Masyarakat merupakan sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah dan mmbentuk sistem untuk mengatur kehidupannya. Agar hidup masyarakat lebih terarah dan meningkat dari masa ke masa perlu dilakukan adanya pemberdayaan. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu program yang bertujuan untuk mencipatakan adanya ketahanan pangan dalam rumah tangga. Fokus KRPL ini adalag memanfatkan lahan pekarangan masyarakat desa maupun kota untuk diolah secara optimal. Desa Karangdayu merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki lahan pekarangan luas namun masih minim dalam pengolahannya. Mayoritas masyarakat Desa Karangdayu bekerja sebagai petani, akan tetapi karena letak lahan pertanan dekat Bengawan Solo yang seringkali meluap 1-2 kali dalam setahun mempengaruhi produktivitas ekonomi. Oleh karena itulah artikel ini bertujuan untuk meberdayakan masyarakat Desa Karangdayu untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang dimiliki agar menjadi produktif dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hasil yang dapat diperoleh dari mengolah lahan pekarangan selain digunakan untuk budidaya tanaman juga dapat dimanfaatkan sebagai pembibitan ikan seperti ikan lele.
Textbooks are media that play an important role in learning activities in the classroom. In this research, the textbook that used the object of research was the Indonesian History Textbook for SMA Class XII, especially the military narrative on the material of the struggle to national disintegration. However, there are narratives that have words or sentences that can show understanding of multiple interpretations. Therefore, the purpose of this research is to analyze the discourse in the textbook on military narratives so that they can be understood and avoid negative perspectives. So the method uses critical discourse analysis of the Teun A. van Dijk model, which includes three structures are macrostructure, superstructure, and microstructure to see word choice and sentence structure in military narration in textbooks. This research by using a qualitative design with text analysis methods and literature/document studies as data collection methods. The result shows that the military narrative is shown as the central figure who defends the country.
Mung Dhe dance comes from Garu Village, Baron District, Nganjuk Regency is a dance with the theme of heroism and love for the country. This dance movement depicts the movements of a soldier who is fighting and practicing the sword. Apart from being a means of entertainment, this dance was also used as a means of struggle. This dance was created as a form of disguise for Diponegoro soldiers in gathering their friends who were separated after losing the Java War. This disguise was done so that the Dutch would not find out. In the 1970s Mung Dhe dance was re-introduced after a vacum due to japaneese rule in Indonesia. But, after 1982 Mung Dhe Dance began to experience many developments and further increased its existence in the Nganjuk community. Mung Dhe dance also contains character education values in it. The problems discussed in this study are: (1) the history of the birth of Mung Dhe Dance in Nganjuk Regency. (2) The development of Mung Dhe Dance in 1982-2019. (3) The way the Mung Dhe dance is performed and character values contained therein. This study uses historical research methods and data collection in the form of library research, and interviews.Tari Mung Dhe berasal dari Desa Garu, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk merupakan sebuah tarian yang bertemakan kepahlawanan dan cinta tanah air. Gerakan tari ini menggambarkan gerakan seorang prajurit yang sedang berperang dan berlatih pedang. Selain menjadi sarana hiburan, tari ini dulu juga digunakan sebagai sarana perjuangan. Tarian ini diciptakan sebagai bentuk penyamaran prajurit Diponegoro dalam mengumpulkan teman-temannya yang terpisah akibat kalah dalam Perang Jawa. Penyamaran ini dilakukan agar tidak diketahui oleh pihak Belanda. Pada tahun 1970-an tari Mung Dhe diperkenalkan kembali setelah vakum akibat kekuasaan Jepang di Indonesia. Akan tetapi, setelah tahun 1982 Tari Mung Dhe mulai mengalami banyak perkembangan dan lebih meningkatkan eksistensinya di masyarakat Nganjuk. Tari Mung Dhe juga mengandung nilai-nilai pendidikan karakter didalamnya. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) sejarah lahirnya Tari Mung Dhe di Kabupaten Nganjuk. (2) Perkembangan kesenian Tari Mung Dhe tahun 1970-2019. (3) Cara pementasan Tari Mung Dhe dan muatan nilai karakter yang terkandung di dalamya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dan pengambilan data berupa library research, dan wawancara.
Seiring berkembangnya zaman, kekhawatiran akan menurunnya nilai keberagaman dalam kehidupan masyarakat yang dapat memunculkan adanya konflik atau pertikaian menjadi suatu hal yang patut dijadikan perhatian. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mempertahankan identitas kebangsaan dan merealisasikan wujud dari keberagaman menjadi kekuatan bangsa yang tidak dapat dikalahkan. Usaha yang dilakukan dalam mewujudkannya tentu tidak mudah, karena memerlukan proses yang panjang. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai multikulturalisme ialah melalui kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat. Dengan cara tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai kearifan lokal yang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan, patriotisme, dan kebudayaan. Adapun contoh kearifan lokal yang dapat digunakan adalah tradisi tolak balak yang dilakukan oleh masyarakat Nganjuk di Air Terjun Sedudo pada bulan Suro. Sehingga tujuanpenelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai multikulturalisme masyarakat Nganjuk dalam tradisi tolak balak di Air Terjun Sedudo atau biasa dikenal dengan siraman Air Terjun Sedudo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif model studi pustaka atau library research dengan memanfaatkan referensi serta literatur ilmiah seperti jurnal dan artikel yang memiliki tema serupa. Adapun Teknik penelitan yang digunakan yakni menelaah sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian. Nilai multikulturalisme yang terdapat dalam tradisi tersebut di antaranya adalah kerja sama, solidaritas, kebangsaan, dan toleransi
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.