AbstrakBudaya minum kopi atau ngopi sudah lama dipercaya masyarakat dan terbukti bermanfaat meningkatkan kesehatan dan kesegaran bagi tubuh. Oleh karena itu kebutuhan konsumen pada kopi bubuk di kota Malang cukup besar sehingga banyak sekali produsen kopi bubuk bermunculan mulai dari perusahaan besar sampai home industri. UKM Kopi bubuk merek "Bias Kahyangan" adalah usaha dagang kopi bubuk murni yang berlokasi di desa Arjowinangun Kota Malang. Dalam kegiatan produksinya, proses sangrai kopi masih dilakukan oleh pihak ketiga (outsourching) yang berlokasi di kecamatan Dampit kabupaten Malang yang berjarak sekitar 25 km dari lokasi UKM. Hal ini menyebabkan harga pengadaan kopi sangrai relatif mahal sehingga berakibat menurunkan keuntungan UKM dan kadang juga mengalami keterlambatan dalam memenuhi kebutuhan konsumennya. Untuk menyelesaikan persoalan ini, UKM membutuhkan mesin sangrai kopi yang siap dioperasionalkan dengan kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan UKM. Langkah-langkah pengadaan mesin sangrai kopi adalah sebagai berikut : (1) Pembuatan Desain Mesin Sangrai Kopi skala UKM (Biaya pembuatan dan kapasitas produksi sesuai dengan kondisi di UKM), (2) pembuatan mesin sangrai di bengkel teknik, (3) uji coba mesin sangrai dalam menghasilkan kopi sangrai yang berkualitas, (4) pendampingan produksi kopi sangrai dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk dapat menghasilkan kopi bubuk yang berkualitas dibutuhkan kopi sangrai yang berkualitas yaitu matang sampai kedalam, tidak gosong dan harum baunya. Sedangkan untuk menghasilkan kopi sangrai yang berkualitas dibutuhkan biji kopi yang berkualitas dan proses sangrai yang terkendali. Biji kopi yang berkualitas adalah biji kopi yang sudah benar-benar kering dan rasanya tidak langu (rasa tidak sedap). Sedangkan proses sangrai yang terkendali dapat dilakukan dengan baik melalui implementasi mesin sangrai kopi yang telah selesai dibuat di UKM. Dengan penerapan mesin sangrai kopi untuk memproduksi kopi sangrai secara mandiri di UKM, maka biaya pengadaan kopi sangrai untuk volume yang sama menjadi berkurang bila dibandingkan dengan biaya outsourching. Sebelumnya untuk pengadaan kopi sangrai membutuhkan biaya Rp. 45.000,-per kg, setelah melakukan proses sangrai secara mandiri hanya membutuhkan biaya ± Rp. 40.000,-per kg. Volume produksi mesin sangrai kopi yang dihasilkan adalah ± 10 kg setiap kali proses sangrai dengan lama proses ± 70 menit. Sehingga dengan implementasi mesin sangrai kopi memungkinkan untuk meningkatkan omset penjualan kopi bubuk dari sebelumnya 15 kg per hari menjadi 60 kg per hari. Saat ini UKM telah berhasil meningkatkan omset penjualan kopi bubuk dari 15 kg per hari menjadi 30 kg per hari. Keuntungan bersih yang didapat UKM meningkat dari Rp. 65.000,-per hari menjadi Rp. 200.000,-per hari.Kata Kunci: Kopi Bubuk Murni, Mesin Sangrai, pengendalian kualitas kopi bubuk, UKM
Currently Mergan 4-way intersection is one of intersection that have most traffic dense in Malang City, East Java - Indonesia. This research implement simulation method in order to give several solution option to manage the traffic queue in Mergan 4-way intersection. Simulation method is conducted with several phase, from problem identification up to verification and validation also scenario simulation. Arena Simulation software v.14 is chosen as the tool to modeling the traffic queue line. The research outcome give several solution through Traffic Light 2 simulation scenario. With this simulation scenario, the traffic flow system simulation can be run with fewer queues of vehicles.
This research took place in the Industrial computation laboratory, where the main function of the laboratory as a place of practical activity related to industrial engineering software for students. From the results of the Nordic Body Map preliminary questionnaire (NBM) showed that the highest percentage after students doing computer practically for 2 hours was the pain in the sitting position when operating the computer (typing and holding the mouse). Based on the analysis that has been used with the RULA method for positions at the time of computer operation, the results of risk level 3 to 4 are obtained (long-term action is needed) and the risk level is 5-6 (immediate action is required). To reduce the level of student injury risk during the learning process, this research proposes a redesign work desk position and seat position with a work station design approach based on student's anthropometric data by utilizing RULA. The three results of work station design proposals, computer desks namely table mat height 78 cm, 83 cm wide, and 45 cm long, 68 cm height keyboard and for chairs namely 49 cm seat height, 42 cm seat base width, 46 cm pedestal length, width of backrest 42 cm, height of backrest 58 cm with a slope of 5 o degree. By paying concern to the student's posture, the design proposal should appropriate and decrease the risk level of students who operating computer into level 1-2 (acceptance posture)
This research was conducted at MSEs of silver jewelry handicraft called SILVER 999. Workers in this MSEs, especially in assembly work station often experience back pain, neck pain, achy shoulders, achy hands called musculoskeletal disorders (MSDS). To reduce the risk of MSDS, ergonomic evaluation is carried out directly at this work station. Respondents in this study were all 10 workers. Data collection uses observation and filling in questionnaires. Worker posture is measured by Rapid Entire Body Assessment (REBA) method. The MSDS complaint was measured by filling out Nordic Body Map (NBM) sheets. The results obtained as much as 70% (7 people) work posture in the assembly section with a very high category and 70% (7 people) workers in this section who experience MSDS complaints with a moderate category. Non-ergonomic work postures can cause MSDS complaints. Work posture that is getting worse cause greater musculoskeletal complaints. This shows that the redesign of the assembly work station is recommended so that the work posture is more ergonomic and reduces the symptoms of MSDS.
Melambungnya harga pakan ikan buatan pabrik (±Rp. 10.000,-per kg) mengakibatkan keuntungan peternak ikan semakin berkurang. Pembuatan pakan ikan secara mandiri menggunakan mesin yang sederhana, resep yang tepat, dan bahan baku pakan ikan yang murah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak ikan. Proses pembuatan pakan ikan (pelet) membutuhkan mesin penghalus (disk Mill), mesin pencetak pakan ikan dan oven pengering pakan ikan. Harga pokok produksi pembuatan pakan ikan lele secara mandiri adalah Rp. 5.500,-per kg. Hasil uji coba penggunaan pakan ikan yang diproduksi secara mandiri pada pembesaran 5000 ikan lele pada kolam terpal membutuhkan 500 kg pakan dan dapat menghasilkan panen 383 kg ikan dengan umur panen 2,5 bulan. Dengan harga jual ikan ke distributor Rp. 13.500,-per kg, keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 2.420.500,-. Pada penggunaan pakan ikan buatan pabrik, berat ikan yang dihasilkan pada waktu panen adalah lebih besar yaitu sebesar 466 kg, tetapi keuntungan yang didapat peternak lebih kecil yaitu Rp. 1.291.000,-. Jadi penggunaan pakan ikan yang diproduksi secara mandiri dalam program pengabdian ini lebih menguntungkan bagi peternak ikan dibandingkan dengan penggunaan pakan ikan buatan pabrik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.