Stroke merupakan penyebab mortalitas kedua terbesar di dunia setelah penyakit jantung. Stroke disebabkan karena gangguan aliran darah ke otak yang ditandai dengan pecahnya pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik) atau adanya sumbatan pada pembuluh darah otak (stroke iskemik) yang mengakibatkan kerusakan jaringan otak (WHO, 2015). Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan pergerakkan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan latihan (Potter & Perry, 2009). Perawatan pasca stroke merupakan perawatan yang tersulit dan terlama sehingga membutuhkan kesabaran dan ketenangan pasien dan keluarga pasien. Keluarga terutama caregiver perlu mendukung keterbatasan perawatan diri pasien, perubahan gaya hidup dan kemampuan pasien untuk meningkatkan kemandirian. Keluarga harus terlibat secara aktif dalam proses rehabilitasi stroke secara menyeluruh. Keyakinan yang diterima keluarga adalah hal yang penting bagi pasien untuk menumbuhkan kepatuhan pasien menjalani program medis (Smeltzer & Bare, 2013) Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian masayarakat ini adalah pendidikan kesehatan dan Demontrasi graaaakan ROM (Range of Motion). Pengabdian masyarakat dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ganjar Agung Metro Barat. Hasil dari pengabdian masyarakat ini peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang penyakit stroke khususnya terkait dengan perawatan post stoke dan mampu melakukan Latihan ROM secara mandiri. Petugas Kesehatan diharapkan dapat melakukan pendampingan palaksanaan latihan ROM oleh care giver kepada pasien post stroke untuk memastikan latihan yang dilakukan sudah benar
Background: Sectio Caesarea (SC) is a surgery to give birth a fetus through an incision in the abdominal wall and uterus so that the fetus can be born intact and healthy. In undergoing the process of preparing for a Sectio Caesarea, the patient will be faced with the image of the surgical process, the anaesthesia process, the safety of the baby, her safety, pain and various other problems that make the patient experience discomfort or which usually becomes an anxiety. Anxiety is an emotion and subjective experience of a person that makes him uncomfortable.Purpose: To determine the effect of lavender aromatherapy and autogenic relaxation techniques on reducing anxiety in preoperative Sectio CaesareaMethod: A quantitative research with a cross sectional approach using a statistical test independent T test. The research was conducted in the operating ward at Puri Adya Paramita Hospital. The population was 80 mothers who gave birth while, The sampling technique in this study uses purposive sampling and obtained as research subjects was 66 mothers who underwent Sectio Caesarea.Results: Finding the difference in maternal anxiety when Sectio Caesarea was carried out in the intervention group and the control group obtained statistical test results with p value 0.001 < 0.05, means that there is a significant difference in the level of maternal anxiety when Sectio Caesarea is performed control group and intervention group by giving lavender aromatherapy and autogenic.Conclusion: There is an effect of lavender aromatherapy and autogenic relaxation techniques on reducing anxiety in preoperative Sectio CaesareaKeywords: Aromatherapy; Autogenic; Anxiety; Sectio Caesarea.Pendahuluan: Sectio Caesarea (SC) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus sehingga janin dapat lahir secara utuh dan sehat. Dalam menjalani proses persiapan operasi sectio caesarea, pasien akan dihadapkan dengan bayangan mengenai proses operasi, proses pembiusan, keselamatan bayi, keselamatan dirinya, kesakitan dan berbagai masalah lainnya yang membuat pasien akan mengalami ketidaknyamanan atau yang biasanya menjadi sebuah kecemasan, kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang yang membuat tidak nyaman.Tujuan: Mengetahui pengaruh teknik relaksasi aroma terapi lavender dan autogenik terhadap penurunan kecemasan pada pasien pra operasi Sectio CaesareaMetode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional menggunakan uji statistik uji T independent. Penelitian dilakukan di unit ruang operasi RSIA Puri Adya Paramita. Populasi sebanyak 80 orang ibu bersalin. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan sampelnya sebanyak 66 orang ibu yang menjalani SC.Hasil: Perbedaan kecemasan ibu saat dilakukan Tindakan Sectio caesarea kelompok intervensi dan kelompok kontrol diperoleh hasil uji statistic nilai p value 0,001 < α 0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan ibu saat dilakukan Tindakan section caesarea pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan memberikan aroma therapy lavender dan autogenik.Simpulan: Terdapat pengaruh teknik relaksasi aroma terapi lavender dan autogenik terhadap penurunan kecemasan pada pasien pra operasi Sectio Caesarea
