This study investigated the compensation strategies which were used by competent and poor speakers to avoid communication gap in speaking activities. This study used descriptive quantitative desaign. The use of descriptive method because of this study was not searching about compararison or making prediction, but only finding out about mostly strategies used either competent or poor speakers in developing their speaking activities to avoid communication gap. Descriptive research is also chosen because it explores and catches social situation particularly in the class wholisticly, widely and deeply. Data collection used an observation sheet and a questionnaire. Population of this study was 83 students categorized as competent and poor speakers of semester 4 at English Study Program in one of the universities in Kendari. The findings of this study showed that the strategy which dominant used by either competent speakers or poor speakers as their group tendencies that was selecting the topic with the same overall average score of 4.0; competent speakers mostly used selecting the topic with the overall average of 4.0, adjusting or approximating the message with the overall average of 3.6 and using mime or gesture with the overall average of 3.5; poor speakers also mostly used selecting the topic with the overall average of 4.0 and coining word of 3.5. Competent speakers much more used compensation strategies than poor speakers. Thus, its major implication for pedagogy is that compensation strategies are extremely useful as guidance to avoid communication gap in speaking activities
This study aims to reveal elements of multicultural education in traditional culture of Muna, one of ethnic groups in Southeast Sulawesi, Indonesia, by employing a descriptive qualitative research method. Main informants of the study included maestros of tradition preservation, traditional prominent figures, main figures of the society, and youth figures. Data were collected by conducting participatory observations, in-depth interviews, and focused group discussions. The data were then analyzed by performing data reduction, data presentation, and conclusions drawing. Findings of the study showed that Munanese traditional culture contains values of multicultural education such as appreciation of others' services and creations, harmoniously living with others, awareness of a fundamental nature of human as a creature subject to weaknesses, advocating the need to exhibit noble characters, recognition and respect of others' right, high work ethic, and gender neutrality. These values of multicultural education are embedded in taboo tradition, traditional sayings, folklores, and traditional riddles.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan implementasi Program MBKM yang mengangkat judul pelatihan jurnalistik dalam menulis buletin dengan konten budaya. Tujuan kegiatan ini Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tahapan pelatihan jurnalistik dalam menulis buletin dengan konten budaya dan mendeskripsikan dan menjelaskan konten budaya yang berhasil diliput untuk menulis buletin oleh peserta kegiatan pelatihan jurnalistik. Sasaran dari kegiatan ini adalah mahasiswa pada salah satu program studi di Universitas Kota Kendari yang memiliki minat dan bakat jurnalistik namun belum memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis jurnalistik yang baik. Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi pembekalan tentang konsep jurnalistik, etika dan cara kerja jurnalis, cara peliputan berita dan cara menuliskannya dalam bentuk buletin dengan konten budaya. Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah applikasi whatsApp, google meet dan peralatan pembekalan materi dan perlengkapan meliput berita. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian ini adalah terwujudkan tahapan pelatihan jurnalistik yang meliputi tahap tutorial pembekalan jurnalistik, Pelatihan Meliputan berita tentang warisan budaya tangible di lapangan, rapat redaksi penyusunan naskah buletin dengan konten budaya dan tahap penerbitan buletin pada media cetak. Konten buletin budaya yang dihasilkan berupa deskripsi warisan budaya tangible penggalan masa kolonila Jepang di Kota Kendari. Inilah salah satu dampak positif dari program MBKM yang membuka ruang dan kreatifitas dosen dan genersi muda untuk berkarya memajukan Indonesia, khususnya melalui dunia pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa fungsi setiap tinggalan Jepang dan bagaimana strategi pertahanan Jepang berdasarkan tinggalan arkeologi di Kecamatan Poleang Selatan Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan teori Arkeologi, medan pertempuran dan teori Arkeologi Ruang. Metode penelitian berupa kuantitatif sebagai teknik pengumpulan data berupa studi pustaka. Metode kualitatif metode yang dilakuakan dilapangan yaitu survei permukaan, perekaman data setiap tinggalan dan wawancara. Pengolahan dan Analisis data menggunakan analisis data sejarah, analisis morfologi dan analisis kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggalan arkeologi yang ditemukan di Kecamatan Poleang Selatan berjumlah 42 tinggalan yaitu Wales berumlah 1, Revetment berjumlah 38, Bunker berjumlah 1, dan terowongan buatan Jepang berjumlah 2. Pembangunan setiap tinggalan arkeologis Jepang tersebut menunjukan strategi Jepang dalam menghadapi dan menghalau serangan sekutu. Strategi yang di gunakan Jepang yaitu memabanguna dan menempatkan sarana militer Jepang di area penting dan strategis yaitu area bendara, jety (dermaga) dan jalan utama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Menjelaskan Latarbelakangi Sejarah situs benteng Liwu Wawono di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. (2)Menjelaskan apa saja tinggalan Arkeologi di situs benteng Liwu Wawono (3) Menjelaskan FungsiBenteng Liwu Wawono Sebagai Pertahanan dan pemukimanKesultanan Buton di Mawasangka.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Latar belakangipembangunan Benteng Liwu Wawono yaitu sebagai strategi pertahanan dan keamanan guna melindungi masyarakat dari gangguan serangan yang akan datang (musuh) yang bermukim di Benteng Liwu Wawono. (2) Tinggalan arekeologis yang ada di Benteng Liwu Wawono terdiri atas Makam Kuno, dan Baruga, liang kuno serta temuan-temuan lepas berupa pecahan kramik, moluska dan pecahan gerabah. (3) Fungsi Benteng Liwu Wawono adalah sebagai tempat pertahanan pada Kesultanan Buton di bagianBarat Benteng Keraton Buton guna melindungi dari gangguan serangan musuh yang akan datang. selanjutnya Benteng ini sekarang dijadikan sebagai tempat pemukiman dan perkebunan masyarakat setempat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.