This study presents a model linking individual characteristics, employee engagement, and employee performance. The primary objective was to investigate the direct effect of individual characteristics on employee performance and its indirect effect through employee engagement. This study used a non-probability sampling technique with a saturation sampling type. The data were obtained by a questionnaire from a sample of 118 respondents of millennial employees in the media and information technologies sector in Yogyakarta. Data were analyzed by used variance-based SEM (SEM-PLS) and found four significant paths models. The result reveals that individual characteristics have a positive and significant effect on improving employee performance. Moreover, individual characteristics are significantly positive in increasing employee engagement, while employee engagement has a positive and significant effect on employee performance. The mediation test result indicated that employee engagement could partially mediate the relationship of individual characteristics on employee performance. Further research can incorporate variables that influence millennial performance, such as job characteristics, intention to leave, job satisfaction, and other variables to improve strategies in enhancing millennial performance.

The purpose of this study is to investigate the impact of individual characteristics on employee performance of millennial employees. Furthermore, the study was also to test the moderating effect of training on the impact of individual characteristics on employee performance of millennial employees. This research was conducted from six business entities in Yogyakarta which were engaged in media and information technology sectors. This research used saturation sampling. Primary data was obtained by circulating questionnaires to 250 millennials employees, but only 118 questionnaires were returned. The data were analyzed with PLS-SEM using SmartPLS 3.00 application. The result revealed that individual characteristics have a positive and significant impact on employee performance of millennial employees. Furthermore, training cannot moderate the impact of individual characteristics on employee performance. From these findings, we need to underline that the millennial employee's performance would increase if millennial employees increased their individual characteristics in their working activity.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, otomatisasi terus berkembang pesat. Penerapan otomatisasi yang diterapkan oleh banyak organisasi mendorong munculnya permasalahan terutama di kalangan karyawan. Kebijakan keberlanjutan karyawan harus diperhatikan oleh organisasi. Dengan demikian, diperlukan pemahaman yang mendalam terkait keberlangsungan karyawan. Dalam makalah ini, kami berusaha untuk mengidentifikasi kontribusi keberlanjutan karyawan dalam menghadapi otomatisasi melalui tinjauan literatur sistematis (SLR). Secara khusus, kami secara sistematis: i) definisi otomatisasi diberikan dengan jelas, ii) pengaruh otomatisasi terhadap organisasi yang menerapkan otomatisasi, iii) strategi untuk menghadapi otomatisasi dengan menggunakan keberlanjutan karyawan. Efek otomatisasi dapat menggantikan tenaga kerja dan tugas bukan pekerjaan. Otomatisasi yang diterapkan oleh organisasi ini juga dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga membutuhkan keterampilan baru, namun dampak negatifnya dapat menurunkan kesejahteraan juga. Ada dua strategi untuk keberlangsungan karyawan yaitu pelatihan dan penyesuaian kerja (penyesuaian lingkungan organisasi, penyesuaian kerja, penyesuaian atasan kerja, dan penyesuaian rekan kerja tempat karyawan bekerja). Selanjutnya, berdasarkan temuan kami untuk SLR tinjauan literatur sistematis ini, kami harus melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti teknik mesin, psikologi, dan manajemen sumber daya manusia sehingga pembahasan yang diberikan lebih mendalam dan komprehensif yang melibatkan berbagai bidang ilmu.

Perguruan tinggi membuat kebijakan dengan mensyaratkan penggunaan aplikasi reference manager dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Namun banyak mahasiswa yang merasa kesulitan dalam menggunakan aplikasi reference manager. Hal ini mendorong dilakukannya pelatihan pengelolaan referensi Zotero bagi mahasiswa. Tujuan utama dari kegiatan pelaksanaan pelatihan yakni untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan aplikasi Zotero dalam mengelola referensi. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 47 peserta yang merupakan anggota dari Himpunan Mahasiswa Jombang di Jember- Banyuwangi. Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari dan dilakukan secara daring (online). Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yakni metode knowledge transfer melalui pemberian pelatihan pengelolaan referensi dengan menggunakan aplikasi Zotero. Kegiatan pelatihan terdiri atas tiga tahapan yang telah dilalui yakni perencanaan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi kegiatan pelatihan. Hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan referensi menunjukkan bahwa mahasiswa telah memiliki kemampuan dalam pengelolaan referensi dengan menggunakan aplikasi Zotero sehingga bisa diaplikasikan dalam penyusunan karya tulis ilmiah mahasiswa. Melalui kegiatan pelatihan ini mahasiswa menyadari pentingnya mengelola referensi dengan benar dalam penyusunan karya tulis ilmiah menggunakan aplikasi Zotero.

Couplepreneur saat ini menjadi suatu topik hangat yang menarik untuk dilakukan kajian lebih dalam, adanya kombinasi peran yang terjadi, yakni peran sebagai pasangan dan peran sebagai wirausahawan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan memperdalam kajian terkait couplepreneur dari segi efektivitas dan tantangan. Metode yang digunakan adalah dengan mengumpulkan dan mengkaji literatur yang berkaitan dengan kajian couplepreneur. Tujuan studi literatur ini adalah menganalisis efektivitas dan tantangan couplepreneur dari jurnal dan buku yang terkait melalui metode observasi literatur. Sedangkan sebagai kontribusi orisinalitas penelitian ini, yakni terkait dengan efektivitas dan tantangan couplepreneur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas couplepreneur, yakni peningkatan kepuasan hubungan antar pasangan yang membangun usaha bersama dan laba yang diperoleh meningkat dibandingkan sebelum membangun usaha. Sedangkan tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh para couplepreneur dalam mendirikan bisnis bersama, yakni menjadikan pasangan sebagai sahabat dan komunikasi yang baik. Selain itu, tantangan lain yang harus dirasakan oleh couplepreneur adalah pendefinisan peran antar pasangan dalam bisnis dan rumah tangga yang jelas serta adanya takut terhadap risiko yang akan datang.