Hipertensi adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah. Berdasarkan kriteria JNC-VII yang diterapkan di Indonesia Hipertensi dinyatakan sebagai tekanan darah sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor itukebanyakanmempengaruhi pasien kecemasan hipertensi di Rumah Sakit Umum M.Th. Djaman Sanggau. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis denganCpendekatan. This study using purposive sampling involved 45 samples of hypertensive patients undergoing treatment at the hospital M.Th.Djaman Sanggau. Data analysis using Chi-Square. The result is there was no relationship between age and anxiety levels of hypertension patients p = 0.246 (p> 0.05), there was no relationship between sex with anxiety levels of hypertension patients p = 0.495 (p> 0.05), there was a relationship between the level of education and the level of anxiety of patients hypertension p = 0.011 (p <0.05). There is a relationship between work with the anxiety level of hypertension patients p = 0,000 (p <0,05). There is a significant relationship between the level of knowledge with the level of anxiety of patients with hypertension p = 0.001 (p <0.05). Anxiety is directly related to an increase in blood pressure so that someone needs to do counseling related to his condition to reduce anxiety, and need changes from individuals to change the risk factors for hypertension with healthy lifestyles such as fruit, vegetables, exercise regularly and reduce excessive consumption of calories and fat.
Cerebrovascular accident (CVA) is neurological deficit condition caused by an acute focal injury of the central nervous system by cerebral infarction or intracerebral hemorrhage. CVA patients who do not reduce risk factors after the first attack have an 8.7 times higher risk of CVA recurrence. The effect of a recurrent CVA is six times greater than the risk of a first CVA in the general population of the same age and sex, and nearly half of them remain alive but are physically disabled. This case report illustrates the process of recurrent CVA and disability experienced by a 69-year-old Malay woman, a patient at a private hospital in West Kalimantan. The nursing strategy of two post-CVA physical rehabilitation exercise programs for patients during hospitalization will be explained according to the stages in nursing theory. Abstrak Mengejar Kebutuhan Aktivitas Fisik pada Pasien CVA Berulang Selama Hospitalisasi: Laporan Kasus. Cerebrovaskuler Accident (CVA) adalah kondisi sebagai defisit neurologis karena cedera akut pada sistem saraf pusat disebabkan infark serebral atau perdarahan intraserebral. Pasien CVA yang tidak menurunkan faktor risikonya secara optimal setelah serangan pertama memiliki risiko CVA berulang sebesar 8,7 kali lebih tinggi. Efek dari CVA berulang adalah 6 kali lebih besar dari episode CVA pertama pada populasi umum, usia dan jenis kelamin yang sama, hampir setengah dari mereka tetap hidup tetapi mengalami cacat secara fisik. Laporan kasus ini menggambarkan gambaran penyakit CVA berulang dan kecacatan yang dialami seorang wanita Melayu berusia 69 tahun, seorang pasien di Rumah Sakit Swasta, Kalimantan Barat. Strategi keperawatan untuk dua program latihan rehabilitasi fisik pasca-CVA bagi pasien selama hospitalisasi akan dijelaskan sesuai dengan tahapan pada teori keperawatan. Kata Kunci: aktivitas fisik, recurrent cerebrovascular accident, hospitalisasi
Cerebrovascular accident (CVA) is a neurological deficit condition caused by an acute focal injury of the central nervous system by cerebral infarction or intracerebral hemorrhage. CVA patients who do not reduce risk factors after the first attack have an 8.7 times higher risk of CVA recurrence. The effect of a recurrent CVA is six times greater than the risk of a first CVA in the general population of the same age and sex, and nearly half of them remain alive but are physically disabled. This case report illustrates the process of recurrent CVA and disability experienced by a 69-year-old Malay woman, a patient at a private hospital in West Kalimantan. The nursing strategy of two post-CVA physical rehabilitation exercise programs for patients during hospitalization will be explained according to the stages in nursing theory.Abstrak Mengejar Kebutuhan Aktivitas Fisik Pasien CVA Berulang Selama Hospitalisasi: Laporan Kasus. Cerebrovaskuler Accident (CVA) adalah kondisi defisit neurologis karena cedera akut pada sistem saraf pusat disebabkan infark serebral atau perdarahan intraserebral. Pasien CVA yang tidak menurunkan faktor risikonya secara optimal setelah serangan pertama memiliki risiko CVA berulang sebesar 8,7 kali lebih tinggi. Efek dari CVA berulang adalah 6 kali lebih besar dari episode CVA pertama pada populasi umum, dengan usia dan jenis kelamin yang sama, hampir setengah dari mereka tetap hidup tetapi mengalami cacat secara fisik. Laporan kasus ini menggambarkan penyakit CVA berulang dan kecacatan yang dialami seorang wanita Melayu berusia 69 tahun, seorang pasien di Rumah Sakit Swasta, Kalimantan Barat. Strategi keperawatan untuk dua program latihan rehabilitasi fisik pasca-CVA bagi pasien selama hospitalisasi akan dijelaskan sesuai dengan tahapan pada teori keperawatan. Kata Kunci: aktivitas fisik, CVA berulang, hospitalisasi
Masalah kesehatan yang terjadi pada remaja salah satunya adalah penurunan kualitas hidup akibat dari remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik, sehingga muncul masalah kesehatan, yaitu terjadi gangguan mental, terjadinya berbagai penyakit infeksi akibat dari pola hidup remaja yang berisiko, seperti merokok dan mulai mengenal alcoholisme akibat dari pergaulan bebas. Tujuan dari kegiatan yaitu teridentifikasi status gizi remaja SMK ”X” di wilayah Jakarta Selatan. Kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahapan pertama persiapan, melakukan studi pendahuluan dan perizinan. Tahapan kedua, pelaksanaan skrining kesehatan melalui pemeriksaan status gizi dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta perhitungan IMT. Ketiga, evaluasi dan tindak lanjut kegiatan. Hasil yang didapatkan, yaitu siswa yang bersedia mengikuti skrining kesehatan berjumlah 103 siswa. Terbagi dalam tiga ruang kelas sesuai jurusan. Karakteristik siswa mayoritas berjenis kelamin perempuan (73%). Hasil perhitungan status gizi, sebagian besar memiliki status gizi normal 67 %, status gizi lebih 17%, status gizi kurang 13% dan obesitas 3% (n=103). Pola hidup sehat perlu ditingkatkan dan dimotivasi dengan edukasi kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala, guna mencegah terjadinya masalah kesehatan pada remaja.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.