Telah dilakukan penelitian untuk pemetaan wilayah rawan bencana gempabumi di wilayah Daerah Istimewa Jogyakarta berdasar data mikrotremor dan data bor. Aktivitas geodinamika pulau jawa secara umum dipengaruhi oleh pergerakan lempeng Eurasia dan lempeg Indo-Australia dengan lempeng mikro Sunda. Pertemuan kedua lempeng tersebut menyebabkan pergerakan kearah Barat – Timur , menjadi penyebab gempabumi Yogyakarta tahun 2006. Tercatat sedikitnya empat kali terjadi gempa besar di Yogyakarta menjadikan daerah ini rawan akan gempabumi. Untuk meminimalisir resiko akan bencana gempabumi yang terjadi , salah satunya melakukan pemetaan wilayah yang rentang bencana gempabumi tersebut dengan mikrozonasi berdasar data mikrotremor dan databor. Upaya mitigasi dengan mikrozonasi dilakukan dengan menghitung nilai HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) untuk memperoleh nilai frekuensi dominan yang menjadi parameter tingkat kerawanan bencana gempabumi. Dalam penentuan kecepatan gelombang S hingga kedalaman 30 meter (Vs30) dengan inversi HVSR. digunakan data pendukung data bor untuk menghindari ketidakunikan data mikrotremor. Hasil Vs30 digunakan untuk menentukan nilai amplifikasi. Hasil analisis dan interpretasi data menujukkan bahwa nilai frekuensi dominan berada pada rentang 1,314 – 14,59 Hz, nilai Vs30 berkisar antara 142,02 – 400,5 m/s dengan amplifikasi dalam rentang 1,5 – 8,02 kali dan 0,8-3,7 kali. Kesimpulan dari penelitian ini menujukkan daerah penelitian rawan bencana gempabumi, terutama daerah yang dilalui oleh sesar Opak.
Telah dilakukan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai posisi dan kondisi perlapisan batuan dasar (bedrock) di sekitar Pantai Lumpue, Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas. Dengan adanya informasi mengenai perlapisan batuan dan kedalaman bedrock, dapat digunakan sebagai informasi pendukung saat melakukan pembangunan, serta memberikan gambaran tentang jenis batuan yang ada di daerah penelitian. Berdasarkan hasil pengukuran 2D geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner, didapatkan nilai resitivitas berkisar antara 0,91 Ωm – 514 Ωm, dengan bedrock berupa batuan beku trakit dengan kedalaman bervariasi antara 2,5 m – 24 m.
The geoelectric method using Schlumberger configuration is one of the most widely used geophysical methods. In this study, a one-dimensional Schlumberger configuration will be applied to modeling the subsurface structure using two types of data, namely synthetic data and acquisition data in the field. The purpose of this study is to calculate resistivity (ρi) and determine the thickness (di) of the subsurface layer. In order for the model to be obtained to have a high level of accuracy, inversion least square is used. The value of resistivity and layer thickness obtained are very close to the synthetic model used. Comparison of calculation pseudo resistivity curves and observation pseudo resistivity has a small RMS error value which supports the accuracy of the study. This is obtained by giving initial guesses to the resistivity value of the acquisition data. The final results obtained from this study are in the form of five layers with different resistivity values and with a relatively small RMS error value of 1.15.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.