Air cucian beras mengandung protein glutelin dan vitamin B1 yang berpotensi sebagai pupuk organik. Masa inkubasi adalah proses dekomposisi senyawa-senyawa kompleks pada air cucian beras menjadi senyawa sederhana yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh masa inkubasi pupuk dari air cucian beras terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2018 s/d. bulan April 2018 di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan masa inkubasi yang terdiri dari, P0: tanpa masa inkubasi, P1: masa inkubasi 5 hari, P2: masa inkubasi 10 hari, P3: masa inkubasi 15 hari, P4: masa inkubasi 20 hari. Pada penelitian ini parameter yang diamati antara lain, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, jumlah klorofil total dan karotenoid. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi air cucian beras berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, bobot basah dan jumlah klorofil total tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun, luas daun, bobot kering dan kandungan karotenoid. Kata kunci :Sawi hijau, air cucian beras, masa inkubasi
Shallot is one an important of vegetable comodity, both in economic value and nutrition ingredients. One of an effort to support the increasing of shallot yield with plantation technology by giving organic liquid fertilizer. The experiment we studied to find out the effect of organic liquid fertilizer with different consentration on yield of shallot. The experiment used Completely Randomized Design consisted 6 consentration of organic liquid fertilizer 0 ml/L (P0), 1 ml/L (P1), 2 ml/L (P2), 3 ml/L (P3), 4 ml/L (P4), 5 ml/L (P5) with 4 replication. The results show that consentration of 4 ml/L organic liquid fertilizer is increas the number of bulb and consentratin of 5 ml/L is increas in tuber wet weight.
ABSTRAKPenggunaan eksplan mata tunas pisang (Musa paradisiaca var. Raja Bulu) diduga lebih efektif membentuk tunas secara langsung ,sehingga dapat memotong satu tahapan kultur in vitro. Tujuan penelitian ini mengetahui kombinasi hormon dan ukuran eksplan yang terbaik untuk pertumbuhan mata tunas secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial (4x2) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama hormon (P) yaitu P0: tanpa zat pengatur tumbuh, P1: IAA 0,5 mg/l + BA 4,5 mg/l, P2: IAA 3 mg/l + BA 7 mg/l, P3: IAA 5,5 mg/l + BA 9,5 mg/l. Faktor kedua ukuran eksplan yaitu B: mata tunas besar (3 -4 cm) dan K: mata tunas kecil (1 -2 cm). Parameter yang diamati adalah bobot, diameter, warna, morfologi mata tunas dan browning. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan jika ada beda pengaruh diuji lanjut Duncan'(DMRT) signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi perlakuan kombinasi hormon dan ukuran mata tunas terhadap diameter mata tunas, namun tidak terdapat interaksi terhadap bobot mata tunas. Perlakuan hormon dan ukuran mata tunas masing -masing berpengaruh nyata terhadap bobot mata tunas. Interaksi hormon IAA 5,5 mg/l + BA 9,5 mg/l dan mata tunas besar menghasilkan diameter mata tunas paling tinggi, sedangkan masing-masing perlakuan menghasilkan bobot mata tunas paling tinggi. Kombinasi hormon IAA 0,5 mg/l + BA 4,5 mg/l menghasilkan diameter paling tinggi pada mata tunas kecil. Semua perlakuan kombinasi hormon dan mata tunas menyebabkan eksplan membengkak dan mengelupas kecuali pada kombinasi hormon IAA 3 mg/l + BA 7 mg/l eksplan hanya membengkak. Warna eksplan menjadi hijau seiring dengan bertambahnya bobot. Kata kunci : mata tunas, Raja Bulu, IAA, BA. ABSTRACTThe use of buds explants pisang (Musa paradisiaca var. Raja Bulu) expected to be more effective that is expected to form shoots directly so as to cut the stage in vitro culture. The purpose of this study to determine the balance of hormones and explant size is best for the growth of the banana king feather buds in vitro. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) factorial (4x2) with 3 replications. The first factor hormone (P) ie P0: without growth regulators, P1: IAA 0.5 mg / l + BA 4.5 mg / l, P2: IAA 3 mg / l + BA 7 mg / l, P3: IAA 5.5 mg / l BA + 9.5 mg / l. The second factor is the size of the buds explant ie B: buds large diameter (3-4 cm) and K: buds small diameter (1-2 cm). The parameters were the weight, diameter, color, morphology changes buds and browning. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and if there are different influences continued of Duncan '(DMRT) 95% significance. The results showed that there is a balance of hormone treatment interaction and the size of the buds to the increase in diameter buds, but there is no interaction against weight gain buds. The treatment of the balance of hormones and the size of the buds each -each significantly affect weight gain buds. Interaction IAA hormone balance of 5.5 mg / l BA + 9.5 mg / l and large buds produce the in...
Penyimpanan produk pertanian merupakan hal yang penting dilakukan dalam penanganan pasca panen. Kentang merupakan produk hortikultura yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan penanganan yang baik untuk mempertahankan kualitasnya sebagai salah satu bahan pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara dan waktu penyimpanan terhadap kualitas pada kentang konsumsi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu cara penyimpanan; disimpan pada wadah terbuka (K1) dan disimpan pada wadah berpenutup (K2). Faktor kedua adalah waktu penyimpanan dengan (T1); 2 minggu, (T2); 4 minggu, (T3); 6 minggu, (T4); 8 minggu, (T5); 10 minggu. Penelitian terdiri dari 10 perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter penelitian terdiri: susut bobot kadar glukosa dan kadar karotenoid. Analisis data yang digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikasi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara penyimpanan di wadah terbuka (K1) cenderung meningkatkan angka susut bobot dibandingkan cara penyimpanan pada wadah berpenutup (K2), sedangkan waktu penyimpanan (T) cenderung menurunkan kadar glukosa dan kadar karotenoid umbi kentang konsumsi. Interaksi antara cara dan waktu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, kadar glukosa dan kadar karotenoid (p>0,05). Penyimpanan umbi kentang konsumsi sebaiknya dijauhkan dari adanya kehadiran cahaya dengan masa simpan kurang dari 4 minggu. Kata kunci: cara penyimpanan, waktu penyimpanan, Solanum tuberosum L., kualitas
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.