helix in the development of the competitiveness of SMEs. (2) The effectiveness of the application of triple helix in the development of the competitiveness of SMEs. This study is quasi experimental research with pretest-posttest results of the application of triple helix on SMEs in Banyuwangi.
This article discusses the retail trading activities of ethnic Chinese in Banyuwangi in 1967-1998. During this period, various restrictive regulations emerged among the Chinese. One of them is Cabinet Presidium Instruction No. 37/UN/IN/6/1967, which contains a ban on business and residence for foreign Chinese. This condition made retail trading activities to a halt due to the forcible sealing of stores. The outline of the problems studied in this study includes the background of the Chinese ethnic retail trade activity and the formation of the ethnic Chinese retail trade network in Banyuwangi in 1967-1998. The research method used is the historical method which consists of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The approach used is an economic sociology approach. The results of the study show that ethnic Chinese are increasingly developing their business by acting as retail traders due to limited capital and no special skills are needed. The establishment of a retail trade network is based on the nature of trust and shared experiences, using the concept of family and ethnic networks. The available commodities are diverse, reflecting the needs of the community and showing the development of the socio-economic life of the people in Banyuwangi. Keywords: Trading activities, ethnic Chinese, Banyuwangi
The purpose of this study is to take an inventory of the number of archaeological remains of megalithic culture and other archaeological. The results of this study are the number of archaeological remains of megalithic culture at the Rajekwesi site, with locations spread over two hamlets, namely West Tobe Hamlet 4 remains and East Tobe Hamlet as many as 19 megalithic remains. close together. The belief system, social, economy, and culture adopted by the megalithic cultural community of the Rajekwesi Site, They also have a fairly complex order, namely the existence of social differentiation and social stratification, the culture of the megalithic community at the Rajekwesi Site is confirmed to have an egalitarian or mutual cooperation pattern.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.