Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji tentang upaya pelestarian lingkungan masyarakat Baduy yang tinggal dan berada di Desa Kanekes, Kecama- tan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Metode deskriptif kualitatif dilakukan sebagai pendekatan penelitian. Kearifan lokal dikaji sebagai basis dalam penelitian ini, khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan pada masyarakat Baduy. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan beberapa narasumber. Analisis data secara kualitatif melalui, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Kehidupan suku Baduy masih sangat tergantung pada alam dan senantiasa menjaga keseimbangan alam. Kearifan lokal masyarakat Baduy dalam mengelola sumberdaya alam antara lain terlihat dari aturan pembagian wilayah menjadi tiga zona, yaitu zona reuma (permukiman), zona heuma (tegalan dan tanah garapan), dan zona leuweung kolot (hutan tua). Hubungan antar aspek kehidupan masyarakat Baduy di Kanekes memiliki integrasi yang sinergis dalam menciptakan kehidupan yang berkelanjutan. Pandangan masyarakat Baduy relatif sama terhadap hubungan antara kehidupan sosial budaya, ekonomi, serta pengelolaan lingkungan. Adat istiadat sebagai bagian dari kearifan lokal masih dipegang dengan sangat kukuh oleh masyarakat Baduy, dan adat istiadat tersebut telah menjadi benteng diri bagi masyarakat Baduy dalam menghadapi modernisasi, termasuk dalam hal melestarikan lingkungannya. Bentuk perilaku pelestarian lingkungan dan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat Baduy, antara lain meliputi: (1) sistem pertanian, (2) sistem pengetahuan, (3) sistem teknologi, dan (4) praktik konservasi. Kesemuanya itu dilakukan dengan mendasar- kan pada ketentuan adat dan pikukuh yang telah tertanam dalam jiwa dan dilakukan dengan penuh kesadaran oleh seluruh anggota masyarakat Baduy
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kearifan lokal masyarakat Baduy yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, dan (2) kearifan lokal yang berkaitan dengan mitigasi bencana alam gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan kebakaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data secara kualitatif, melalui reduksi data, penyajian data, hingga pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy, tetap memegang kuat kepercayaan dan adat istiadatnya serta meniti hari demi hari dengan penuh kearifan. Kepercayaan dan adat istiadat itu menjadi pikukuh (aturan) yang senantiasa menjadi falsafah hidup dan keseharian masyarakat Baduy. Kearifan lokal masyarakat Baduy berkaitan dengan mitigasi bencana gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran tercermin dalam (1) tradisi perladangan, yakni dengan aturan pemilihan lokasi ladang (huma), waktu berladang, tata cara membuka dan membakar lahan, hingga peralatan yang diperbolehkan untuk digunakan. Tradisi perladangan menghindarkan dari bahaya longsor, dan kebakaran. (2) Aturan dan pikukuh dalam membuat bangun bangunan rumah, jembatan, lumbung, dan sebagainya dengan bahan bambu, ijuk, dan kirey tanpa paku. Bangunan didirikan di atas tanah menyesuaikan kontur tanah, didirikan di atas umpak, tidak diperbolehkan mengubah kontur tanah. Hal itu merupakan mitigasi terhadap bencana gempa, longsor, banjir, dan kebakaran.(3) Pembagian zona hutan dalam tiga wilayah sebagai wujud nyata pelestarian ekosistem dan merupakan mitigasi terhadap bencana longsor, banjir, erosi, dan bencana lainnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik dan sosial kemasyarakatan Desa Adat Tenganan Pegringsingan, serta cara masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan dalam mengelola lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat, kepala desa, kepala adat, dan anggota masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak Desa Tenganan berada pada kawasan perbukitan dengan topografi kasar. Pemukiman Tenganan dibagi menjadi tiga Banjar adat, yaitu Banjar Kauh, Banjar Tengah, dan Banjar Kangin. Banjar Kangin disebut juga Banjar Pande, yang dibagi lagi menjadi dua pemukiman, yaitu Pande Kaja dan Pande Kelot. Masyarakat tradisional Bali Aga di Desa Tenganan masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat dari leluhur yang dilaksanakan secara turun temurun, termasuk dalam pengelolaan kawasan dan lingkugannya. Masyarakat Desa Tenganan menjunjung tinggi Ajaran Tri Hita Karana yang merupakan salah satu ajaran dalam agama Hindu yang pada intinya mengajarkan tentang keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya
Abstrak Masalah yang dihadapi masyarakat perdesaan adalah rendahnya kualitas hidup, tingginya pengangguran serta sistem produksi dan diversivikasi yang belum berkembang. Akibatnya terjadi kesenjangan kesejahteraan masyarakat perdesaan dibanding dengan masyarakat kota.Oieh karena itu perlu adanya upaya dan pemikiran untuk memperkecil kesenjangan tersebut. Program Pembangunan dengan mengutamakan keterkaitan desakota, program pembangunan ini didasarkan pada teori pembangunan pusat-repi (core periphery) dari Friedman, teori po/arisasl ekonomi dari Hirschman, serta teori ekonomi dari Myrdal. Ketiganya sepakat bahwa hubungan pusat-tepi dapat menumbuhkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk memperbesar spread effects dan memperkecil pengaruh backwash effects, Myrdal memandang perlu adanya intervensi pemerintah. Sedangkan Hirschman yakin bahwa perbedaan ekonomi keruangan desakota bersifat sementara saja, karena dengan pembangunan yang merupakan intervensi pemerintah akan mempercepat menghilangkan ketimpangan keruangan tersebut. Keberhasilan pendekatan pembangunan perdesaan yang merupakan proses peningkatan kemampuan masyarakat dan penguatan keterkaitan desa-kota tergantung pada keterlibatan pemerintah, masyarakat sendiri, swasta serta /embaga masyarakat. Kata kunci: desa, kota, pembangunan perdesaan
AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena kesehatan reproduksi remaja putri di Kota Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei terhadap sampel penelitian. Populasi penelitian adalah pelajar putri di SMA Kota Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 600 pelajar putri dari tiga SMA di Kota Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 90 pelajar putri, atau mengambil 15 persen dari populasi yang ada. Metode pengambilan sampel dengan ‘systematic sampling’. Analisis data menggunakan analisis diskriptif dengan tabel persentase.Hasil penelitian menunjukkan fenomena kesehatan reproduksi remaja putri di Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut: Gaya pacaran responden sebagian besar yaitu sebanyak 90 persen mengarah ke free sex. Hamil sebelum menikah sebanyak 44,50 persen, seperti dinyatakan oleh responden yang menjawab pertanyaan tentang gaya pacaran teman – temannya. Hampir separuh yaitu 46,66 persen pernah melihat VCD porno. Hanya 19,89 persen responden menyatakan bahwa temannya pernah melakukan aborsi. Kata kunci: kesehatan reproduksi, pelajar putri
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.