Pemanfaatan pekarangan di lahan sekitar rumah sangat penting untuk menjaga kualitas ekosistem dan keanekaragaman hayati. Budi daya tanaman di pekarangan merupakan pengembangan lanskap produktif yang dapat menjamin ketersediaan sebagian pangan keluarga dan menjadi media interaksi sosial dengan tetangga. Tanaman pekarangan merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan lokal dan memiliki fungsi ekonomi, sosial, dan ekologi. Lahan pekarangan di Desa Mangunan merupakan kategori lahan marginal yang kering, berbatu, dan topografi berbukit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pemanfaatan pekarangan di Desa Mangunan, mengetahui pendapat masyarakat tentang pemanfaatan pekarangan dan mengkaji hubungan fungsi tanaman dan pengembangan lanskap produktif pekarangan. Pengambilan data secara purposive sampling dilakukan di enam dusun. Total sampel 180 pekarangan dianalisis secara deskriptif dengan variabel di antaranya luas pekarangan, jenis tanaman, jumlah tanaman, dan keinginan masyarakat untuk mengembangkan pekarangan. Pemanfaatan pekarangan di Desa Mangunan dilakukan dengan berbagai penanaman terutama untuk tanaman buah sebanyak 31%, tanaman rempah 20%, tanaman hias 15%, dan sayuran 6%. Indeks keanekaragaman pekarangan berada pada tingkat sedang (H' 2,65) dan indeks kemerataan pada penyebaran jenis pada posisi stabil (E 0,32). Oleh karena itu, pekarangan di Desa Mangunan perlu ditanam lebih banyak tanaman untuk ekosistem yang lebih baik. Sebagian besar masyarakat Desa Mangunan, yaitu sekitar 59%, memahami pemanfaatan pekarangan sebagai penyedia pangan keluarga. Namun masyarakat masih memerlukan penyuluhan dan pendampingan untuk memanfaatkan pekarangan yang lebih baik dan memenuhi fungsi pekarangan secara keseluruhan. Fungsi tanaman di pekarangan memiliki hubungan erat dan kurang erat dengan pengembangan lanskap produktif pekarangan.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengkayaan oksigen (O2) dankalsium (Ca) dalam larutan nutrisi hidroponik rakit apung terhadap pertumbuhan akar, hasil dan serapan Ca selada keriting. Penelitian dilaksanakan di Rumah KacaDepartemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada yangterletak di Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta, padabulan April-Juni 2016. Percobaan lapangan disusun dalam Rancangan Acak KelompokLengkap (RAKL) faktorial dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalahvariasi tekanan aerasi dalam larutan nutrisi yang meliputi 0 mPa (V1), 0,012 mPa (V2),0,006 mPa (V3), dan 0,003 mPa (V4). Faktor kedua adalah dosis Ca dalam larutannutrisi, meliputi 0 ppm (Ca0), 200 ppm (Ca1), 400 ppm (Ca2), dan 600 ppm (Ca3).Variabel yang diamati meliputi karakter iklim mikro dalam rumah kaca, karakter kimiawilarutan nutrisi, karakter perakaran, dan hasil selada keriting. Data yang telah diperolehselanjutnya dianalisis varian (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%, dandilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) jika terdapat beda nyataantar perlakuan. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa karakter perakaranselada keriting yang ditanam secara hidroponik rakit apung menjadi lebih baik jikadilakukan pengayaan oksigen dan kalsium pada larutan nutrisinya, masing-masingsampai dengan tekanan aerasi 0,012 mPa dan konsentrasi 600 ppm. Indikasinyaadalah terjadi kenaikan panjang dan luas permukaan total akar, pada tanaman seladakeriting yang diberi tekanan aerasi 0,012 mPa dan kalsium 600 ppm. Pengayaankalsium sampai dengan 600 ppm secara nyata juga meningkatkan bobot segar dankering tajuk selada keriting. Sedangkan pemberian tekanan aerasi sampai dengan0,012 mPa secara nyata meningkatkan bobot segar dan kering total selada keriting.Konsentrasi kalsium dalam jaringan selada keriting mencapai maksimal pada kalsium600 ppm, yang dikombinasikan dengan tekanan aerasi 0,012 mPa. Serapan kalsiumdipengaruhi secara individual oleh masing-masing faktor, mencapai maksimal padatanaman selada keriting yang diberi tekanan aerasi 0,012 mPa atau kalsium 600 ppm.
