Legume litter can be used as compost with the help of bio-activator Trichoderma sp. as a decomposing microorganism. Legume compost can function as a source of organic fertilizer for plants and can reduce the use of inorganic fertilizers. This study aims to determine the best dose combination using inorganic fertilizer balanced with legume compost fertilizer. The study used non factorial randomized block design with 5 levels of treatment that were control, legume compost 20 ton/ha + 100% inorganic fertilizer, legume compost 30 ton/ha + 75% inorganic fertilizer, legume compost 40 ton/ha + 50% inorganic fertilizer, and legume compost 50 ton/ha + 25% inorganic fertilizer. Based on Anova test showed that the application of various combinations of inorganic fertilizer (Urea, SP-36, KCl) and legume compost had significant effect on the age of 2 WAP, 4 WAP and 5 WAP on the parameters of plant height, significant to the parameters cob weight, and had no significant effect on the sweetness level of sweet corn.
Peningkatan hasil produksi padi masih perlu dioptimalkan dengan cara intensifikasi seperti penggunaan bibit unggul, pemupukan serta perbaikan teknologi pascapanen. Pengairan juga merupakan suatu komponen yang penting untuk meningkatkan hasil produksi padi. Pemupukan yang dilakukan harus mempertimbangkan kebutuhan tanaman terhadap unsur hara, pada fase vegetatif sampai fase generatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan sistem pengairan macak-macak dengan penambahan unsur hara P dan K terhadap optimalisasi peningkatan jumlah anakan produktif padi. Metode yang digunakan yaitu menggunakan pengairan macak-macak dengan penambahan pupuk P dan K dengan dosis 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, dan 200 kg/ha. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut menghasilkan data yang tidak berbeda nyata untuk semua paramater pengaman, dengan signifikansi 0,634 pada tinggi tanaman 4 MST, 0,848 untuk signifikansi jumlah anakan produktif dan 0,403 untuk signifikansi bobot 100 bulir padi. Jumlah anakan produktif terbanyak terdapat pada perlakuan MP4 yaitu 15 anakan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan beberapa jenis sitokinin dan beberapa levelkonsentrasi air kelapa terhadap respon pertumbuhan tunas mikro stevia. Rancangan Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL), meliputi 3 jenis sitokinin (2 ppm Kinetin, 2ppm BAP, 2ppm TDZ) dan 4 levelkonsentrasi air kelapa (0%; 5%; 10%; 15%) dengan 5 ulangan. Parameter pengamatan meliputi persentasekontaminasi, persentase browning, saat muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah ruas. Data dianalisisdengan analisis ragam (ANOVA) dan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian pada 30 HST untuk parametersaat muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah ruas, interaksi antara BAP dan air kelapa menunjukkanperbedaan yang tidak nyata. Namun hasil analisis menunjukkan pengaruh tunggal sitokinin dan air kelapa dalampembentukan dan pertumbuhan tunas. Media perlakuan dengan menggunakan MS+2ppm BAP tanpa air kelapaterbukti memacu kemunculan tunas lebih cepat, yaitu rata-rata 3,05 Hari Setelah Kultur (HSK) serta memacupertambahan jumlah ruas (2,6 ruas per tunas) dan tunas (3,7 tunas per eksplan). Penambahan air kelapamenghambat kecepatan pertumbuhan tunas. Parameter pertumbuhan tunas menunjukkan semakin besarkonsentrasi air kelapa yang ditambahkan semakin menurunkan pertumbuhan tunas baik dari jumlah, panjang atauruas.Kata kunci: Stevia, in vitro, air kelapa, sitokininABSTRACTThis study aimed to determine effect of use of several types of cytokinin and levels of coconut waterconcentration on stevia micro shoot growth response. This study was arranged in a Randomized Block Design,including 3 types of cytokines (2 ppm Kinetin, 2ppm BAP, 2ppm TDZ) and 4 levels of coconut water concentration(0%, 5%, 10%, 15%) with 5 replications. The parameters included percentage of contamination, percentage ofbrowning, time to form shoots, number of shoots, shoot length and number of nodes. Analyzed by variance analysis(ANOVA) and DMRT test at 5% level. For analysis results of time to form shoots, number of shoots, shoot lengthand number of segments showed that the interaction between BAP and coconut water gave no significantdifference. However, the results of the analysis showed a single effect of cytokinin and coconut water in shootformation and growth. Treatment media using MS + 2ppm BAP without coconut water proved to accelerate theappearance of shoot more rapidly, that is average 3.05 days after culture and induced the increase of the numberof node (2.6 node per shoot) and shoot number (3.7 shoots per explant). The addition of coconut water inhibitedthe growth rate of buds. Shoot growth of the number, length, and node number of shoots decline due to highconcentration of coconut water added further decrease the growth of shoot either from the number, length, andnode number of shoots.Key words: Stevia, in vitro, coconut water, cytokinins
Penelitian bertujuan agar dapat mengidentifikasi karakteristik cendawan Aspergillus sp. secara makroskopis, jumlah koloni, kecepatan tumbuh cendawan dan kepadatan spora cendawan Aspergillus sp. yang telah diisolasi dari dua lokasi berbeda. Penelitian ini dilakukan dari September 2019 hingga November 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu dengan membandingkan cendawan Aspergillus sp yang dapat diisolasi dari 2 lahan yang berbeda. Data dari hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kedua lokasi pengambilan sampel tanah pada lokasi pertama jamur Aspergillus sp. dapat diisolasi pada kedalaman 20-25 cm dari permukaan tanah. Sedangkan di lokasi kedua, jamur Aspergillus sp. dapat diisolasi pada kedalaman 10-15 cm dan 20-25 cm dari permukaan tanah dan memiliki karakteristik morfologi berupa koloni berwarna hitam, hifa bersekat, konidia bulat, konidiofor tegak dan tidak bercabang serta vesikel yang berbentuk bulat. Kemudian untuk jumlah koloni cendawan Aspergillus sp. yang dapat diisolasi dari Desa Lombok Kulon dan Desa Sulek menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Sedangkan untuk kecepatan pertumbuhan dan nilai kepadatan spora cendawan Aspergillus sp. dari kedua lokasi menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.