Teknologi informasi geospasial terus berkembang dan telah melahirkan data penginderaan jauh dengan multisensornya yang makin mudah diakses dan diunduh oleh pengguna. Ketersediaan dan kemudahan akses tersebut telah memperluas pemanfaatan citra satelit resolusi menengah, diantaranya layanan mosaik citra yang dimiliki baik oleh LAPAN (SPACEMAP) dan Google Earth Engine (GEE) untuk pemutakhiran peta RBI skala menengah (skala 1:25.000 dan/atau 1:50.000). Unsur peta dasar yang terdapat dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tingkat Kabupaten/Kota juga merupakan salah satu sumber data utama yang akurat dan terkini untuk pemutakhiran peta dasar Rupabumi. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji kemudahan akses dan pengolahan, terutama dari konteks kedetailan, kesesuaian resolusi spasial citra dan data keruangan lainnya terhadap unsur Informasi Geospasial Dasar (IGD) Rupabumi Indonesia skala menengah. Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Sentinel-2 dan Mosaik SPOT 6-7, sedangkan unsur peta dasar hasil penyelenggaraan Pemerintah Daerah antara lain adalah unsur bangunan, jalan, perairan dan penutup lahan. Beberapa strategi dan metode digunakan untuk kompilasi unsur peta RBI skala menengah. Beberapa tahapan proses digunakan untuk dapat memutakhirkan peta dasar Rupabumi skala menengah menggunakan beberapa data tersedia yang antara lain mencakup tahapan validasi, editing dan generalisasi, integrasi basis data, klasifikasi dan ekstraksi unsur dari citra satelit, kompilasi dan sinkronisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam faktor-faktor yang berperan pada kemajuan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Guha Bau dalam pemberdayaan ekonomi desa, serta strategi mempertahankan usahanya akibat Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BUMDes Guha Bau mempunyai peran penting dalam pemberdayaan ekonomi Desa Kertayasa karena dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat, serta berkontribusi dalam pembangunan desa. Faktor penting kemajuan BUMDes adalah landasan hukum, partisipasi pemangku kepentingan, media komunikasi, pemberdayaan masyarakat sekitar, pemanfaatan teknologi, dan terjalinnya kerjasama Penta helix. BUMDes Guha Bau belum cukup tanggap menghadapi perubahan kondisi akibat Covid-19 dan belum memiliki strategi dan rencana kesinambungan usaha yang proaktif untuk menghadapi berbagai potensi ancaman dan saat krisis.

”End poverty in all its forms everywhere” is the ultimate goal and crucial element of the world’s SDGs 2030 transformative agendas, as well as in Indonesia. The COVID-19 pandemic has hindered Indonesia from achieving its SDGs targets and reducing poverty, including rural poverty. The village funds policy sourced from the state budget is one of the policies that aims to alleviate rural poverty; thus, there will be a reduction of disadvantageous villages and an enhancement of self-sustained villages in Indonesia. This study aims to investigate the impact of village funds on the improvement and autonomy status of villages in Indonesia. It utilizes a quantitative method, namely linear regression of panel data using the Village Building Index (VBI) as the dependent variable and village funds as the independent variable over 2018-2021 in each regency/city in Indonesia. The result suggests that the village fund policy, through the 10% allocation of the state budget, has a positive and significant effect on changes in the improvement and autonomy status of the villages in Indonesia. The finding using the model (lin-log) tells us that a 1% increase in village funds will raise the VBI by 0.0013. This indicates that the village funds policy has contributed to the achievement of rural poverty alleviation goals, or it could be a pro-poor policy in order to achieve the purpose of the 1st SDGs goal. Keywords: SDGs, poverty, village funds policy, improvement and autonomy status of villages