Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau Apnea Tidur Obstruktif merupakan kondisi umum yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas bagian atas yang berulang. OSA juga ditandai dengan rasa kantuk di pagi hari, sering bangun saat tidur, mendengkur, penurunan konsentrasi dan gangguan ingatan. Obstruksi saluran nafas bagian atas tersebut dapat berbentuk parsial(hypopnea) atau komplit(apnea). Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor keturunan, faktor kongenital seperti abnormalitas pada struktur anatomi dan faktor umur, jenis kelamin dan berat badan maupun kondisi medis lainnya. OSA berkontribusi dalam berkembangnya penyakit-penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi. Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang didefinisikan apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan / atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Secara umum, hipertensi akibat OSA dimulai dari keadaan hipoksemia yang dilanjutkan oleh inflamasi sistemik dan stress oksidatif, disfungsi endotel, aktivitas saraf simpatik dan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan kurang tidur yang menghasilkan kontriksi pembuluh darah perifer, peningkatan denyut jantung, dan kekakuan pada pembuluh darah arteri.
Background: The act of academic dishonesty is a dishonest act taken by students in completing assignments and examinations which include several attempts such as cheating and plagiarism. Studies show that 20% of students begin cheating behavior from the first year of college. One of the patterns of behavior related to academic dishonesty is procrastination. Academic procrastination is a form of behavior when someone delays starting a job or completing it.Aims: This study aims to illustrate academic procrastination, academic dishonesty, and the relationship between procrastination habits and academic dishonesty among undergraduate medical students at Faculty of Medicine, Universitas Lampung.Methods: This study is an observational analytic study using a cross-sectional design. The research respondents were 120 undergraduate medical students from Faculty of Medicine Universitas Lampung. The sampling method used proportionate stratified random sampling. Data were collected using the Procrastination Assessment Scale-Students questionnaire and the Academic Practices Survey.Results: The results of this study are processed using computer software and Gamma testing method. Obtained r = 0.464 and p = 0.428 (p>0.05).Conclusion: There is no relationship between the academic procrastination habits and academic dishonesty in undergraduate medical students at Faculty of Medicine, Universitas Lampung.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an acute viral infectious disease caused by the dengue virus which in general can be characterized by symptoms of fever for 2-7 days, accompanied by other symptoms in the form of bleeding, such as nosebleeds and red spots on the body (ptekiae), bleeding gums, decreased platelets, the form of hemoconcentration in the form of plasma leakage with signs such as increased hematocrit, ascites, pleural effusion. This journal is to Implementing family doctor services by identifying risk factors, clinical problems, and patient management based on Evidence-Based Medicine that is family-approach, patient-centred and community-oriented. The study conducted is a case report. Primary data were obtained through history taking, physical examination and home visits. Secondary data were obtained from the patient's medical records at the puskesmas. Assessment is carried out based on a holistic diagnosis from the beginning, process, and end of the study quantitatively and qualitatively. The patient is a 49 year old male, with complaints of fever that has been felt since 3 days ago. Complaints of fever followed by complaints of weakness, joint and muscle pain, also accompanied by bleeding gums and nausea and vomiting. Several factors can affect the patient's condition, namely internal and external risk factors. In this case, diagnosis and treatment have been carried out according to the latest theory and journals. After the intervention, there was a decrease in clinical symptoms and an increase in the knowledge of patients and their families. The diagnosis of dengue hemorrhagic fever in this patient was in accordance with the theory from several guidelines and journals, it was seen that there was a change in knowledge of the patient and his family after an intervention based on Evidence-Based Medicine that was patient-centred and a family approach. Abstrak: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang secara umum dapat ditandai dengan gejala demam selama 2-7 hari, disertai pula dengan adanya gejala lain dalam bentuk perdarahan, seperti mimisan, bintik-bintik merah pada tubuh, gusi berdarah; penurunan trombosit, adanya bentuk hemokonsentrasi berupa kebocoran plasma dengan tanda-tanda seperti peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura. Penelitian ini menerapkan pelayanan dokter keluarga dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berbasis Evidence-Based Medicine yang bersifat family-approach, patient-centred dan community oriented. Studi yang dilakukan adalah laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder didapat dari rekam medis pasien di puskesmas. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Pasien laki-laki berusia 49 tahun, dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Keluhan demam diikuti dengan keluhan lemas, nyeri sendi dan nyeri otot, juga disertai perdarahan gusi dan mual muntah. Beberapa faktor dapat memengaruhi keadaan pasien yaitu faktor risiko internal dan eksternal. Pada kasus ini telah dilakukan diagnosis dan tatalaksana sesuai dengan teori dan jurnal terkini. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan penurunan gejala klinis dan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarganya. Diagnosis demam berdarah dengue pada pasien ini sudah sesuai dengan teori dari beberapa panduan dan jurnal, terlihat adanya perubahan pengetahuan pada pasien dan keluarganya setelah dilakukan intervensi berdasarkan Evidence-Based Medicine yang bersifat patient-centred dan family approach.
Peritonitis merupakan kegawatdaruratan bedah dengan etiologi yang bervariasi dengan angka kematian yang tinggi, terutama pada anak-anak. Penyebabnya terjadinya pertitonitis dapat berupa perforasi saluran usus, pankreatitis, penyakit panggul, tukak lambung, sirosis, atau apendix yang pecah.. Peritonitis salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Pada pembedahan laparatomi umumnya jenis anastesi yang digunakan adalah jenis anastesi umum inhalasi. Laparatomi merupakan salah satu prosedur definitif peritonitis yang bersifat mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah. Laparotomi ekspolrasi yang dilakukan pada pasien ini menggunakan teknik anestesi general dan membutuhkan pengawasan yang adekuat serta dosis yang tepat mengingat usia pasien. Anastesi umum adalah suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia. Laporan kasus ini membahas manajemen anestesi peritonitis eksplorasi pada anak usia 5 tahun dengan peritonitis
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.