Bandung is one of the cities with a high culinary appeal. However, there are several problems found such as a decrease in sales due to the Covid-19, not conducting the market surveys, and tight competition in the culinary industry. One of the concepts that can solve these problems is a human-centered approach called Design Thinking. Hence, it is needed to measure whether the concept is already implemented or not. The result of this measurement can define the further plan to solve the problems stated. Design thinking is the rationale in the process of transforming a creative mindset into an innovation. This study measures the implementation of the Design Thinking concept in the culinary subsector in Bandung which includes five stages, namely: empathize, define, ideation, prototype, and test. The data collection is conducted by distributing questionnaires to 92 dine-in and 92 takeaway culinary businesses. The data gathered is then processed by using the descriptive statistical analysis technique and a two-tailed t-test. The result of the study indicates that the culinary business actors in Bandung city have implemented the Design Thinking concept well, although the empathize and define stages are still included in the bad category. There is also a difference in implementing the Design Thinking concept between dine-in and takeaway culinary businesses. Further study is expected to measure the impact of the Design Thinking concept’s implementation on the culinary businesses’ sales performance.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kemampuan belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan tekhnik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart, dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-A SMP Negeri 1 Sukabumi yang dilaksanakan pada pada bulan Juli sampai bulan September 2016. subyek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Sukabumi yang berjumlah 39 siswa. Hasil penelitian adalah Sebelum pelaksanaan tindakan hasil belajar siswa terhadap konsep dan penyajian Himpunan baru mencapai taraf penguasaan 56%. Pada pelaksanaan siklus pertama Penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah siswa 67 %, siklus kedua kemampuan dan hasil belajar siswa 82 %, sedangkan pada tindakan siklus ketiga dapat mencapai 100 %. Setelah palaksanaan tindakan terdapat peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi Konsep dan Penyajian Himpunan.Abstract: This study aims to improve students' learning abilities and student responses to mathematics learning by applying problem-based learning models. This research was carried out using Classroom Action Research techniques carried out following the stages of Classroom Action Research proposed by Kemmis and MC Taggart, with the components of action being planning, implementing actions, observation, and reflection. This research was conducted in class VII-A of SMP Negeri 1 Sukabumi which was conducted in July to September 2016. The subjects of the study were students of class VII-A of SMP Negeri 1 Sukabumi, amounting to 39 students. The results of the study were before the implementation of student learning outcomes towards the concept and presentation of the new set reached a mastery level of 56%. In the implementation of the first cycle the application of the Problem-Based learning model of students was 67%, the second cycle of ability and student learning outcomes was 82%, while in the third cycle the action could reach 100%. After the implementation of the action there is an increase in students' understanding and learning outcomes of the material Concept and Presentation of the Set.
Perceraian ialah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta benda masing-masing yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Faktor yang paling berat dalam kasus perceraian adalah bagaimana memberikan pengaruh dan bagaimana memulihkan kembali hubungan yang baik dan stabil, menciptakan keakraban bagi kedua orang tua. Pengaruh orang tua dapat menciptakan kekuatan pada diri anak. Penggaruh ini akan tetap bertahan sampai 5 tahun berikutnya. Kebiasaan mengunjungi masih penting bagi sebagian besar anak. Meskipun demikian, kasus perceraian itu tetap membawa dampak dalam perkembangan sosial dan emosi anak.
Penulisan artikel ini dilatar belakangi adanya beberapa kendala yang dialami remaja ketika pembelajaran daring. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui kesehatan mental remaja dalam proses pembelajaran selama pandemi Covid-19. Model penelitian ini merupakan analisis deskriptif kuantitatif menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang disebar secara online menggunakan bantuan Google Form. Jumlah sampel pada penelitian ini merupakan 11 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berasal dari berbagai sekolah yang ada di Medan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa kendala didalam pembelajaran daring, diantaranya sering merasa malas karena ngantuk dan bosan, jaringan yang tidak stabil dan juga kurang mengerti pada penjelasan yang diberikan oleh guru. Terkait dengan hal tersebut, 90,9% dari 11 siswa lebih menyukai sekolah seperti biasa dibandingkan dengan sekolah dari rumah yang dengan persentase hanya 9,1%.
Penelitian dilatarbelakangi untuk mencapai tujuan mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan literasi dan keterampilan berbahasa ekspresif dengan pendekatan whole language pada peserta didik kelas 4 SD N Sendangguwo 02 Semarang semester genap 2022/2023. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di SD N Sendangguwo 02 Semarang menggunakan sampel 5 peserta didik kelas 4. Data dalam penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis penelitian diperoleh pelaksanaan literasi telah berjalan sesuai dengan kurikulum merdeka di satuan pendidikan sekolah dasar. Pelaksanaan literasi dilakukan 15 menit setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan berbahasa ekspresif pada peserta didik di kelas 4 SD N Sendangguwo 02 Semarang kemampuan berbahasa dan membaca ekspresif dalam satu kelas rata-rata sudah mahir.Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat disampaikan adalah sekolah dan guru senantiasa mengawasi dan mencarikan alternative solusi agar pelaksanaan literasi dan keterampilan berbahasa ekspresif peserta didik meningkat dan lancar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.