Phylogenetic inferences based on molecular data provide support for the recognition of some Pangasius subgenera and, or species groups as distinct genera. It is suggested that Pangasiidae and Schilbeidae have diverged from a common ancestor probably since late Miocene. Moreover, the data provide evidence for the existence of two distinct episodes of speciation in Pangasiidae. The most ancient occurred in the middle Miocene and concerned emergence of the different genera, while the second referred to an intense speciation event in the genus Pangasius, probably between the early Miocene and the late Pliocene. Finally, this study revealed the existence of two new species of Pangasius.
PENDAHULUANIkan nila di Indonesia merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara budidaya yang mudah, rasa yang digemari, harga relatif terjangkau, dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan. Dewasa ini, ikan nila dipelihara secara komersial berbagai belahan dunia baik di kolam atau keramba jaring apung (KJA) di air payau maupun air tawar serta perairan pantai. Disebabkan oleh minat masyarakat yang semakin meningkat, ikan nila ini menjadi komoditi yang menarik, baik dalam usaha budidaya skala besar maupun skala kecil. (Fish Farming Intl., 2005). Setengah dari impor Amerika Utara dipasok oleh China, sedangkan sisanya oleh Taiwan, Thailand, dan Indonesia. USDA (United State Department of Agriculture) memberikan dukungan agar ketiga negara pengekspor utama dapat mengambil alih porsi impor yang dikuasai oleh China. Hal ini merupakan peluang yang harus disikapi secara positif. Patut diperhitungkan bahwa budidaya ikan nila telah mulai menarik perhatian negara-negara Amerika Selatan yang dapat menjadi pesaing handal karena transportasi yang lebih murah. Oleh karena itu penting sekali diupayakan budidaya yang efisien.Upaya peningkatan produksi ikan nila terus dilakukan dengan berbagai cara seperti mendatangkan beberapa strain unggul baru dari luar, perbaikan teknologi perbenihan dan budidaya, serta perbaikan genetik. Perbaikan perbenihan dan budidaya dilakukan dengan menggunakan teknologi maju, seperti penggunaan corong penetasan untuk perbenihan dan resirkulasi pada budidaya sistem tertutup, serta rekayasa wadah budidaya yang semakin maju. Untuk upaya perbaikan genetik antara lain dilakukan dengan menghasilkan jenis nila "monosex", rekayasa genetik, dan seleksi secara konvensional untuk menghasilkan strain ikan nila dengan tampilan yang spesifik (Wardoyo, 2005;Gustiano, 2007
ABSTRAKDewasa ini ikan nila merupakan salah satu ikan ekonomis penting di dunia yang dikenal sebagai freshwater chicken. Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan secara luas. Namun demikian kesediaan benih unggul dengan pertumbuhan cepat yang menguntungkan usaha budidaya nila masih merupakan kendala utama. Berdasarkan latar belakang ini, perbaikan mutu genetik nila untuk meningkatkan produksi dan produktivitas di masa mendatang sangat dibutuhkan. Dalam makalah ini akan diuraikan status, upaya, hasil riset pemuliaan, dan selective breeding yang telah dan sedang dilakukan di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ikan nila nasional. Hasil yang diperoleh dari kegiatan selective breeding ikan nila "Balitkanwar" melalui seleksi famili diperoleh jenis unggulan yang baik keragaannya dari berbagai aspek yang diuji. Keragaan ikan nila "Balitkanwar" secara mendetail akan disampaikan dalam makalah ini.
The evolution of sex determination (SD) in teleosts is amazingly dynamic, as reflected by the variety of different master sex-determining genes identified. Pangasiids are economically important catfishes in South Asian countries, but little is known about their SD system. Here, we generated novel genomic resources for 12 Pangasiids and characterized their SD system. Based on a Pangasianodon hypophthalmus chromosomescale genome assembly, we identified an anti-Müllerian hormone receptor type Ⅱ gene (amhr2) duplication, which was further characterized as being sex-linked in males
Among freshwater fishes in Indonesia, snakehead is an essential and valuable fish bioresources for a long time. Although breeding snakehead just started in the last decade, direct consumption, raw material for food industry and pharmacy/albumin source have already been developed earlier. This study outlines snakehead biological resources and their diversity, production trends and challenges, and understanding for strategic planning for its optimal and sustainable use. Of the 10 snakehead species in Indonesia, Channa striata is the most popular species. Although Indonesia’s snakehead production contributes significantly to global production, the production of this species in the last three decades still depends on inland fisheries around 73-97%, and the rest comes from aquaculture. Therefore, the decline in snakehead production occurs because of over-exploitation, seasonal influence and high vulnerability of the species to climate change. Bioresource flow model (BRFM) is proposed to optimize the use of snakehead to provide strategic planning for further development. This model includes a domestication program for aquaculture and conservation, hatchery production, an alternative understanding of snakehead aquaculture production systems, biotechnological improvement processing for albumin production, and wastewater treatment management.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.