This work describes a subsurface basin configuration of the Lower Kutai Basin (hereinafter LKB) in East Kalimantan, Indonesia, as inferred from combination of magnetotelluric (MT), seismic, and gravity data. LKB is structurally controlled mainly by the Samarinda Anticlinorium extending in a NNE-SSW direction and is one of the most prolific hydrocarbon basins in Indonesia. The phase tensor analysis of MT data from most stations and frequencies exhibited a 2D character with a relatively low skew (-3° < β < 3°). The geo-electrical strike direction was estimated at N30°E, which is in good agreement with the regional geological strike with a NNE-SSW direction. 2D MT inversion modeling was performed to infer the subsurface resistivity distribution associated with LKB’s configuration. From the integration of MT, seismic and gravity models it was shown that LKB’s configuration is composed mainly of sandstone, black shale, claystone, and basement rocks. The conductive zones of the MT models are associated with thermal alteration of black shale, which changes its mineralization, leading to lower resistivity. Hence, the black shale may be interpreted as potential hydrocarbon source rock in LKB.
Desa Gayau yang terletak di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran sering mengalami kekeringan air pada saat musim kemarau sehingga perlu dilakukannya pengukuran geolistrik untuk mengidentifikasi keberadaan lapisan akuifer air tanah. Pada penelitian ini konfigurasi yang digunakan adalah Schlumberger dengan panjang bentangan MN/2 sebesar 1, 5, 10, dan 20 meter. Sedangkan panjang bentangan AB/2 sebesar 6 hingga 300 meter. Pada tahapan inversi data VES, kami menggunakan algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) untuk memperoleh nilai parameter resistivitas dan ketebalan lapisan. Algoritma ini dipilih karena cepat menuju konvergen dan relatif stabil. Hasil dari inversi ini diperoleh bahwa lapisan akuifer pertama berada pada kedalaman 21.4 - 52.1 meter dengan litologi batupasir berbutir halus dengan sisipan tufa Lapisan akuifer kedua berada pada kedalaman 52.1-70 meter dengan litologi breksi. Pada kedalaman 70 meter diinterpretasikan sebagai akuifer air tanah, namun memiliki debit yang kecil. Hal ini disebabkan karena litologi lapisan berupa breksi, dasit dan lava basal dari Formasi Hulusimpang. Sistem aliran air tanah pada lapisan ini merupakan sistem media pori yang berakibat pada debit rendah dan waktu pengisian kembali lapisan air tanah relatif lama.
Baturagung Escarpment is an essential tectonic element of Java Island because it represents a transition from the Southern Mountain Block to the Kendeng Basin. This study has succeeded in producing a three-dimensional model of the Baturagung Escarpment subsurface using gravity anomaly data. The data are distributed along a regional scale transect, whose resolving capability has been tested using a checkerboard test. Our proposed geophysical model can fit the observed data very well, with a 0.77% RMS error. This model exhibits a structural depression bounded by high basement blocks below the Baturagung Escarpment, one of the basement block outcrops at Jiwo Hills. The maximum width of the depression is 10 km, with a depth exceeding 3 km in some places. The depression might be formed because of an extensional tectonic regime that prevailed during the Palaeogene, followed by volcanic arc loads' emplacement up to the early Miocene.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) telah dilakukan di desa Gaya, kecamatan Padang Cermin, kabupaten Pesawaran, provinsi Lampung. Permasalahan yang dialami desa tersebut adalah sarana penampungan air yang sudah dibuat tidak optimal digunakan karena sumur bor yang dimiliki, kondisi airnya sering kering. Sarana tersebut diperuntukkan bagi warga desa ketika musim kemarau tiba. Tim PkM mengajukan suatu pendekatan dari segi kerekayasaan geofisika untuk mengatasi permasalahan tersebut, berupa peninjauan kembali kedalaman akuifer sumur bor desa. Pendekatan tersebut menggunakan metode resistivitas 1D. Metode ini bertujuan untuk mengetahui lapisan batuan bawah permukaan bumi dengan dilihat dari distribusi nilai resistivitas terhadap kedalaman. Ada 3 titik pengukuran di sekitar sumur desa tersebut dengan posisi sumur berada di antara ketiga titik tersebut. 1 titik memiliki bentangan 400 m dan 2 titik yang lain sepanjang 600 m. Hasil analisis dari metode resistivitas 1D menjelaskan bahwa estimasi jenis batuannya berupa endapan alluvium, lempung tufaan, batu pasir tufaan, kerakal/ kerikil, dan lava andesit. Akuifer berada pada batu pasir tufaan atau kerakal/kerikil. Hasil analisis juga memberikan informasi bahwa posisi dan kedalaman sumur tidak berada pada akuifer. Dengan demikian, memberikan rekomendasi perlu adanya pengeboran ulang. Kemudian tim juga memberikan gambaran bahwa ada 2 posisi yang cocok untuk dibor beserta dengan kedalamannya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.