Gigi depan crowding/berjejal parah dan cross bite adalah kasus yang sering dijumpai pada perawatan ortodontik. Gigi crowding dapat menyulitkan membersihkan mulut pada area gigi crowding sehingga dapat menyebabkan masalah periodontal. Salah satu keuntungan perawatan ortodontik cekat dengan teknik Begg adalah menghasilkan gaya yang ringan dalam megkoreksi gigi berjejal dan cross bite dapat memberikan kenyamanan pada pasien. Tujuan perawatan ini adalah untuk mengkoreksi gigi berjejal dan cross bite dalam waktu yang singkat menggunakan teknik Begg. Seorang pasien wanita umur 24 tahun dengan maloklusi Angle klas I dan skeletal klas III protrusif mandibula, gigi depan crowding berat dan cross bite, konstraksi lengkung pada kedua rahang, pergeseran median line rahang atas dan bawah disertai, gingivitis berat dan karies. Skaling, perawatan saluran akar dan pencabutan gigi non vital dilakukan sebelum perawatan ortodontik dilakukan. Koreksi dengan teknik Begg memerlukan waktu selama 6 bulan untuk mengkoreksi gigi crowding dan cross bite semuanya dalam waktu yang sama. Koreksi kasus gigi depan crowding berat dan cross bite disertai masalah periodontal dapat dilakukan dengan teknik Begg dalam waktu yang singkat dengan kemajuan yang bagus. Treatment of Class I Angle Malocclusion with Severe Crowding and Crossbite of Anterior Teeth Using Begg Technique in Bad Oral Hygiene Patient. The severe crowding and cross bite of anterior teeth were very common type cases in orthodontic. Crowding teeth compromised the oral hygiene due to the difficulty in oral cleansing on the crowding area that cause periodontal problem. One of advantages of fixed orthodontic treatment using Begg technique produced the light forces in correcting crowding and cross bite could give convenience to patients. The purpose of this treatment is to correct crowding and cross bite in a short period of time using Begg technique. A 24 years old female patient with Class I Angle malocclusion and class III skeletal pattern mandible protrusion, severe crowding and cross bite of anterior teeth, constricted dental arch on both jaws, mid shifting on the upper and lower arch compromised with severe gingivitis as well as caries. Scaling, root canal treatment and extraction of the non vital teeth were done before starting orthodontic treatment. The correction using Begg technique took 6 months to correct all the crowding and cross bite at the same time. The correction of the severe crowding case with cross bite of anterior teeth as well as periodontal problem can be done with Begg technique in short period of time with a good improvement.
ABSTRAKMaloklusi Angle kelas I dengan bimaksiler protrusi merupakan maloklusi yang paling sering dijumpai. Kelainan yang banyak menyertai maloklusi kelas I bimaksiler protrusi adalah gigi depan berdesakan dan pergeseran midline. Adanya persepsi negatif di masyarakat terhadap gigi dan bibir yang protrusi mendorong pasien untuk melakukan perawatan ortodontik. Perawatan pada kasus ini bertujuan untuk mengurangi kecembungan wajah dengan meretraksi gigi anterior atas maupun bawah, mengoreksi midline rahang atas dan bawah serta gigi berdesakan anterior dengan perawatan ortodontik teknik Begg sehingga dapat memperbaiki estetik wajah. Pasien wanita usia 34 tahun mengeluhkan gigi depan atas dan bawah sangat berdesakan dan pasien mengalami kesulitan dalam menutup mulut. Diagnosis pasien adalah Maloklusi Angle kelas I dengan bimaksiler protrusi disertai gigi berdesakan anterior, pergeseran midline rahang atas dan rahang bawah. Pasien dirawat menggunakan alat cekat teknik Begg. Sebelum perawatan dilakukan pencabutan gigi premolar pertama rahang bawah kanan dan kiri dan rahang atas kanan. Pada rahang atas kiri dilakukan pencabutan gigi insisivus lateral yang berada diluar lengkung. Kesimpulan perawatan setelah 2 tahun terlihat bimaksiler protrusi, gigi berdesakan anterior dan midline terkoreksi.
Maloklusi Angle klas II divisi 1 mempunyai ciri tonjol mesiobukal molar pertama atas beroklusi dengan interdental premolar kedua dan molar pertama bawah, jarak gigit yang besar, lengkung gigi sempit dan profil cembung. Bionator pertama kali diperkenalkan oleh Balter dan merupakan alat ortodontik myofungsional yang digunakan untuk merawat diskrepansi rahang. Tujuan pemaparan kasus adalah menyajikan kemajuan kasus maloklusi Angle Klas II divisi 1 disertai diskrepansi rahang menggunakan alat myofunctional bionator. Seorang perempuan berusia 13 tahun mengeluhkan gigi depan atas maju. Diagnosis pasien maloklusi Angle klas II divisi 1, hubungan skeletal klas II dengan protrusif maksila dan retrusif mandibula, protrusif insisivus atas disertai palatal bite, cross bite posterior, jarak gigit 11 mm, tumpang gigit 5,25 mm, SNA 84°, SNB 76°. Pasien dirawat menggunakan alat myofungsional bionator. Hasil perawatan setelah satu tahun overjet menjadi 6,25 mm dan SNB 78°. Kesimpulannya adalah alat myofungsional bionator efektif untuk merawat maloklusi Angle Klas II divisi 1 yang disertai diskrepansi rahang.
PENDAHULUANMaloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung gigi (rahang) diluar rentang kewajaran yang dapat diterima.1 Maloklusi juga dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menyimpang dari oklusi normal.2 Berbagai faktor yang mempengaruhi oklusi adalah 1) ukuran maksila dan mandibula, 2) relasi maksila dan ABSTRAKGigi kaninus sangat penting untuk estetika dan fungsi mastikasi seseorang. Impaksi gigi adalah gagalnya gigi untuk muncul ke dalam lengkung gigi yang dapat disebabkan karena kekurangan ruang, adanya sesuatu yang menghalangi jalur erupsi gigi atau karena faktor keturunan. Prevalensi impaks gigi kaninus maksila adalah 0,9-2,2%, sedangkan impaksi gigi kaninus mandibula lebih jarang terjadi. Alternatif perawatan gigi impaksi kaninus maksila adalah operasi exposure dan diikuti dengan kekuatan ortodontik untuk membantu erupsi dengan alat cekat ortodontik. Tujuan dari perawatan adalah untuk koreksi malrelasi dan malposisi gigi geligi, khususnya koreksi gigi kaninus impaksi menggunakan teknik Begg. Pasien laki-laki, 19 tahun, gigi sangat berjejal, gigi kaninus kanan kiri rahang atas dan gigi kaninus kanan rahang bawah impaksi, kelas I, deep overbite, overjet 3 mm dan overbite 8,8 mm. Perawatan dilakukan dengan menggunakan alat cekat Begg dengan tanpa pencabutan. Operasi exposure dilakukan untuk membuka gigi kaninus kanan kiri atas yang impaksi yang diikuti perekatan braket ortodontik. Kawat busur multiloop, anchorage bend dan elastik intermaksiler klas II digunakan pada tahap leveling dan unraveling. Dalam waktu 14 bulan,overbite terkoreksi, gigi kaninus kanan kiri atas sudah erupsi, overjet 3,00 mm, overbite 3,00 mm. Saat ini perawatan masih berlangsung pada tahap leveling dan unraveling untuk koreksi kaninus yang impaksi. Perawatan maloklusi angle klas I dengan berjejal dan impaksi kaninus maksila dapat dilakukan dengan operasi exposure gigi kaninus impaksi diikuti alat cekat Begg. Maj Ked Gi. Desember 2014; 21 (2) Gi. Desember 2014; 21(2): 184 -190
Maloklusi klas II divisi 1 dentoskeletal disertai dengan retrusi mandibula dan lengkung rahang yang sempit dapat terjadi akibat dari faktor keturunan dan diperparah oleh kebiasaan buruk. Kondisi maloklusi tersebut ditandai dengan adanya palatal bite dan overjet yang besar. Perawatan maloklusi klas II divisi 1 pada masa pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan dengan menggunakan alat ortodontik fungsional, salah satunya adalah Bionator. Pemilihan bionator bertujuan untuk menuntun rahang bawah untuk bergerak ke posisi yang diinginkan dan memperlebar lengkung rahang. Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah menyajikan hasil kemajuan perawatan maloklusi klas II divisi 1 dengan menggunakan alat ortodontik fungsional Bionator. Pasien perempuan berumur 12 tahun mengeluhkan gigi depan atas maju sehingga mengganggu penampilan. Diagnosa kasus adalah maloklusi klas II divisi 1 dentoskeletal disertai dengan retrusi mandibula, bidental protrusif, palatal bite, kontraksi lengkung rahang dan malposisi gigi individual. Pasien dirawat dengan menggunakan alat ortodontik fungsional Bionator. Perawatan setelah tiga bulan, secara klinis terlihat profil pasien terkoreksi, overjet berkurang, palatal bite hilang, dan open bite posterior. Treatment of dentoskeletal class II division I with mandibula retrussion using Bionator appliance. Malocclusion Class II division 1 dentosceletal followed with mandibular retrusion and contraction of arch could be happened by genetic and bad habit. It was showed with severe palatal bite and overjet. In the development and growth phase, the treatment for that condition is fuctional appliance, such as Bionator. Bionator arranged lower jaw to the good position and distraction the arch. The purpose of this case report is to present the treatment of malocclusion dentosceletal Class II division 1 with fuctional appliance Bionator. A 12 years old female patient complained of front upper teeth are protrusive. Diagnosis is malocclusion Class II division 1 dentosceletal followed with mandibular retrusion, bidental protrusive, palatal bite, contraction of jaw and malposition individual teeth. The patient treated with fuctional appliance Bionator. After 3 months treatment, patient`s profile corrected, decreased overjet, no palatal bite, and open bite posterior.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.