ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk sebagai upaya untuk merumuskan rencana strategis pengembangan desa wisata di Kecamatan Karangploso yang berbasis pada keunikan dan sektor unggulan lokal (pertanian, peternakan, jasa dll) serta melalui pendekatan partisipatif.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Pada tahap perumusan strategi pembentukan desa wisata di Desa Tawangargo dan Desa Donowarih Kecamatan Karangploso, peneliti menggunakan teknik analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan Kecamatan Karangploso memiliki potensi internal dan eksternal pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Strategi yang digunakan berupa klaster pengembangan desa wisata, lembaga desa wisata dan pengembangan desa wisata dengan tema Desa wisata berperspektif go green yang unik, khas dan sehat yang berbasis pada keunggulan hortikultura.Kata kunci: Strategi, Desa, Wisata, SWOT LATAR BELAKANGKabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten terluas di Propinsi Jawa Timur, dengan luas wilayah 3.348 km² atau sama dengan 334.800 ha. Secara demografis kabupaten Malang memiliki jumlah penduduk sebesar 2.346.710 jiwa dan merupakan terbesar kedua setelah Kotamadya Surabaya. Mengingat bahwa potensi alam dan budaya yang khas tersebut tersebar hampir di sebagian besar wilayah kabupaten Malang, maka besar kemungkinan untuk dikembangkan konsep desa wisata (village torurism). Konsep Desa Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang merupakan suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, Kriteria suatu desa dapat dikembangan menjadi desa wisata, apabila memiliki beberapa faktor-faktor pendukung antara lain; (1) Memiliki potensi produk dan daya tarik, (2) memiliki dukungan sumber daya manusia (SDM), (3) motivasi kuat dari masyarakat, (4) memiliki dukungan sarana dan prasarana yang memadai, (5) mempunyai fasilitas pendukung kegiatan wisata, (6) mempunyai kelembagaan yang mengatur kegiatan wisata, dan (7) ketersediaan lahan/area yang dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata.Mengacu pada kriteria pengembangan desa wisata di atas, maka desa Tawangargo dan Donowarih merupakan desa di kecamatan Karangploso Kabupaten Malang yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata.

This paper assesses the effect of coal energy production volume, exchange rate, inflation and gross domestic product on the volume of Indonesia's coal energy exports in 1998-2019. Based on an Autoregressive Distributed Lag (ARDL) approach, in the short run, we find that the coal energy production volume, exchange rate, and gross domestic product has a negative relationship to Indonesia's coal energy exports. However, on the other hand, inflation has a positive relationship to Indonesia's coal energy exports. In the long run, we also find that the coal energy production volume, inflation, and gross domestic product has a positive relationship to Indonesia's coal energy exports. Besides, the exchange rate has a negative relationship to Indonesia's coal energy exports.

Agricultural productivity is a major issue in agricultural development in Indonesia. Therefore research on agricultural productivity is still very much needed. Accordingly, the objective of this study is to evaluate agricultural productivity and its distribution in Indonesia. The method used to clicking distribution of agricultural productivity is the Stochastic Frontier Analysis (SFA) and the ratio of output/input (agricultural production / agricultural production factor) using data from the 32 provinces of 2007-2015. The results of the analysis on Stochastic Frontier Analysis (SFA) indicates that Lampung Province, Jawa Timur Province, Central Java Province and West Java Province recorded as provinces with the most efficient level of agricultural productivity. Output / Input Ratio shows the Province of Nusa Tenggara Barat, Lampung Province and Jawa Timur Province as a highly efficient province. So that development efforts need to be carried out efficiently in provinces with high agricultural productivity to reduce overall economic disparities.