Beberapa faktor resiko yang diduga berperan terhadap timbulnya penyakit diabetes mellitus diantaranya riwayat keluarga, lingkungan, usia, etnis, hipertensi, gaya hidup tidak sehat, dan faktor psikologis stress dan depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui hubungan faktor psikologis stres dan depresi dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Jenis penelitian studi korelasi dengan populasi penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung ke UPTD Puskesmas Ganjar Agung Metro Barat dari bulan Februari sampai Maret 2022, dengan jumlah sampel 45 orang. Sampel diambil secara eksidental sampling yaitu semua penderita diabetes mellitus tipe 2 yang datang pada saat dilakukan penelitian akan dijadikan sampel. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Depression Anxiety and Stress Scale (DASS). Analisis menggunakan uji person product moment. Rata-rata skor gejala stres penderita diabetes mellitus yaitu sebesar 14,56±4,808 (CI95% 13,11-16,00). Pada pengukuran gejala depresi didapatkan rata-rata skor drepesi sebesar 10,78±3,081 (CI95% 9,85-11,70), dan pada pengukuran gula darah sewaktu didapatkan rata-rata skor gula darah sebesar 251,93±37,373 mg/dl (CI95% 240,71-263,16). Hasil menunjukkan bahwa tingkat stres dan depresi memiliki hubungan signifikan dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus. Hubungan stres dengan gula darah termasuk dalam kategori kuat dan pada depresi termasuk dalam kategori cukup. Arah korelasi menunjukkan arah positif artinya semakin tinggi tingkat stres dan depresi maka kadar gula darah penderita diabetes mellitus akan semakin meningkat. Bagi penderita diabetes mellitus disarankan untuk dapat melakukan aktivitas fisik dan melakukan kegiatan yang positif untuk menghindari stres dan depresi.
Tuberkulosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus dan akan mengecil. Deteksi Tuberkulosis dapat dilakukan dengan mengenal tanda gejala serta keluhan pasien. Deteksi dini tuberculosis bertujuan untuk mengidentifikasi tanda bahaya TB secara dini sehingga dapat diketahui atau segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah penularan lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. Untuk mengidentifikasi pengetahuan responden dengan mengisi pre dan post test tentang deteksi dini tuberkulosis. Waktu pelaksanaan hari kamis 17 September 2020 di puskesmas Karang Rejo Metro. Kehadiran peserta dalam kegiatan ada 28 orang. Hasil kegiatan penyuluhan yaitu dari 28 responden terdapat 10 responden (35,5%) yang berpengetahaun cukup dan 18 responden (64,5%) yang berpengetahuan kurang sebelum diberikan penyuluhan dan setelah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan yang signifikan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (93%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang yaitu 2 responden (7%). Kesimpulan: penyuluhan deteksi tuberculosis dapat meningkatkan pengetahuan anak remaja, hal ini dapat membantu mencegah terjadinya angka penyakit TB.
Background: Fatigue is one of the problems with a fairly high prevalence among the effects of hemodialysis which hurt the quality of life. Fatigue can be done with relaxation. Relaxation can be done with autogenic and deep breath relaxation. Objectives: This study aims to compare the effectiveness of Autogenic Relaxation and Deep Breathing Relaxation on the Fatigue Value of Chronic Kidney Failure Patients Undergoing Hemodialysis. Methods: This study used a quasi-experimental two-group randomized pre-post test design. The sample in this study amounted to 40 respondents in total sampling. Bivariate analysis using independent t-test. Results: The results showed that there was no difference in the results between autogenic relaxation and deep breathing relaxation. Conclusion: Autogenic relaxation and deep breathing relaxation are equally effective in reducing fatigue in renal failure patients undergoing hemodialysis
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.