Diversifikasi usaha perikanan dan kelautan, khususnya budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei) memerlukan perhatian dan studi yang intensif. Studi kesesuaian lahan untuk budidaya udang vanname dilakukan pada bulan Desember 2018-Februari 2019 yang dititikberatkan pada parameter fisika, kimia serta biologi perairan muara Sungai Sibundong yang nantinya akan menentukan tingkat keberhasilan budidaya. Studi dilakukan dengan pengukuran parameter secara in situ research kemudian dilakukan pembobotan dan perhitungan tingkat pengaruh dari setiap parameter terhadap daerah yang berpotensi untuk budidaya udang. Hasil studi menunjukkan bahwa muara Sungai Sibundong sangat sesuai untuk budidaya udang yang ditunjukkan dengan kisaran suhu antara 24,70oC-24,90oC, salinitas 0 ppt, kecerahan berkisar antara 40-59,16 m, kedalaman berkisar antara 1-1,5 m, pH berkisar antara 7,21-7,91, DO berkisar antara 6,18-6,68 mg/l, Ammonia berkisar antara 0,5-1 mg/l, dan fosfat berkisar antara <1mg/l. Dari wilayah muara Sungai Sibundong yang diteliti, kesemuanya tergolong kedalam kategori sesuai, memenuhi persyaratan minimal (S2). Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa secara umum adalah bahwa muara Sungai Sibundong, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara dapat mendukung pengembangan usaha budidaya udang vanname. Kata kunci: Kesesuaian Lahan Budidaya, Muara Sungai Sibundong, Sorkam, Udang vanname.

The excessive use of Mud Shells (Anodentia edentula) as a staple food by the people of Kalangan Village, Central Tapanuli Regency caused the decline of the shellfish population. This is marked by the scattering of mud shells at research sites and often people conduct shell-searching activities at low tide. Therefore, a scientific study is needed to know the density and distribution patterns as the basis for the possibility of cultivation activities, management of mud shell germplasm (Anodentia edentula), and mangrove ecosystems in kalangan area in the future optimally, sustainably, and sustainably. The study was conducted in September 2020, using the 1x1m2 transect method purposive sampling at low tide. The results showed that the density of Mud Shells (Anodentia edentula) amounted to 150 ind/m2 in Station I, 0 ind/m2 in Station II with distribution pattern clustering, and 43 ind/m2 in Station III with distribution pattern random. With the evidence that there is a research station that contain zero mud clam and with unsimilarity in distribution pattern that should be clustering in every research station, therefore it can be concluded that the abudance of mud clam in the ecosystem already decline both quantifically and qualitativelyand requires conservation and cultivation action to ensure its existence in the future.

Shellfish is one of the organisms that have habitat in mangrove forests because it has a muddy substrate. However, mangrove forests in the coastal area of Kalangan, Central Tapanuli Regency have suffered environmental damage. Therefore, a research on the density and pattern of shellfish distribution is needed to be a recommendation for optimal, sutainable mangrove forest management. This research was conducted in September 2020. The method used in determining the location of sampling is purposive sampling method using 1x1m2 plot on the surface of muddy sand substrate. The results showed that the population density of Anodentia edentula 32 ind/m2 at Point I with grouping distribution patterns; Cerithidea cingulata 74 ind/m2 at Point I (grouping), 156 ind/m2 in Point II (grouping), and 126 ind/m2 in Point III (grouping); Cerithidea quadrata 2 ind/m2 in Point I (uniform); Clypeomorus sp 12 ind/m2 at Point I (uniform); Nerites sp 178 ind/m2 at Point I (group), 94 ind/m2 at Point II (group), and 418ind/m2 at Point III (grouping); Donax trunculus 3 ind/m2 at Point I (uniform); Sulcospira testudinaria 1 ind/m2 at Point I (uniform), 79 ind/m2 at Point II (grouping), and 32 ind/m2 at  Point III (random), and Telescopium telescopium 2 ind/m2 at Point I (uniform), and 1 ind/m2 at Point III (random). So it can be concluded that the biodiversity of mollusca in mangrove forest ecosystems in the coastal area of Kalangan, Central Tapanuli Regency, is of low value so that it needs to be maintained for the sake of ecosystem balance and the availability of germplasm for future generations.

Kota Sibolga memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat melimpah. Sumberdaya tersebut terdiri dari berbagai ekosistem yang memiliki peranan sangat penting bagi keberlangsungan hidup berbagai organisme. Akan tetapi, sampai saat ini masyarakat masih belum memahami pentingnya menjaga sumberdaya tersebut agar tetap lestari dan berkelanjutan. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan kegiatan penyuluhan melalui bahan poster. Hasil sosialisasi pengembangan kekuatan sumberdaya alam kelautan dan perikanan pada aktivitas “Menghadap Laut” yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2018, mengindikasikan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang rendah mengenai pentingnya melindungi serta memanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan pada kisaran maksimum sustainable yield (msy). Hal ini terjadi dikarenakan belum adanya transfer ilmu pengetahuan perikanan dan kelautan melalui kegiatan penyadaran dan sosialisasi. Hasil sosialisasi ini memperlihatkan bahwa peserta kegiatan masih terbuka akan aktivitas transfer ilmu pengetahuan mengenai perlunya melestarikan dan mengembangkan kekuatan kelautan dan perikanan secara optimal, lestari, serta berkelanjutan.