Abstrak Mengabarkan Injil merupakan salah satu tugas gereja (orang Kristen) yang paling penting dan paling mendasar. Pekabaran Injil seringkali dipahami oleh gereja sebagai upaya untuk menambahkan jumlah anggota dalam gereja, sehingga pekabaran Injil hanya dibatasi kepada manusia. Pekabaran Injil yang benar yang diajarkan oleh Yesus bukanlah seperti apa yang dipahami oleh gereja saat ini. Dalam Markus 16:15 menjelaskan bahwa pekabaran Injil tidak hanya dibatasi kepada manusia, tetapi pekabaran Injil mencakup seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah. Seharusnya gereja pada saat ini mulai melihat situasi yang sedang terjadi di sekitarnya, salah satunya mengenai kerusakan lingkungan hidup yang membawa dampak bagi seluruh makhluk/ciptaan. Kepedulian gereja terhadap kerusakan lingkungan hidup, yang semakin hari semakin memprihatinkan dan banyak menelan korban, sebenarnya merupakan salah satu cara pekabaran Injil yang baik dan relevan pada masa kini. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan bagi jemaat tentang bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap ciptaan Tuhan lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis menggunakan metode penelitian pustaka, yakni membandingkan berbagai literatur, baik itu buku-buku, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan pembahasan di atas. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberi pemahaman sekaligus menyadarkan gereja akan pentingnya pendidikan agama Kristen yang berkenaan dengan lingkungan hidup. Melalui pendidikan, gereja membekali setiap anggota jemaatnya serta menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan hidup.Kata Kunci: Gereja, Ekologi, Pekabaran Injil, Pendidikan Agama Kristen
Pemuda merupakan generasi penerus bangsa maupun gereja. Namun di tengah pandemi Covid-19, para pemuda tidak luput mengalami dampak yang diakibatkan oleh Covid-19 ini. Sebagian pemuda mengalami stres dalam mengikuti sekolah/perkuliahan online, stres karena kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan di mana mereka bekerja, bosan karena lebih banyak waktu di rumah dan jarang ketemu dengan teman-teman sebaya, jarang ketemu dengan anggota komunitas gereja, bahkan mereka terpaksa hanya bisa beribadah dari rumah. Tidak sedikit pemuda mengalami penurunan dalam hal kerohanian selama masa pandemi ini. Gereja sebagai sebuah komunitas orang percaya harus hadir serta menjawab kebutuhan para pemuda yang sedang mengalami dampak pandemi Covid-19 ini. Di tengah keterbatasan di masa pandemi ini, gereja bisa hadir serta memaksimalkan pelayanan kepada pemuda melalui desain program yang bisa menjawab kebutuhan mereka. Tentunya gereja bisa memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini sehingga pelayanan kepada pemuda, baik di saat pandemi maupun pasca pandemi, tetap berjalan. Oleh karenanya, melalui artikel ini penulis menawarkan sebuah desain program pendidikan agama Kristen bagi pemuda, di mana dalamnya para pemuda bisa memuji Tuhan bersama (praise), berbagi kesaksian (sharing) serta berdoa (pray) bersama. Untuk menjawab permasalahan pemuda tersebut di atas, maka dalam penulisan artikel ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni membandingkan berbagai literatur, baik itu buku-buku, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan pembahasan di atas. Tujuan dari tulisan ini adalah menawarkan desain program pendidikan agama Kristen bagi pemuda di masa Pandemi dan Pasca Pandemi. Program ini diharapkan menjawab kebutuhan para pemuda sekaligus membekali mereka melalui terang firman Tuhan agar para pemuda ini tetap berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus dalam segala keadaaan.
Pemuda merupakan generasi yang hidup di era digital dan mereka sangat mahir dalam menggunakan perangkat digital serta selalu update dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini. Perkembangan teknologi tidak bisa dihindarkan oleh siapapun, termasuk gereja. Oleh karenanya perlu adanya inovasi serta pemanfaatan teknologi di dalam pelayanan gereja. Pemanfaatan teknologi akan memudahkan gereja dalam menjangkau para pemuda, namun sebaliknya jika gereja anti dengan perkembangan teknologi, maka kemungkinan para pemuda gereja akan menarik diri dan susah terlibat dalam kegiatan gereja. Tentunya gereja harus memanage hal ini agar pemuda, yang merupakan generasi penerus gereja, tetap berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam komunitas gereja. Sayangnya hal ini masih belum disadari oleh semua gereja. Untuk itu, melalui artikel ini penulis akan mencoba melihat tantangan-tantangan apa yang dihadapi oleh gereja di dalam memanage PAK pemuda di era digital. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis menggunakan metode penelitian pustaka, yakni membandingkan berbagai literatur, baik itu buku-buku, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan pembahasan di atas. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberi pemahaman sekaligus menyadarkan gereja akan pentingnya manajemen PAK pemuda yang kontekstual dengan kehidupan/kebiasaan mereka.
In the current new normal era, digital learning innovation is one of the hopes in increasing the motivation to learn from students. Thus, educators, including Christian educators, must be able to make interesting innovations in learning either naturally, with conventional tools or technology in the surrounding environment, or use digital technology that can be in the form of qualified electronic objects in order to support the learning process. The purpose of this study is to encourage educators, especially Christian educators, to innovate in implementing digital learning. In writing this article, the author uses a qualitative method, by collecting the data needed, be it from journals, proceedings, books, or the internet, which is related to the topic of discussion of this article. The result of this study is to suggest that digital learning innovation will increase student learning motivation.Keywords: innovation; digital learning; christian education; learning motivationAbstrakEra new normal saat ini, inovasi pembelajaran digital menjadi salah satu harapan dalam meningkatkan motivasi belajar dari peserta didik. Dengan demikian, para pendidik, termasuk pendidik agama Kristen harus mampu membuat inovasi-inovasi yang menarik dalam pembelajaran baik secara alami, dengan alat atau teknologi konvensional yang ada di lingkungan sekitar, maupun menggunakan teknologi digital yang dapat berupa benda elektronik yang memenuhi syarat dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendorong para pendidik, khususnya pendidik agama Kristen, agar berinovasi dalam menerapkan pembelajaran digital. Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan baik itu dari jurnal, prosiding, buku, maupun internet, yang berkaitan dengan topik pembahasan artikel ini. Hasil penelitian ini adalah mengemukakan bahwa inovasi pembelajaran digital akan meningkatkan motivasi belajar siswa.Kata kunci: inovasi; pembelajaran digital; pendidikan agama kristen; motivasi belajar
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.