Penelitian ini mengkaji upaya pengembangan soft skill siswa SMA melalui kegiatan pramuka. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan teori fungsionalisme struktural dari Talcott Parsons dengan sistem AGIL, yaitu Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency sebagai dasar analisis data. Partisipan penelitian adalah 24 siswa dan 1 pembina pramuka di sebuah SMA Negeri di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pramuka dapat membantu mengembangkan soft skill siswa terutama kemampuan sosial dan kemampuan personal. Kemampuan sosial terdiri dari communication skill, relationship building, dan team work, sedangkan kemampuan personal terdiri dari time management, leadership skill, dan transforming character (percaya diri, tanggung jawab, mandiri, kreatif, cinta alam, dan berjiwa sosial). Kedua kemampuan soft skill dikembangkan melalui partisipasi siswa dalam kegiatan Pramuka dan keanggotaan siswa sebagai Dewan Ambalan Pramuka.This study examines efforts to develop soft skills for high school students through scouting activities. This research is a qualitative descriptive study that uses Talcott Parsons’ structural functionalism theory with the AGIL system, namely Adaptation, Goal Attainment, Integration, and Latency as the basis for data analysis. Research participants were 24 students and one scout coach in a public high school in Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Data were collected through observation, interviews, and documentation. The results showed that scouting activities could help develop students' soft skills, especially social skills and personal abilities. Social skills consist of communication skills, relationship building, and team work, while personal abilities consist of time management, leadership skills, and transforming character (self-confidence, responsibility, independence, creativity, love of nature, and social spirit). Both soft skill abilities are developed through student participation in scouting activities and student membership as Scouting Council.
Konsumsi telah mencengkeram seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam hal kebudayaan. Seiring perkembangan zaman dengan masuknya budaya barat telah menggeser minat masyarakat terhadap tradisi lokal yang menjadi ciri khas daerahnya. Salah satunya tradisi Labuhan Ageng di Pantai Sembukan yang mulai melakukan modifikasi agar tetap memiliki eksistensi di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat dalam mengonsumsi tradisi Labuhan Ageng. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan teori masyarakat konsumsi Jean Baudrillard adalah dalam ritual Labuhan Ageng saat ini mulai ditambahkan serangkaian acara hiburan dengan porsi waktu lebih banyak dan lebih menarik dibandingkan acara inti tradisi itu sendiri. Sehingga tradisi Labuhan Ageng mulai berubah menjadi tradisi yang lebih dinikmati sebagai acara hiburan. Tradisi yang dahulu dimaknai secara sakral justru dijadikan sebagai ajang rekreasi dan berfoto untuk kepuasan diri.
Children are one of groups most vulnerable to and risky of being affected with disaster. Considering the data of disaster incidence, child victims can be found in many places and time. This research aimed to find out children’s awareness, wariness, and alertness in Sleman Regency, constituting an area vulnerable to Mount Merapi disaster. This research uses quantitative and descriptive qualitative methods with questionnaire, interview and documentation being the technique of collecting data, and interactive model of analysis being technique of analyzing data, and source triangulation being the technique of validating data. The result of research showed varying alertness of children in dealing with disaster. Children whose school location is close to Mount Merapi have higher alertness than those whose school location is farther. Generally they have ever attended the socialization of disaster held by school in the beginning of every semester. However, the socialization of disaster in school was not followed with the similar activity at home. Limited understanding on the risks around the house led to the poor alertness in dealing with disaster. Anak-anak merupakan salah satu kelompok paling rentan dan berisiko terkena dampak bencana. Berdasarkan data kejadian bencana, korban usia anak terjadi di berbagai tempat dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan anak di Kabupaten Sleman yang merupakan daerah rawan bencana Gunung Merapi. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif deskriptif, pengumpulan data dengan kuesioner, wawancara dan dokumen, analisis data dengan model interaktif, dan validitas data dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi kesiapsiagaan anak dalam menghadapi bencana. Pada anak-anak yang lokasi sekolahnya dekat dengan Gunung Merapi memilikikesiapsiagaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih jauh. Pada umumnya mereka pernah mengikuti sosialisasi bencana yang diadakan oleh sekolah setiap awal semester. Namun sosialisasi bencana di sekolah tanpa dibarengi dengan kegiatan serupa di rumah. Keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di sekitar rumah berakibat pada kurangnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
This research studies the foodstagramming phenomena that happened on most young people in Surakarta which has been the new lifestyle that causes hyperreality in social media. The purpose of this study was to know the motives behind the activities of foodstagramming done by Instagram users and their effects on the people’s consumptive interest that impacted the hyperreality phenomenon on social media. The actions of foodstagramming are now widely popular since more cafés and restaurants are built-in Surakarta. The technology advancement has changed the eating culture, which in the past, it see as a necessity fulfilment. Still, now it becomes the ‘mark’ of what to expose to the public through simulation in social media that eventually forms fake realities, as mentioned by Jean Baudrillard as hyperreality. This study used the qualitative approach and phenomenology method to dig out the motives behind the Surakarta people’s activities foodstagramming. The data collection techniques used were interviews, observation, and documentation from Instagram, news websites, and survey results about consumptive patterns and social media usage. The informant’s criteria were Instagram users, such as cafés and restaurant consumers, entrepreneurs, and the café or restaurant workers. The data analysis technique was an interactive model data analysis by Miles and Huberman. The result showed that ‘Makan Cantik’ and Foodstagramming were simulations that intentionally create to form a particular image to represent the social status and gain prestige. ‘Makan Cantik’ and Foodstagramming were called hyperreality in social media where fake realities were exposed to be more real than the truth itself.
Pembangunan merupakan perubahan sosial yang direncanakan dalam lingkup politik, sosial, ekonomi, dan teknologi. Desa Sambongrejo memiliki nilai Indeks Desa Membangun (IDM) sebesar 0,5916 dan tercatat sebagai desa tertinggal di Kabupaten Blora. Sebagai desa adat Sedulur Sikep memiliki pemimpin informal yang berperan penting di dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peran ketua adat Sedulur Sikep dalam meningkatkan pembangunan masyarakat di Desa Sambongrejo. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Teknik pengambilan informan dilakukan dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Teori yang digunakan adalah teori Struktural Fungsionalisme Radcliffe Brown. Hasil temuan penelitian ini adalah peran ketua adat dalam meningkatkan pembangunan meliputi fisik maupun non fisik. Peran ketua adat sebagai perencana pembangunan, sebagai stakeholder dalam infrastruktur masyarakat, sebagai pelestari nilai-nilai budaya. Adapun akibat dari peran yang dilaksanakan ketua adat berdampak pada peningkatan solidaritas masyarakat, peningkatan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.