Purpose This study aims to characterize the properties of natural cellulose fiber from the pseudo-stems of the curcuma zedoaria plant. Design/methodology/approach The fiber was extracted using the biological retting process (cold-water retting). The intrinsic fiber properties obtained were used to evaluate the possibility of using fiber for textile applications. Findings The average length of a curcuma zedoaria fiber was 34.77 cm with a fineness value of 6.72 Tex. A bundle of curcuma zedoaria fibers was comprised of many elementary fibers. Curcuma zedoaria had an irregular cross-section, with the lumen having a varied oval shape. Curcuma zedoaria fibers had tenacity and elongation value of 3.32 gf/denier and 6.95%, respectively. Curcuma zedoaria fibers had a coefficient of friction value of 0.46. Curcuma zedoaria fibers belong to a hygroscopic fiber type with a moisture regain value of 10.29%. Originality/value Extraction and Characterization of Curcuma zedoaria Pseudo-stems Fibers for Textile Application.
Pengembangan bahan tekstil banyak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, contohnya pembuatan serat dari tanaman bambu. Penggunaan serat bamboo biasanya dicampur dengan serat kapas yang merupakan serat alam untuk menghasilkan kain dengan sifat daya serap terhadap air atau keringat yang tinggi. Penggunaan serat bamboo sebagai bahan tekstil terbarukan diklaim memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan serat kapas, salah satunya adalah daya serapnya yang tinggi. Daya serap tersebut dipengaruhi oleh sifat moisture regain (MR) yang terdapat pada suatu serat. Moisture regain serat bamboo hampir 2 kali lipat daripada moisture regain serat kapas. Perbedaan moisture regain antara serat kapas dan bamboo tersebut dapat menyebabkan perbedaan daya serap pada kain yang terdiri dari campuran serat kapas dan bamboo.Perbedaan daya serap antara serat kapas dan serat bamboo cukup signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap kerataan warna hasil pencelupan kain campuran kapas-bamboo. Untuk meningkatkan kerataan warna, diperlukan penambahan zat pembantu tekstil dalam proses pencelupan. Zat pembantu tekstil yang berperan penting dalam pencelupan serat selulosa dengan zat warna reaktif adalah elektrolit (natrium klorida) dan alkali (natrium karbonat). Penambahan elektrolit dan alkali dengan konsentrasi tertentu ke dalam larutan celup dapat meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam serat. Penggunaan elektrolit dan alkali tersebut diharapkan mampu membuat penyerapan zat warna reaktif terhadap serat kapas dan bamboo menjadi relatif sama sehingga menghasilkan kerataan warna yang baik dengan ketuaan warna yang tinggi serta ketahanan luntur warna yang baik pula.Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pencelupan kain rajut kapas-bamboo (60%-40%) dengan zat warna reaktif bifungsional (Reactive Blue BRF) yang memiliki dua gugus reaktif (monoklorotriazin dan vinil sulfon) menggunakan metode perendaman. Dalam percobaan ini dilakukan dua variasi, yaitu variasi konsentrasi natrium klorida (30 g/l, 45 g/l, 60 g/l) dan natrium karbonat (10 g/l, 20 g/l, 30 g/l) yang berfungsi sebagai zat pembantu tekstil dalam proses pencelupan. Kain hasil pencelupan dievaluasi ketuaan warna, kerataan warna, dan ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian.Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi natrium klorida dan natrium karbonat berpengaruh terhadap ketuaan dan kerataan warna hasil pencelupan, tetapi tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna terhadap pencucian. Semakin tinggi konsentrasi natrium klorida dan natrium karbonat yang digunakan, maka semakin tinggi ketuaan warna dan kerataan warna kain hasil pencelupan. Akan tetapi, penggunaan natrium klorida dan natrium karbonat dengan konsentrasi berlebih dapat menyebabkan warna hasil pencelupan kurang rata.Kondisi optimum yang diperoleh dari penelitian ini adalah pencelupan dengan menggunakan natrium klorida (NaCl) 45 g/l dan natrium karbonat (Na2CO3) 20 g/l. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kain kapas-bamboo yang dicelup dengan konsentrasi tersebut memiliki ketuaan warna yang cukup tinggi (nilai K/S zat warna yang terserap pada bahan 12,1963), kerataan warna terbaik (nilai standardeviasi paling rendah 0,2560), dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian yang baik dengan skala penodaan pada kain pelapis atau multifiber 4-5.
The hydrophilicity of polyester fabric surfaces has been modified using silica-chitosan nanocomposites. The silica-chitosan nanocomposite was synthesized by the sol-gel method from sodium silicate and various chitosan concentrations of 0 -1.5% at a pH of 3 -5. A single jersey knitted polyester fabric was coated by silica-chitosan nanocomposite using the pad-dry-cure method. It was found that the chitosan concentration and the solution pH controlled the formation of various size distributions of sphere nanocomposites with an average size of 96.0-201nm. The coated polyester fabric with sphere silica-chitosan exhibits a rough surface and produces a contact angle approaching 0°, facilitating the polyester fabric's speed-up water absorption and hydrophilic properties.
Air merupakan kebutuhan utama pada proses basah tekstil. Hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan air. Dalam upaya mengefisienkan penggunaan air, salah satu pabrik tekstil menggunakan kembali air hasil recycle limbah produksinya. Air hasil recycle limbah pabrik tersebut memiliki tingkat kesadahan dan kandungan logam yang masih tinggi sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan komposisi zeolit dan arang aktif serta waktu kontak adsorpsi terhadap penurunan kesadahan untuk memperbaiki kualitas air proses hasil recycle limbah produksi di salah satu pabrik tekstil tersebut. Proses adsorpsi dilakukan dengan metode filtrasi saringan cepat dilakukan dua tahapan. Pada tahap awal dilakukan filtrasi dengan beberapa komposisi media zeolit:arang aktif sehingga didapat komposisi optimum media zeolit: arang aktif ialah 8:1. Dilanjutkan dengan uji tahap dua yaitu variasi waktu kontak. Komposisi optimum media zeolit-arang aktif yaitu pada perbandingan 8:1 dapat menurunkan nilai kesadahan sebesar 54,36%. Nilai optimum yang dapat dicapai dengan komposisi zeolit:arang aktif 8:1 yaitu pada waktu adsorpsi selama 8 menit dengan hasil nilai pH 6 dan nilai kesadahan total sebesar 3,03°dH dengan efisiensi 74,55%, kesadahan Ca sebesar 1,12°dH dengan efisiensi 69,97%, kesadahan Mg 1,91°dH dengan efisiensi 76,65%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.