Aedesspp is a type of mosquito that can carry dengue virus and causes dengue fever. Aedesspp can live in freshwater, polluted water, and household waste; oil pollution changes the behavior of mosquitoes breeding in polluted water, This study aims to determine the hatchability of Aedesspp eggs in oil-contaminated water media. The research experiment was carried out through post-test design, and the presentation of data was done by using a table. Data were processed by a t-test with a significance of α <0.05. Rainwater is the most preferred medium for hatching eggs of Aedesspp with an average of 3-4 head/day by the time they need to hatch < 6 days, while the hatchability of eggs of Aedesspp in regional water company media is better for hatching the eggs of Aedesspp than domestic wastewater, with an average of 2-3 head/day by the time they need to hatch < 9 days, the hatchability of eggs of Aedesspp on household wastewater with average 0-1 head/day by the time they need to hatch <14 days. In the oil contamination of water hatchability of eggs between 10-13 days. The change caused a mosquito egg hatchability change bionomics result of not finding media in the environment sample.

Latar Belakang: Pasar  sebagai  sarana  tempat    keberadaan lalat dapat dijadikan indikator umum berdasarkan persyaratan yang ada baik buruknya sanitasi di suatu tempat. Tujuan penelitian ini mengetahui Efektivitas Variasi Perangkap lalat di Pasar Angso Duo Kota Jambi. Lokasi penelitian di Pasar Angso Duo Kota Jambi. Metode: Metode penelitian ini quasi eksperimen dengan desain post test only with control group dengan pendekatan uji statistic Anova. Hasil Penelitian Jumlah lalat yang terperangkap dengan fly trap dengan umpan sebagai pengendalian lalat  di 3 kios yang menjual bahan kering di Pasar Angso Duo Kota Jambi. Hasil: perbedaan jumlah lalat yang terperangkap dengan fly trap dibandingkan perangkap lem lalat di Pasar Angso Duo Kota Jambi (p-value = 0,0001). Nilai Anova F = 2,268 dengan p-value 0,002 (p > 0,05. Kesimpulan: ada perbedaan jumlah lalat dari keempat variasi perangkap.

Ringkasan Kota Jambi masih menjadi kontributor penderita DBD tertinggi dari 11 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Jambi. Sasaran pengendalian terhadap nyamuk Aedes sp belum selektif dilakukan karena belum ada informasi terkait keragaman populasi serta karakteristik perindukan Aedes sp pada daerah endemis DBD di Kota Jambi. Permasalahan yang diteliti tentang vektor potensial dengue yang lebih dominan, dan jenis perindukannya. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya populasi dominan antara Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap dengan Backpack Aspirator serta karakteristik perindukannya. Metode penelitian adalah Deskriptif dengan pendekatan studi eksplorasi nyamuk Aedes sp di 5 kelurahan tertinggi DBD, masing-masing kelurahan sebanyak 100 rumah yang dipilih secara random sampling. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa Aedes albopictus lebih dominan ditemukan, dengan rasio nyamuk Aedes albopictus tertinggi pada Kelurahan Lingkar Selatan yaitu (11 : 1), kemudian Kelurahan Kenali Besar (9 : 1). Begitu juga dengan rasio larva Aedes albopictus, terdapat 3 kelurahan yang berada di pinggiran kota (Kenali Bessar, Talang Bakung dan Lingkar Selatan) memiliki rasio larva Aedes albopictus 6 kali lebih besar di bandingkan kelurahan yang tidak berada dipinggiran kota. Penelitian ini juga menemukan Bak mandi (47%) dan Drum (28,5%) sebagai tempat perindukan Aedes sp terbanyak. Perlu dilakukan penelitan lanjutan mengenai persentase Aedes sp yang terinfeksi virus dengue, sehingga dapat membuktikan bahwa Aedes albopictus sebagai vektor utama DBD di Kota Jambi