This study aims to examine the role of the environment on the formation of children's character in Jogja Green School. The research method used is qualitative with a case study approach. Data collection techniques used interviews with school principals and class teachers, observations of children in Caterpillar A and Caterpillar classes as well as documentation studies such as daily plain activity, weekly plain activity, daily notes, and children's work documented in the classroom. Data analysis techniques with data reduction, then all data are presented with perfect and good exposure, and make conclusions and verify data. The results showed that the social environment significantly influenced the formation of children's character through learning strategies and methods. Jogja Green School together with parents and the community creates a conducive environment in forming good character of children. The school always communicates with the family through diary or meet directly related to the child's development, so parents understand that the education provided at home must be in accordance with the education available at the school, besides that the school or family has the task of providing stimulus to the community. The community does not teach children with negative words, does not scold the child when the child accidentally destroys neighboring plants but rather gives an understanding to the child, so the child must apologize when making a mistake.
Anak difabel adalah anak yang memiliki kemampuan berbeda dari anak pada umunya, namun kenyataannya masyarakat masih memandang difabel sebagai anak yang “cacat”. Sehingga, hal ini berpengaruh pada sikap orang tua terhadap anak difabel. Sikap orang tua yang ditunjukkan terhadap anak difabel ada yang menerima dan ada yang menolak kehadiran anak difabel, yang merupakan bagian dari reaksi psikologis orang tua. Permasalahan yang diteliti adalah apakah penerimaan orang tua mempengaruhi perkembangan emosi anak difabel. Kemudian, dari permasalahan tersebut, ditentukan hipotesis kerja yaitu ada pengaruh antara penerimaan orang tua terhadap perkembangan emosi anak difabel di Desa Bragung. Untuk menelaah masalah tersebut, digunakan variabel penerimaan orang tua (X) sebagai variabel bebas dan perkembangan emosi anak difabel (Y) sebagai variable terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak difabel di Desa Bragung. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah sampel populasi yaitu, orang tua dengan anak difabel yang berjumlah 40 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala penerimaan orang tua dan skala perkembangan emosi anak difabel. Hasil dari penelitian ini yaitu, tingkat penerimaan orang tua adalah 47,5% berada pada kategori rendah. Sedangkan tingkat perkembangan emosi anak difabel (a) tunanetra 45,5% berada pada kategori rendah, (b) tunarungu 33,33% berada pada kategori seimbang, (c) tunagrahita 60% berada pada kategori rendah, (d) tunadaksa 60% berada pada kategori rendah. Analisis data penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0 for windows yang menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara penerimaan orang tua dengan perkembangan emosi anak difabel (a) tunanetra 0,723, (b) tunarungu 0,706, (c) tunagrahita 0,780, (d) tunadaksa 0,665. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima karena Rhitung > Rtabel. Kata kunci: Penerimaan orang tua, perkembangan emosi, anak difabel
Tujuan penelitian ini untuk (1) mengetahui keberhasilan membangun kemandirian anak melalui toilet training di Griya Nanda, (2) menganalisis cara-cara penanaman kemandirian melalui toilet training di Griya Nanda. Peneliti meggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data sederhana digunakan dalam penelitian ini, yaitu semua data di reduksi, diferivikasi kemudian ditarik sebuah simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Griya Nanda berhasil menerapkan toilet training untuk menumbuhkan kemandirian anak usia dini. Metode yang digunakan adalah pembiasaan dan modelling atau keteladanan yang diberikan oleh guru kepada anak. Melalui metode ini, anak-anak di Griya Nanda dapat dikatakan mandiri, yaitu 90% dari anak didik Griya Nanda usia 2-4 tahun telah lulus toilet training dengan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan sangat cocok dengan kondisi anak usia dini yang memiliki sifat suka mengamati dan meniru dari apa yang telah dilihatnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.