Jagung masih merupakan bahan pangan pokok di beberapa bagian Indonesia, antara laindi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di NTT jagung dibudidayakan dengan cara spesifik lokasiyaitu ditanam dalam satu lubang dengan berbagai jenis tanaman lain misalnya kedelaidengan jumlah benih berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhkultivar dan jumlah benih kedelai yang ditanam dalam satu lubang terhadap pertumbuhandan hasil jagung dan kultivar apa dan jumlah benih per lubang berapa yang dapat meningkatkan hasil jagung paling tinggi. Penelitian menggunakan jenis jagung hibridavarietas BISI 2 dan sembilan varietas kedelai unggul yaitu Anjasmara, Burangrang, Gema,Gepak Kuning, Grobogan, Kaba, Panderman, Sinabung dan Wilis. Penelitian ini telahdilaksanakan di Kebun Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,Banguntapan, Bantul, Yogyakarta mulai bulan Agustus – November 2015. Penelitiandirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan tigaulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari satu kedelai dengan satu jagung, duakedelai dengan satu jagung, tiga kedelai dengan satu jagung dan empat kedelai dengansatu jagung dan monakultur jagung. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisisdengan menggunakan analisis varian (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%.Kemudian dilakukan uji lanjut yaitu Uji Jarak Berganda Duncan dan Uji Lanjut KontrasOrtoganal taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedelaimemberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Kedelai kultivarGema, Gepak Kuning, Kaba dan Sinabung meningkatkan hasil jagung, kultivar Anjasmara,Grobogan, Burangrang dan Wilis mempengaruhi hasil jagung namun tidak konsisten dankultivar Panderman menurunkan hasil tanaman jagung.
Biochar is used to improve soil fertility and control nitrogen loss in soil. This study aimed to evaluate the difference between biochar sources, namely Melaleuca cajuputi waste and rice husk, for controlled nitrogen loss in hybrid maize planted between Melaleuca cajuputi stands. A split-plot design with three replications was used. The main plot was composed of biochar sources (BS), i.e., without biochar application (WB), Melaleuca cajuputi biochar (MCB), and rice husk biochar (RHB). The subplot was the urea fertilizer dosage, i.e., 0, 150, 300, and 450 kg/ha. The observation parameters were nitrate reductase activity (NRA), total chlorophyll (TC), leaf photosynthesis rate (LPR), nitrogen loss (NL), nitrogen use efficiency (NUE), and seed yield per hectare (SY). The data were analyzed with ANCOVA and LS-means. The results showed that there was no significant difference between mixing MCB or RHB in UF for all hybrid maize parameters, whereas significant differences were observed with WB. The NL values of MCB and RHB were 13.85 and 13.08 kg/ha N, i.e., NL was significantly reduced by 70.90% and 72.51%, and the percentage of SY increased by 28.60% and 37.94% compared to WB, respectively.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2015 di KebunPercobaan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, di Banguntapan, Bantul,Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan takaran kombinasi pupuk NPKdan pupuk organik alami diperkaya mikroba fungsional (POD) yang memberikanpertumbuhan dan hasil jagung optimal, dan mengetahui efektivitas POD dalammeningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung. Perlakuan disusun dalam rancanganacak kelompok lengkap faktor tunggal dengan 3 blok sebagai ulangan. Faktor yang diuji berupa takaran kombinasi pupuk NPK (NPK majemuk + urea) dan POD yangterdiri atas 7 aras yaitu tanpa pupuk (P0), 300 kg/ha NPK + 250 kg/ha urea (P1), 2ton/ha POD (P2), 300 kg/ha NPK + 250 kg/ha urea + 2 ton/ha POD (P3), 225 kg/haNPK + 187,5 kg/ha urea + 2 ton/ha POD (P4), 150 kg/ha NPK + 125 kg/ha urea + 2ton/ha POD (P5) dan 75 kg/ha NPK + 62,5 kg/ha urea + 2 ton/ha POD (P6). Datapengamatan dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf signifikasi 5% dan apabilaterdapat beda nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test dengan tarafsignifikasi yang sama. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan dan hasil pipilankering biji jagung optimal (6,12 ton/ha) dicapai oleh perlakuan 300 kg/ha NPK + 250kg/ha urea (P1). Takaran kombinasi pupuk 225 kg/ha NPK + 187,5 kg/ha urea + 2ton/ha POD (P4) memberikan pertumbuhan dan hasil jagung (6,09 ton/ha) yang samabaiknya dengan takaran NPK standar (P1). POD sebanyak 2 ton/ha yangdikombinasikan dengan ¾ NPK standar (P4) efektif meningkatkan pertumbuhan danhasil jagung dengan nilai RAE mendekati 100%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.